Chereads / Kisah Kasih Di SMA / Chapter 23 - tahun pelajaran baru

Chapter 23 - tahun pelajaran baru

Gue baru ingat seseorang. Dengan cepat gue mengambil hape di saku celana sekolah.

Me: Daffa, lo di mana ?

Belum ada tanda-tanda Daffa membaca chat gue. Mungkin dia sibuk, karena besok PLS buat murid baru akan di mulai. Dia kan ketua kelas yang merangkap KETOS jadi wajar kalo dia sibuk.

Alasan gue ngechat dia, gue pengen ngasih oleh-oleh dari Paris. Gue sudah bela-belain ngebungkusin semua jadi satu dalam satu kantong buat ngasih dia. Kenapa Daffa gue kasih oleh-oleh? Karena Daffa teman gue. Dan sesama teman harus saling berbagi dalam suka maupun duka yang selalu ada menemani kita.

"Uli, nanti temenin gue ya?"

"Mau kemana emang?"

"Nanti juga lo tahu."

"Okeh!" Ucapannya sambil mengacungkan jari jempol.

Satu notif chat akhirnya masuk buat gue, gue buka dan langsung gue baca. Ternyata chat balasan itu dari Daffa.

Daffa: Iya, agak sibuk. sekarang nggak sih. Kenapa,Yesa?

Me: Boleh ketemu bentar? emang lo sekarang ada di mana? Gue mau ngasih sesuatu buat lo.

Daffa: Boleh. Ditaman belakang sekolah ya!

Me: Siiip

Gue mengambil bungkusan yang ada di dalam tas lalu bangkit.

"Yuukk, Uli. Temenin gue."

Uli ikut bangkit. Kami berjalan keluar kelas menuju ke belakang sekolah. Di sana Daffa tengah duduk di samping pohon cemara sambil memainkan laptopnya. Menjelang waktu PLS, semua anggota OSIS pasti sibuk, apalagi ketuanya.

"Hi, Daffa!" Sapa gue pelan.

Daffa berbalik, kemudian meletakkan laptop di depannya."Hai, Yesa!" Sapanya sambil tersenyum ramah."Hai...?" Daffa diam sejenak seperti berpikir.

Uli mendengkus."Gue, Uli, astaga Daffa. Baru kemarin kita bertemu di rumah Ryan, padahal muka gue ini muka yang sulit untuk di lupain, loh!" Cerocos Uli.

"Sorry!" Ucap Daffa sambil mengusap keringat di keningnya.

"Oh iya, gue hampir lupa." Gue menyerahkan satu bingkisan pada Daffa." Nih oleh-oleh buat lo dari gue dan Yesi!"

"Tenyata ngasih ini toh, gue kirain apaan?" Ucap Uli. Dengan cepat gue menyikut Uli. "Lo kira apa? Pikiran lo aja yang kemana-mana!" Gue mendengkus berkali-kali lalu menatap Daffa lagi," Yah..walaupun nggak seberapa sih, Daffa."

Daffa tengah memasukkan bingkisannya ke dalam tas, setelah itu dia mendongak lalu menggeleng. "Yang namanya pemberian itu harus di syukuri. Mau banyak atau sedikit sama saja. Makasih Yesa oleh-olehnya." Ucap Daffa.

"Sama-sama. Eh, gue kembali ke kelas ya, lo lanjutin aja kerjaan lo!"

Gue membalikkan badan sambil menarik tangan Uli. Baru beberapa langkah, Daffa kembali memanggil gue kepala gue respect menoleh.

"Iya, Daffa ada apa?"

"Kapan-kapan gue traktir lo, ya?"

Tanpa pikir panjang gue langsung mengangguk.

"Kalau gue?" Teriak Uli. "Gue di traktir juga kan?" Tanyanya tanpa malu.

Daffa menggaruk kepalanya yang nggak gatal. "Kalau lo mau ikut, boleh kok."

Uli mengacungkan jari jempolnya."kalau di traktir, gue pasti usahain datang. Gue menoyor kepala Uli."malu-maluin aja, lo!" lalu kembali menatap Daffa. "Kami balik ke kelas dulu, Daffa." Dengan cepat gue membalikkan badan sambil menyeret Uli menuju kelas.

