Patty tidak tahu sudah pukul berapa tapi yang pasti dari cahaya yang masuk ke kamarnya lewat jendela, Patty tahu saat itu sudah lewat dari tengah hari. Matanya terasa pegal karena menangis semalaman, kepalanya juga terasa pening.
Patty berjalan gontai menuju pintu kamarnya. Ia harus keluar untuk minum. Ia haus sekali. Sebenarnya Patty malas keluar kamar karena Patty tahu, walaupun Desi tidak memaksanya untuk bercerita apa yang terjadi sejak ia pulang larut malam kemarin sendirian dengan taksi online, bagaimana pun Patty harus bercerita pada Desi. Apalagi hari itu Patty menolak untuk masuk sekolah.
Patty menuruni tangga dengan gontai. Ia cukup bingung mendengar suara orang berbincang-bincang sayup dari ruang makannya. Perlahan Patty berjalan mendekat dan melongokan kepalanya.
Nick? Dia kok ada si ini? Kenapa dia tidak sekolah?
"Pat!" seru Nick. Ia berdiri dan memegang kedua bahu Patty. "Lu nggak apa-apa?"
Patty menepis kedua tangan Nick dan mulai histeris. "Gara-gara lu! Satrya pergi gara-gara lu! Apa sih yang lu dan Olive rencanakan?!"
"Lu ngomong apa sih, Pat?"
"Lu tahu... Satrya pergi semalam setelah kasih lihat foto-foto kita selama kita liburan kemarin! Itu pasti rencana lu, kan? Makanya selama liburan lu ke sini terus!!"
"Neng!" bentak Desi yang sedari tadi berbicara dengan Nick sebelum Patty datang. "Jangan ngomong sembarangan!"
"Mamah nggak tahu apa-apa!" seru Patty.
"Mamah tahu semuanya. Justru neng yang nggak tahu apa-apa. Nick sudah cerita semua."
"Nick sama Olive kerja sama, mah! Kerja sama buat jatuhin aku dan misahin aku dari Satrya!"
"Justru mamah bersyukur kalau neng bisa lepas dari cowok mesum macam Satrya yang seenaknya bawa neng ke kamar." kata Desi dengan nada meninggi sambil memukul meja makan dengan keras. Air mata Desi mulai mengalir dari kedua matanya dan mulai terisak.
"Mamah... kok tahu?"
"Pat, lu belum lihat ingstaram, ya?" tanya Nick dengan nada khawatir.
Patty menatap Nick bingung. "Apa?"
Sejak semalam memang Patty mematikan ponselnya. Ia hanya ingin menangis sampai lega tanpa diganggu apa pun, terutama dengan pesan-pesan dari Nick yang tidak berhenti menghantui ponsel Patty.
Nick mengambil ponselnya di atas meja makan dan memperlihatkannya pada Patty. Foto Patty di atas ranjang dengan kedua tangan di atas, muka Patty terlihat sangat jelas, seakan Patty sedang melihat ke arah kamera sedangkan muka Satrya yang ada di atasnya sama sekali tidak terlihat, tertutup sepenuhnya dengan rambut ikalnya. Foto itu hanya memperlihatkan setengah badan Satrya dan Patty sehingga Satrya terlihat seperti tidak memakai baju.
"Kok... kok bisa..."
"Akun palsu ini tiba-tiba mem-follow semua ingstaram anak-anak GIS. Ini satu-satunya foto di akun ingstaram ini. Gua nggak tahu ini punya siapa, tapi yang pasti..."
Patty mendorong Nick kuat-kuat. Nick yang tidak menyangka akan didorong kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke lantai, ponselnya terjatuh dari genggamannya ke lantai. Ia melihat Patty dengan kaget.
"Patricia!" seru Desi masih sambil menangis "Jangan keterlaluan kamu!"
"Lu kan! Ini semua ulah lu dan Olive! Gua yakin! Siapa lagi yang tahu gua ke Hotel Nusan kalau bukan lu?!"
