Lexa baru saja selesai mandi. Tentu ia tidak mencuci rambutnya. Untuk apa? Toh masih bagus. Baru saja Lexa duduk di hadapan meja riasnya yang besar berwarna putih gading dengan ukiran meliuk-liuk ala kerajaan Eropa, ponselnya berdenting beberapa kali. Aduh siapa, sih? Berisik sekali.
Lexa melihat notifikasi ponselnya. Nick mengirimkan 10 pesan?! Apa-apaan dia?
'Xa! Ive come up with a plan!' (gua sudah ada rencana)
'But you have to play along' (tapi lu harus ikut berpura-pura)
'First thing first, ini baju yang harus lu pakai'
Kemudian Nick mengirimkan satu gambar atasan, satu gambar bawahan, satu foto terusan, satu foto sepatu, satu foto tas, satu foto kacamata, dan satu foto rambut dengan model pony tail. What?
Kemudian muncul satu lagi pesan dari Nick yang berbunyi, "Pilih 1 aja bajunya"
Lexa berdiri dan berjalan ke pintu di dekat ranjangnya dan masuk ke ruangan putih besar dengan beberapa lemari dengan cermin di setiap pintunya, lampu gantung indah dan mewah, karpet berbulu putih, dan kursi di tengah-tengahnya. Lexa membuka lemari demi lemari, mencari baju norak seperti yang dikirimkan Nick. Memangnya apa sih yang Nick renanakan? Bukankah mereka seharusnya tidak tampil mencolok?
Tapi kemudian Lexa tersenyum senang. Ini menyenangkan. Seru sekali!
Akhirnya, Lexa menemukan baju sesuai dengan yang Nick minta. Ia berjalan dengan cepat kembali ke kamarnya, melemparkan bajunya ke ranjang dan mulai merias muka dan menata rambutnya.
Satu jam kemudian, ponsel Lexa berdering. Tepat ketika Lexa sedang memasang bobby pin terakhir di kuncirannya. Lexa melihat layar ponselnya. Nicky.
"Zup, bro?!" kata Lexa.
"Sampai, bro." kata Nick.
"Okay, bro."
Lexa menatap bayangannya di cermin. Norak tapi tetap cantik.
Ia mengambil kacamatanya, tasnya, dan beranjak turun ke bawah. Keluar melewati pintu yang dibukakan oleh pelayan menuju ke gerbang rumahnya yang megah melewati taman yang cukup luas, asri, dan indah. Apalagi sejuk sekali karena hujan yang baru saja selesai mengguyur Bandung.
Tapi saat ia sampai di depan gerbang yang dibukakan oleh pelayan dari dalam rumah menggunakan alat, Lexa melongo. Nick ini benar-benar…
Nick datang ke rumah Lexa dengan mobil Mercedex C300 C-Class Couple. Lexa sampai mengerjapkan matanya. Ia pikir Nick tidak ingin menarik perhatian tapi kenapa malah membawa mobil Mercedex 2 pintu, sih?
Lexa menatap Nick dari jendela mobilnya yang terbuka. "What? Get in! (Apa? Naik!)" kata Nick sambil tertawa.
Lexa masuk ke dalam mobil. Ia duduk di sebelah Nick yang memakai kacamata hitam, kemeja putih dengan celana pendek Guest dan sendal Naik, tidak hanya itu tapi Nick juga memakai kalung emas dan kupluk Guest. Sangat tidak seperti Nick.
Lexa pun memakai dress bunga-bunga bernuansa merah jambu, handbag VL merah, wedges merah, dan rambutnya diikat dengan model ponytail, di hidungnya hinggap kacamata hitam dengan bingkai merah jambu yang mewah dari Doir. Ini sih bukan Lexa, tapi gaya Desi.
"Katanya lu nggak mau mencolok, tapi kok bawa mobil gini? Kok bukan nyewa mobil biasa saja?" protes Lexa ketika duduk di samping Nick.
Nick menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendecekan lidahnya beberapa kali dan melihat Lexa dengan tatapan mengejek. "Duh mbakyu. Nanti makin mencolok, dong?"
Lexa bingung. Bagaimana mungkin malah jadi makin mencolok? Tapi Lexa hanya tersenyum. Ia suka dibuat penasaran dan berpetualang begini. Rasanya asyik.
Nick mulai menyetir. Di mobil, Lexa memasang lagu-lagu pop rock dari Imagine Snake untuk menambah suasana seru saat itu. Nick jadi tertawa. "Gua tahu harusnya gua nggak senang tapi seru banget, ya?"
Lexa tertawa mendengarnya dan mereka malah menyanyi mengikuti semua lagu-lagu Imagine Snake yang diputar sepanjang perjalanan sampai akhirnya mereka sampai di dealer mobil ayah Satrya, dealer mobil mewah terbesar di Bandung.