Sesampai di kelas, ternyata kelas kami sudah kosong melompong. Pantas tadi sepanjang koridor sepi, dan hanya terdapat beberapa murid saja yang lewat. Gue yakin murid yang tersisa itu cuma anggota OSIS.

Gue dan Uli mengambil tas lalu kami keluar berbarengan.

"Uli, kita ke gramed,yuukk? Ada novel yang kepengen gue beli."

"Please, deh, Yesa. Jangan ajak gue kemana-mana. Duit gue tipis nggak kaya lo yang di pegangin ATM bokap lo."

"Yang bilang lo punya duit banyak siapa?" Gue nggak nyuruh lo beli, kok. Gue pengen lo nemenin aja karena Yesi lagi sibuk nyari tempat kuliah yang recommended jadi dia nggak bisa nemenin gue untuk sementara."

Capek hati gue ngomong sama Uli yang penuh drama."Yaudah, deh. Gue ikut mau lo aja Yesa." Putus Uli.

"Nah, itu yang gue pengen denger dari lo. Tapi, sebelum itu, gue izin sama Yesi dulu ya?"

Tanpa persetujuan Uli mobil gue parkir di depan rumah Yesi. Gue berjalan masuk menuju gerbang rumahnya. Tanpa gue ketuk pintu gue langsung masuk dan menemui Yesi yang tengah sibuk dengan berkas dan laptopnya.

Mungkin dia mendengar bunyi pintu di buka hal itu membuat Yesi langsung mendongak."sudah pulang, Yesa? Sorry Yesi masih sibuk mencari perkuliahan."

Gue mangangguk, boleh Yesa sama Uli ke gramedia mau ada yang Yesa cari sebuah novel buat tambah koleksi di rumah.

Yesi menatap gue lurus,"Habis itu Yesa langsung pulang,kan? Jangan sampe ke sore-AN!" Nanti di cariin sama Mama Yolanda.

Gue mengangguk sekali lagi, dengan penuh antusias gue pamit ke Yesi, barulah gue keluar menuju mobil yang terparkir di depan rumah Yesi.

Uli sudah duduk adem ayem di samping kemudi mobil. Dia terlihat bete nungguin gue. Setelah gue duduk di depan kemudi, tanpa banyak bicara lagi gue mamacu mobil dengan kecepatan sedang menuju Gramedia.

Setelah berburu novel di gramedia, gue dan Uli mampir di sebuah cafe yang berdekatan dengan gramedia. Saking asiknya membaca, tak terasa sore berganti malam. Bahkan suara azan maghrib sudah berkumandang bersahut-sahutan. Gue dan Uli yang tadinya asik menikmati sepiring pancake dan secangkir kopi kini saling menatap satu sama lain.

"Uli, lo tadi nggak ngasih tahu kalau_"

Uli lebih dulu menyela pembicaraan gue."Apa? Gue juga nggak sadar, tahu-tahu udah maghrib aja, ujar Uli cuek.

Dengan tergesa gue memasukan semua barang-barang gue ke dalam tas, janjinya sama Yesi nggak sampe sore, ini sudah lewat malam takutnya gue kena omelan Mama yang selalu kongko lingkong dengan Yesi.

"Santai aja kali, Yesa. Biasa juga kita pulang sampai isya lo nggak sepanik ini."

Gue melirik Uli."Itu mah, waktu gue belum pacaran sama Yesi. Sekarang kan ada mata-matanya, jadi kemana-mana terbatas oleh waktu. Ruang gerak gue jadi berkurang, beda sama lo yang masih jomblo.

"Gue menyampingkan tas ke punggung. Yuuk,Uli. Gue antar lo pulang."

Uli memutar bola matanya."Alay, lo." Kemudian ikut bangkit.

Kami bersama-sama menuju parkiran. Tiba-tiba hujan deras turun, beruntung gue dan Uli sudah masuk ke dalam mobil.

Dengan pelan gue memacu mobil meninggalkan parkiran mall. Saat hujan seperti ini rata-rata jalanan macet karena berbarengan dengan pegawai kantor yang baru pulang kerja. Deru klakson saling bersahutan menemani perjalanan pulang kami.