Nick mengambil ponselnya dan berdiri. "Lu segitu nggak percayanya sama gua, Pat?"
"Kenapa gua harus percaya sama lu? Gua tahu Olive suka sama lu dan gua juga tahu lu suka sama gua dan lu merasa kalah dari Satrya secara Satrya lebih segala-galanya dari lu!"
"Patricia!" seru Desi sekali lagi.
Nick mengencangkan rahangnya kemudian mengangguk. "Lu nggak salah. Gua memang suka sama lu. Tapi gua nggak serendah itu, Pat. Gua kecewa, Patty yang selama ini gua kira kenal gua ternyata nggak kenal gua sama sekali." kata Nick kemudian berbalik meninggalkan Patty, keluar dari rumah Patty tanpa berkata apa-apa lagi.
"Duduk." kata Desi sambil memijit kepalanya. Patty tetap bergeming dan menatap Desi dengan berlinang air mata. "Mamah bilang duduk!" bentak Desi sambil menggebrak meja dengan kedua tangannya, menatap Patty dengan marah.
Patty duduk di sebrang Desi, di tempat dimana Nick tadi duduk.
Hening untuk beberapa saat. Desi masih menangis sambil memijit keningnya sedangkan Patty masih terbengong-bengong. Kalau foto itu tersebar di ingstaram, berarti semua anak-anak GIS sudah lihat dong? Apa Patty juga harus pindah sekolah seperti Olive? Tapi bagaimana kalau foto ini juga tersebar sampai ke sekolah-sekolah lain?
"Mamah nggak akan tanya apa-apa tentang kemarin di hotel. Mamah cuman mau kamu cerita ada apa antara kamu, Satrya, Olive, dan Nick." kata Desi memecah keheningan.
Patty mulai bercerita pada Desi semua yang terjadi, mulai dari cerita Satrya tentang Olive sampai bagaimana Olive akhirnya dirudung dan pindah sekolah. Desi mendengarkan semuanya tanpa berkata apa-apa. Desi baru mulai berbicara kembali setelah Patty selesai bercerita.
"Nick tadi ke sini, dia kasih mamah denger ini." kata Desi sambil memutar rekaman suara yang dikirim Nick ke whatsin Desi tadi. Isinya adalah cerita Olive tentang bagaimana Satrya memanfaatkan dirinya demi mendapatkan Patty, bagaimana buruknya kencan Olive dan Satrya, bagaimana Patty bahkan tidak menepis rangkulan Satrya, tentang Satrya yang mencium Patty di lounge setelah melihat Olive. Semuanya. Di akhir cerita, Patty mendengar Nick berkata.
"Kalau gitu, kenapa waktu itu lu bilang ke gua kalau Satrya terlalu tebar peson sampai lu salah paham? Kenapa lu bilang itu alasan lu dan Patty musuhan? Jelas-jelas ini bukan salah paham."
"Jujur, tadinya... tadinya gua mau adu domba lu dan Patty. Tapi setelah dipikir-pikir, selama ini Patty selalu ada buat gua. Gua nggak tega untuk menghancurkan persahabatan lu dan Patty. Gua kira gua masih bisa berteman lagi dengan Patty dan meluruskan semuanya tapi kayanya sudah nggak bisa. Jadi Nick, lu harus secepatnya kasih tahu Patty tentang Satrya, sebelum Patty jadi korban lagi. Mungkin Senin ini di tempat yang jauh supaya Satrya nggak tahu? Di restoran papa lu mungkin?"
Mendengar itu, air mata Patty mengalir deras. Ternyata Olive tidak berniat jahat sama sekali. Ternyata selama ini Olive bahkan menutupi keegoisan Patty dari Nick.
"Kok lu masih bisa peduli sama gua dan Patty sih?"
