Bulan purnama pertama di pos pengungsian, begitu seru dan asik. Kebetulan pos pengungsian di atas laut, malam ini air pasang penuh. Kebiasaan para pengungsi adalah mandi air asin sampai pagi, mereka bebas sebebasnya untuk mandi air laut baik siang maupun malam. Dari dermaga pribadi milik keluarga Rindam, kulihat Rindam sedang asik duduk di atas kapal kayu, bersama penjaga kapal. Jarak nya hampir 600 meter juga, lumayan jauh untuk berenang. Tapi bukan masalah buat aku dan adik adik ku untuk berenang ke sana, air nya juga tidak begitu dalam amat, paling dalam 3 meteran. Tidak ada ikan buas atau buaya di sekitar sini, kalau pun ada pasti kena buru oleh manusia di sini.
" Nivinci, Nivinlu, kita ke sana yuk." Ke dermaga Rindam.
" Ayo, Kak. Di sana pasti banyak makanannya, apa lagi ada Rindam di sana.
" Di Dalam kepala mu, cuma ada makan Mulu sih, Nivinci." Kalau gak jumpa makanan hidup mu pasti gak aman.
" Kakak membuat diriku, malu saja " Selama jauh dari rumah, perut ini selalu minta diisi, kak.
Kami bertiga pun mulai berenang ke dermaga tempat Rindam lagi ngobrol. Sesampai di sana ada bau, mie goreng yang lagi dimasak. hmm enak nya. Inilah yang di harapkan oleh Nivinci dan Lu, makan gratis lagi.
" Hai, Rindam. Berenang yuk." Mumpung air lagi pasang dan bulan sedang purnama. Pasti asik kalau kamu ikut berenang sampai pagi.
" Kalian ya, malam malam berenang." Naik dulu ke kapal kita makan mie goreng dulu. Urusan berenang bagaimana nanti saja lah.
" Asik, beneran nie ada mie gorengnya, Rindam." Pantesan hidung ku mencium bau sesuatu yang menggugah selera.
" Dah, naik dulu ke kapal ini, Nivinlu." lagi dimasak tuh sama Fedro. Habis makan baru berenang lagi.
" Aku juga, mau dong Rindam." Masa cuma Kakak sama Nivinlu saja yang diajak, aku enggak.
" Emang nya kamu mau terus di laut, gak naik ke kapal Nivinci. Kalau mau liat kami makan ya, terus saja berenangnya hahaha. Dah sini naik, gak usaha basa basi.
Kapal kayu milik Papa ku jadi cantik lagi di tangan Rindam. Mirip kapal kapal pesiar, jaman sekarang. Pokok nya cantik lah, ada kamar mandi, kamar tidur, tempat makan dan tempat santai nya.
" Kapal nya jadi bagus lagi ya, Rindam." Kamu pasti ngabisin duit banyak untuk memperbaikinya.
" Ini kan kapal titipan Papa mu, Nivincu." Jadi harus ku rawat dan ku jaga dengan baik. Asik kan buat pergi mancing dan berlibur ke pulau dengan kapal ini. Apa lagi seperti sekarang ini, ada kalian bersama ku, menikmati bulan purnama yang indah. Malam ini aku bagaikan pangeran di kelilingi putri putri yang cantik.
" Asik juga sih, jika selama nya aku berada disini." Namun nasib kami sampai sekarang belum jelas. Di usir dari tempat pengungsian, diambil oleh dunia ketiga bahkan mungkin disuruh pulang lagi ke Vietnam.
" Setelah semua nya jelas, Nanti kamu ikut aku tinggal disini." Menjadi warga negara Indonesia.
" Ya, moga sajalah." Mie goreng nya enak juga ya, pasti yang masak nya pakai hati.
" Fedro memang jago masak mie goreng, Nivincu." Maka nya aku kemari, hanya untuk makan mie goreng buatannya, sambil menikmati bulan purnama dari atas kapal ini.
" Emangnya gak sekalian mau ketemu, kakak ku kan Rindam." Tujuan utama nya ngeliat bayangan kakak ku di pos, kan?
" Boleh juga dikatakan begitu, Nivinci." Aku selalu kangen Sama kakak mu yang cantik ini.
" Bahas yang lain, saja." Napsu makan ku nanti bisa bertambah lho? Kamu gak ikut berenang nanti, Rindam." Atau cuma mau nonton kami berenang, sekalian cuci mata.
