Chereads / Gadis Pengungsi Perang Vietnam / Chapter 6 - Bab. 5. Hari Kebebasan

Chapter 6 - Bab. 5. Hari Kebebasan

Setelah sebulan lamanya, kami pun bebas kemana mana seperti yang lainnya. Hari pertama menghirup udara kebebasan, aku, papa, mama serta dua adik adik ku, sudah ditunggu Rindam di depan pos jaga.

" Saya permisi, mau mengajak Pak Kun Cun Tum dan keluarga nya untuk makan malam dirumah kami komandan, mohon izin nya." Ini ada oleh oleh dari papa buat pak Komandan.

" Silakan Nak Rindam, Salam buat Bapak mu ya," Terimakasih oleh oleh nya.

Rindam pamitan dengan Komandan untuk mengajak kami sekeluarga makan malam dirumah nya. Mempergunakan Mobil Pajero sport, kami berangkat menuju kediaman Pak Hamid. Setiba dirumah Pak Hamid, kami disambut oleh beliau dan istri nya dengan ramah. Selanjut nya kami langsung menuju ke ruang makan keluarga Rindam.

" Selamat datang di rumah kami Jendral Kun Cun Tum, maaf kalau banyak kekurangan nya.

" Saya berserta keluarga, mengucapkan terimakasih sebesar besar nya atas sambutan Bapak Hamid dan keluarga." Kami sekeluarga hanya bisa mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga atas semuanya.

" Jendral Kun Cun Tum, jangan terlalu sungkan." Mari kita mulai makan malamnya, mumpung makanannya masih panas. Silakan Bu Kun, Nivincu, Nivinci dan Nivinlu. ayo dimakan. Jangan malu malu, anggap saja kami ini kelurga juga.

Mama Rindam menyendok kan nasi ke piring mama ku, aku dan adik adik ku. Membuat diri ku terasa sangat di hormati, membuat diri ku salah tingkah.

" Ayo Nak Nivincu, dimakan nasi nya." jangan bengong saja. Mari Bu Kun Cum, dimulai makannya.

" Terimakasih Bu Hamid, makanannya banyak sekali jadi bingung milih nya." Bu Hamid yang mulai duluan biar kami bisa mengikuti nya, apa yang musti dimakan duluan.

Rindam memandangi ku tanpa berkedip, entah karena kecantikan ku atau melihat tingkah laku ku yang rada rada sedikit malu dari biasanya. Mungkin aku terlalu sungkan dengan mama nya atau papa nya. Apa yang Rindam makan itu pula yang aku makan, semua yang dia laku kan aku ikutin. Melihat napsu makan ku yang rada rada lahap, Rindam menyendok nasi tambah ke piring ku dan piringnya, lalu mulai makan dengan lahap nya. Siap acara makan malam, kami sekeluarga pindah ke ruang tamu untuk menikmati hidangan pencuci mulut. Walaupun perut ku sudah protes untuk diisi makanan, namun mulut ku tetap saja terus mengunyah makanan yang di sediakan oleh mama Rindam.

Karena masih ada acara selanjut nya dari Rindam, kami meninggal kan kediaman Pak Hamid, setelah berpamitan juga menerima bawaan dari Bu Hamid untuk di bawa pulang ke pos pengungsian.

" Kita mau kemana lagi Nak, Rindam." Saya sudah membaca pesan dari mu, kerja mu sangat luar biasa sekali.

" Kita mampir ke Dermaga dulu, Jendral." Ada yang musti kita bahas untuk selanjutnya.

Di Dermaga kami naik ke kapal kayu yang kami bawa dari Vietnam, sekarang sudah bagus lagi karena di renovasi dengan cat baru dan ada penambahan di sana sini membuat kapal tersebut bertambah bagus.

" Bagaimana Jendral, Kapal nya sudah papa saya sita sebagai sarana transportasi Kecamatan. Kapal ini di jaga siang dan malam oleh karyawan papa saya. Selanjut nya terserah Jendral.

" Ayo kita turun ke dalam Nak Rindam. Mama dan anak anak tunggu di atas saja dulu, biar papa dan Rindam saja yang kedalam kapal. Rindam kamu lihat semen di haluan kapal itu.

" Siap Jendral, Rindam melihatnya." Semen apa itu Jendral.

" Di dalam sana lah barang itu saya simpan, saat membongkar emas tersebut, usahakan jangan ada yang tau.

" Siap Jendral, nanti biar Rindam sendiri yang membongkar nya." Besok akan Rindam bongkar sendiri. Di sini adalah dermaga pribadi milik papa saya. tidak ada yang berani masuk tanpa izin papa.

" Bagus, Rindam bongkar lah pelan pelan." dalam semen sana ada kota besinya, di dalam kotak besi itu lah emas nya. Rindam kerja lah sendiri dan hati hati ya. selamat bekerja semoga lancar ya. Sekarang antar kan saya dan keluarga pulang ke Pos. Kita tidak boleh lama lama di kapal ini.

Usai melihat kapal yang sudah menjadi baru lagi, kami sekeluarga diantar Rindam pulang ke Pos pengungsian. Rindam pamit setelah menyelip kan sebuah amplop disaku ku.

" Didalam amplop ada uang rupiah untuk kalian membeli kebutuhan, sehari hari." Aku pamit dulu ya? kalau bobok jangan mimpikan aku. Takut nya kamu gak bisa tidur dengan damai.

Sambil berlalu Rindam mencubit tangan ku dan melemparkan senyum maut nya kepada ku, yang membuat diri ku berbunga bunga bahagia. Apakah aku sudah mulai menyukai anak itu. Sejujur nya saat Rindam pergi aku merasa sepi lagi juga merasa kehilangan dia lagi. Sesampai di kamar tidur, ku buka amplop nya dan mendapatkan uang rupiah serta terselip selembar kertas dari Rindam. Uang nya ku serahkan ke mama, fokus ku pada selembar kertas berwarna pink yang harum.

"Buat kamu yang membaca surat ini,

Jika hari ini adalah hari terakhir didalam hidupku, aku ingin mengatakan pada mu, ada sesuatu yang tersimpan didalam hati ku, yang ingin ku sampai kan kepada diri mu. Ku rasa bukan saat yang tepat dan waktu yang tepat pula, buat ku sampaikan isi hati ku padamu. Saat ini aku kesulitan menghapus rasa suka ku pada mu, apakah itu Sebuah Cinta Ku Pada Mu." Aku sendiri terlalu bingung untuk mengungkapkannya. Demi terwujud nya sebuah jawaban dari mu, sekali pun sulit ku ungkapkan dengan kata kata dari mulut ku, lalu ku tuliskan di kertas ini. Harapan kamu sudi untuk menjawab nya. Dari ku yang selalu mengingat mu disaat tidur ku dan bangun ku. " good night, permata hati ku, I Love You."