"Karena gimana juga, Patty selama ini selalu ada buat gua dan… dia tetap sahabat gua selama ini, walaupun dia sekarang sudah bukan lagi…"
Patty mematikan rekaman itu dan menangis sejadi-jadinya. Ia tidak kuat lagi mendengarkan rekaman itu. Apa yang sudah ia lakukan pada Olive?
Desi berdiri, berjalan ke sebelah Patty dan memeluk anak semata wayangnya dengan lembut. "Maafin Patty mah! Maaf Patty kemarin sampai masuk hotel... sama..."
"Mamah nggak marah, sayang." katanya kemudian mengecup pucuk kepala Patty sambil terus mengelus kepala Patty.
***
Inem melongo melihat seorang gadis dengan scarf Guccu hitam menutupi kepalanya, masker kain berwarna hitam yang menutupi mulut dan hidungnya, kacamata hitam yang menutupi matanya, juga jogger dan sweater hitam yang membalut tubuhnya, berdiri di hadapan Inem di luar pagar rumah Patty.
Gadis itu berdeham kemudian, setelah melihat kiri kanan, berkata pelan, "Patty ada?"
Inem mengangguk kemudian mempersilahkan gadis itu masuk. Setelah pintu rumah Patty ditutup oleh Inem, gadis misterius ini langsung membuka scarfnya dan kacamata hitamnya sambil berjalan cepat masuk ke rumah Patty. "Patty!" serunya.
Patty yang sedang meminum teh manis hangat di sebelah Desi sampai tersedak sakin kagetnya. Sambil terbatuk-batuk, ia keluar dari ruang makan melihat Lexa berdiri di ruang keluarganya.
"Oh dear!" serunya kemudian memeluk Patty erat-erat. Ia melepaskan pelukannya dan menangkupkan kedua tangannya pada pipi Patty seraya berkata. "Mata kamu sudah kaya jengkol."
Patty tersenyum lemas. Ia menatap Lexa dengan tatapan berterima kasih dan berkata. "Thanks, sudah datang, Xa."
"Iya dong, honey. Masa gua tega ninggalin lu di saat begini?"
"Lexa, hayu hayu atuh duduk sini. Tante buat teh manis dulu, ya!" kata Desi sambil berdiri dan masuk ke dapur. Memberikan ruang untuk Lexa dan Patty berbicara.
Lexa akhirnya duduk di sebelah Patty, meletakan kacamata dan scarf-nya di atas meja. Melihat itu Patty tertawa geli dan berkata. "Lu takut ketahuan ke rumah gua, ya?"
Lexa menatap Patty dengan tatapan bersalah. "So sorry, dear. Kabar soal lu sekarang hot banget. Gua nggak mau keseret-seret."
Patty tertawa sambil menatap cangkirnya. "Nggak apa-apa."
"Lu ada suspect nggak kira-kira siapa the doer is?( Gua bisa lakukan hal-hal yang lebih buruk dari ini pada lu)" kata Lexa sambil mengeluarkan ponselnya dan memerhatikan foto itu lagi. "Gua bingung juga, ahli banget ya dia. Cewek ini mirip banget sama lu, Pat."
"Because she is me. (Karena dia adalah gua)" kata Patty.
Lexa menatap Patty dengan kaget. Ia tertawa gugup dan berkata, "You're… you're joking… (Becanda lu)" tapi melihat Patty yang meminum tehnya tanpa bersuara, Lexa memekik "WHAT THE HECK?! (APA-APAAN)" seru Lexa "Pat look at me! (Pat, lihat gua)"
Patty melihat Lexa dengan matanya yang sudah dipenuhi air mata. Akhirnya satu air mata meluncur turun di pipi Patty diikuti bulir-bulir air mata lainnya.
"Oh… oh … dear dear." Lexa melembut dan memeluk Patty, mengusap-usap punggung Patty dan ikut menangis. "Oh dear…"
"Ieu teh jeung gemblong keur neng geulis, (Ini teh dan gemblong (kue khas Sunda yang terbuat dari tepung beras ketan dan dilumuri gula merah) untuk anak cantik)" Desi keluar dari dapur dan meletakan secangkir teh manis panas dan satu piring ceper besar berisi puluhan buah gemblong.