" Ikut berenang seperti nya lebih asik, dari pada nonton". Selesaikan dulu makannya, baru kita atur yang lainnya.
" Mie goreng nya sudah habis, mau nambah gak ada lagi". Di kulkas masih ada yang bisa di makan gak, Rindam.
" Banyak, Nivinlu". Kamu liat saja sendiri sana. minuman segala macam juga ada, sekalian saja bawa kemari.
Nivinlu dan Nivinci emang doyan makan, apa lagi ngemil. Dengan kondisi seperti sekarang ini, membuat mereka lapar terus. Untung nya jumpa sama Rindam, jika gak ada Rindam, mereka .berdua mau makan apa? makan bubur dan nasi goreng mereka dah bosan.
Ku perhatikan Rindam, baik banget sama keluarga ku, yang membuat serba salah aku menaksir ya.
Apakah karena Rindam suka sama aku. jadi dia baik sama keluarga ku atau dia memang bener bener baik ke semua orang
" Nivincu kok bengong saja, sih." Besok malam bilang Papa mu, Rindam tunggu di dermaga ini, ya.
" Penting ya, Dam." Kami boleh ikut gak?
" Papa mu pasti paham, Kalian boleh ikut kok." Ajak saja Papa mu berenang kemari, jangan lewat pos jaga. Kemari dengan pura pura mandi air asin lebih aman dari pada keluar resmi lewat pos jaga. Kamu paham kan Nivincu?
" Paham, banget". Sekarang waktu nya kita main air asin, yuk ! Kita lomba renang, siapa menang dapat cium pipi, yang kalah kebagian mencium.
" Kalau gitu. aku kalah saja ya." hahaha...gak perlu lomba, buat dapat ciuman. Selesai mandi kalian mau makan apa lagi, biar Fedro siapin.
" Yang ada saja lah, Rindam". Kasian Fedro masakin buat kita kita.
" Kan, Fedro sekalian bisa ikut, makan." Dari pada dia bengong gak ada kerjaan, lebih baik masak.
" Atur saja bagaimana, bagusnya." Apa saja yang kamu siapkan, pasti kami makan habis.
Nivinci dan Nivinlu berenang ke arah tempat yang ramai. Malam ini semua pengungsi mandi air asin, kecuali yang tua tua gak ada yang mandi. Rindam mengajak ku berenang jauh dari kapal, ke arah pantai. duduk berdua di pinggir pantai seperti nya lebih asik dimalam bulan purnama ini.
" Kita lomba, siapa duluan nyampe ke pantai, yuk". Kamu kuat gak, jarak nya paling jauh 700 meter. Kalau gak kuat biar ku gendong, Nivincu.
" Kita coba saja, kalau aku kecapean kan ada, kamu." lagian air nya cuma seleher ini.
Baru berenang 300 meter, kaki sudah menginjak pasir. Jadi tinggal jalan saja ke pantai, sambil berpegangan tangan pada Rindam. Begitu jemari ku digenggam oleh Rindam, ada getaran di hati ku, rasa nya gimana gitu. Degup jantung ku jadi tidak beraturan lagi, seperti di sengat aliran listrik. Rindam menuntun ku ke arah pantai di bawah pohon Ru, yang rindang. Kami duduk di pasir putih, sambil memandang bulan dan para pengungsi yang lagi asik mandi. Aku duduk bergandengan dengan Rindam, sambil merebahkan kepala ku di pundak Rindam. Entah Rindam kedinginan entah aku yang kedinginan, membuat badan ku agak gemetaran.
" Kamu kedinginan ya, Rindam." Kok gemetaran atau aku yang kedinginan. Perasaan gak dingin deh.
" Aku bukan kedinginan Nivincu, sayang?" Aku baru pertama kali berduaan dengan cewek seperti ini, jadi aku nya gemetaran, hahaha.
" Dasar kamu, ya". Kirain apa?!
" Bagaimana aku gak, grogi". Dengan gunung emas mu nempel di tangan ku ini. Tapi kamu juga gemetaran kok, bukan cuma aku saja.
" Iya, aku juga. Aku baru pertama berduaan dengan cowok seperti ini, ada rasa canggung dan grogi juga.
" Kita nikmati saja, ya. Sini aku peluk kamu Nivincu. Biar kita sama sama hangat.
Tanpa menjawab, ku peluk pinggang Rindam dan Rindam memeluk pinggang ku, membuat ada rasa nyaman dan damai di sana, di hati ku yang paling dalam.