Lexa berhenti memeluk Patty dan berkata, "Aduh hatur nuhun, (terima kasih) tante. Repot-repot, nih." sambil mengelap matanya.
Desi mengibaskan tangannya kemudian berbalik ke dapur sambil berkata. "Tante masak-masak dulu, ya!" Bukan rahasia lagi kalau salah satu cara yang paling ampuh untuk menghilangkan penat bagi Desi adalah dengan memasak.
Lexa menyeruput tehnya dan mengambil satu gemblong, memakannya dalam diam. Berusaha memproses semua yang terjadi. Jadi, kalau benar perempuan itu Patty, berarti Patty ke Hotel Nusan, dong? Tapi kalau begitu siapa laki-laki yang ada di atas Patty? Lexa tidak pernah melihat laki-laki dengan rambut ikal seperti itu.
"Pat," kata Lexa setelah selesai melahap satu buah gemblong. Patty hanya diam di sana, menatap gemblong-gemblong manis dan enak di hadapnnya dengan tatapan kosong. "Pat, boleh nggak lu certain apa yang terjadi? Siapa tahu gua bisa bantu lu."
"Satrya… kemarin ajak gua dinner… di Hotel Nusan." Patty masih tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Sangat kontras dengan Lexa yang terkaget-kaget di sebelahnya.
"Jadi cowok di foto itu Satrya?!" serunya.
Patty mengangguk. "Malam itu gua kaget kenapa Satrya datang dengan rambut ikal. Gua pikir karena malam itu spesial, gua pikir dia mau tembak gua makanya dia berusaha tampil beda tapi…ternyata… ini toh." Patty tertawa nanar.
"So… kalian sehabis dinner langsung pergi ke kamar?"
Patty mengangguk. "Di sana Satrya marah karena… karena dia ternyata tahu kalau siang itu gua pergi sama Nick."
"Dia tahu dari mana?"
Patty mengangkat kedua bahunya, masih menatap kosong pada gemblong-gemblong yang masih hangat di hadapannya. "Ada yang kasih tahu dia."
"Siapa?"
Tiba-tiba Patty teringat sesuatu. Ia menatap Lexa dengan tatapan ketakutan. "Xa! Kayanya lu harus pergi dari sini!!"
"Hah?" Lexa jadi ikut panik melihat Patty ketakutan. "Kenapa? Ada apa?"
"Ada… ada orang yang… yang selalu ngikuti gua dan Nick. Nanti lu bisa ketahuan ke sini, Xa!" kata Patty panik sambil mendorong-dorong Lexa.
Sebenarnya betul, Lexa tidak mau namanya sampai terseret-seret ke dalam urusan Patty, tapi Lexa masih ingat bagaimana Patty selalu menemaninya dulu saat ia baru masuk SD setelah sekian lama bersekolah di rumah dengan guru-guru private. Mana mungkin Lexa meninggalkan Patty yang sudah banyak membantu dan melindunginya begitu saja?
"Oh dear," Lexa memeluk Patty lagi sebentar kemudian melepaskan pelukannya dan menepuk pundak Patty. "Gua sudah nggak masalah kalau ketahuan gua ada di sini. Justru bukannya kita jadi punya kesempatan untuk tangkap pelakunya?"
"Apa?"
"Gua tinggal ikuti lu dan Nick supaya gua bisa lihat siapa yang selama ini mengikuti kalian, kan?" Lexa tersenyum nakal. "Gua bisa sebar hoax balik untuk hancurkan hidup dia. Siapa sih yang nggak akan percaya kata-kata Angel Lexa? Tenang saja, Pat. Sekarang giliran gua yang lindungi lu."
"Xa…" Patty terharu mendengarnya.
"By the way, lu tahu darimana ada yang stalking lu dan Nick?"
Patty mulai menceritakan bagaimana ada orang yang mengirim pesan pada whatsin Patty dan Satrya, mengirimkan foto-foto itu. Lexa melihat foto-foto dari whatsin Patty dan terperangah. "I can't believe this! (Gua nggak percaya)"
"Iya, kan? Gua juga bingung siapa yang…"
"Ngapain si Nick ke rumah si gendut ini? Ew! Apa Nick suka sama si gendut?"
"Xa!" protes Patty. "Kok lu salfok (Salah focus), sih?" kemudian tertawa. Memang kespontanan Lexa selalu berhasil membuat Patty tertawa seperti… seperti Nick.
"Nggak, gua nggak salfok kali ini." kata Lexa kemudian menatap Patty serius. "Pat, apa lu nggak curiga sama Olive?"
"Awalnya gua curiga sama Olive, tapi tadi nyokap gua kasih gua dengar percakapan Nick dengan Olive waktu hari Sabtu ini. Ternyata Nick rekam semuanya. Gua kaget banget dengarnya, sakin kagetnya gua sampai nggak bisa dengar rekaman itu sampai selesai. Lu dengar baik-baik ya, Xa, ternyata Satrya…" Patty mulai menceritakan semuanya dari sudut pandang Olive.
Lexa tertawa dan berkata. "I knew it! (Tuh kan) Waktu gua dengar cerita lengkap Satrya untuk pertama kali di restoran Italia itu. Remember? Waktu Nick datang babak belur dan ruined our double date? (Mengacaukan kencan ganda kita)" Patty mengangguk dan Lexa melanjutkan, "Gua sadar ada yang janggal, gua juga yakin Nick sadar hal ini karena gua lihat Nick beberapa kali mau menyela Satrya tapi nggak jadi, dia juga beberapa kali lihat lu dan gua dengan nggak yakin. You know what's the odd thing is? (Lu tahu hal apa yang janggal?) Untuk apa juga Satrya minta nomor lu ke Olive? Jelas-jelas dia bisa minta ke gua. Besides (selain itu), sekarang sudah zaman kapan, sih? Kenapa dia nggak chat lu di ingstaram saja?"
Patty terdiam, melongo. Selama ini dia kemana saja, sih? Masa hal sesimpel ini saja tidak terpikirkan olehnya? Tapi apa coba tujuan Satrya merusak hubungan Olive dan Patty? Dan lagi… kenapa… "Kenapa kalian nggak langsung tanya saja? Coba kalau kalian tanya, gua pasti sadar saat itu."
"Because Satrya looked so mad after lu bilang lu would choose Olive over him. (Karena Satrya kelihatan marah banget setelah lu bilang lu bakal milih Olive daripada Satrya)" kata Lexa.
Patty terdiam. Sakin banyaknya pertanyaan di kepalanya, ia sampai tidak tahu harus memikirkan apa. Lexa juga terdiam, ia terus memandangi foto-foto yang dikim pada Patty.
"Pat," kata Lexa memecah keheningan. "Sepertinya this stalker bukan stalk lu tapi Nick."
"Apa?" tanya Patty.
"Lu perhatiin, deh. Ada Nick di semua foto yang dia ambil, termasuk foto yang dikirim ke Satrya. Berarti siapa pun itu, dia pasti cukup dekat dengan Nick sampai tahu kemana saja Nick pergi saat itu. Menurut lu, siapa orang yang tahu tentang itu di hari Sabtu dan Senin?"
Patty terdiam sebentar. Ia ingat… percakapan Nick dan Olive sebelum ia menghentikan rekaman tadi pagi. Tentu saja! Di foto yang dikirim oleh nomor itu, dua-duanya adalah foto Nick dan Olive! Apa artinya Olive memang ingin menjauhkan Nick dan Patty supaya ia dapat menjebak Patty dan Satrya?
"Olive…" gumam Patty.
***