"Oh pantas!" seru Lexa. Memang kalau ke sini tidak boleh pakai mobil biasa. Malah mencolok. Tapi… "Terus lu mau apa ke sini?"
Nick mematikan mesin mobilnya kemudian bercerita dengan bangga pada Lexa. Sepulang sekolah tadi ia teringat pamannya yang pernah membeli mobil dari dealer ini. Jadi setelah Nick menghubungi pamannya itu, ternyata kebetulan mobil ini sudah harus diservice berkala. Jadilah Nick pergi ke rumah pamannya itu dengan angkot. Tentu saja supaya tidak ada yang membuntuti Nick.
Lexa terperangah mendengar cerita Nick. Memang Nick ini, meskipun selalu spontan, tapi selalu saja ada akalnya.
Mereka masuk ke dalam. Nick mendaftarkan mobilnya untuk diservice sedangkan Lexa duduk di sebelah Nick. Dengan luwes, Nick bertanya pada resepsionis, "Pak Kuntoro ada?"
"Bapak sudah ada janji dengan Pak Kuntoro?" tanya resepsionis di sana dengan bingung.
Nick menggeleng kemudian berkata. "Belum, sih. Tapi bilang saja anak Pak Adeo mau ketemu."
Resepsionis itu terlihat bingung sebentar tetapi kemudian berdiri dan berkata. "Sebentar ya, mas."
Setelah resepsionis itu pergi, Lexa berbisik pada Nick. "Siapa Adeo?!"
"Oom gua!" bisik Nick bangga.
"Kenapa lu bilang lu anak dia?"
"Oom gua beli mobil di sini karena dia teman SMA Pak Kuntoro. Pak Kuntoro itu Head Manager di sini. So, singkatnya gua sekarang jadi anak oom gua yang namanya Wails. Gua, as Wails, tinggal di Amerika sejak SMA dan sekarang gua sudah tunangan, tunangan gua namanya Maria, teman satu SMA gua. Nah sekarang lu jadi Maria ini." bisik Nick sambil mengawasi resepsionis yang sedang berbicara dengan kustomer di sebelah Lexa.
"Hah? Maria ini orang sana bukan?"
Nick menyeringai dan menggaruk kepalanya kemudian mengangguk.
"Lu gila, ya? Gua nggak ada bule-bulenya!"
"Dia bukan bule, Xa. Dia orang Brazil. Jadi lu jangan lepas-lepas kacamata lu supaya samar. At least kulit lu kecoklatan dan hidung lu mancung jadi masih aman. Ingat ya, aksen Amerika!"
Tidak lama kemudian, resepsionis tadi keluar dan mengajak Nick dan Lexa ke ruang Pak Kuntoro di lantai 2. Nick dan Lexa duduk di kursi jaring kantor hitam. Di hadapan mereka, pria paruh baya dengan kumis lebat abu-abunya sedang duduk di belakang meja putih, tersenyum ramah pada mereka.
"Halo halo!" katanya ramah setelah resepsionis tadi menutup pintu. Ia bangkit setengah berdiri dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Nick. "Ini Wails? Ya ampun! Sudah besar ya!"
"Halo, Oom. Iya nih sudah kuliah tingkat akhir nggak kerasa." kata Nick sambil menjabat tangan Kuntoro.
"Ini siapa?" tanyanya sambil menyodorkan tangan pada Lexa.
Lexa tersnyum sambil menyambut tangan itu sedangkan Nick menjawab. "Ini pacar saya, Oom. Namanya Maria. Tapi dia orang Brazil jadi nggak bisa ngomong Indonesia."
"Oh! Nice meeting you, Maria. I'm Kuntoro." (Senang bertemu kamu, Maria. Saya Kuntor". "Nice meeting you" adalah cara yang lebih santai untuk mengucapkan "nice to meet you)
"Nice meeting you too, sir. (Senang bertemu bapak juga)" Lexa tersenyum manis, berusaha sedapat mungkin menggunakan aksen Amerika.
"Duh maaf ya oom kita jadi ganggu oom kerja." kata Nick sambil tersenyum lebar.
"Ah kamu kaya ke siapa saja. Lagi nggak banyak kerjaan, kok."
Nick kembali tertawa dan berkata, "Sorry loh oom. Soalnya saya bosan kalau diam saja sambil nunggu mobil selesai di-service sekalian mau silahturahmi juga sama oom."
Lexa tersenyum, berusaha menahan tawanya. Ini Nick hebat banget. Kalau ditekuni terus dia bisa menjadi penipu ulung nih!
"Santai, santai!" kata Kuntoro sambil melipat kedua tangannya di atas meja. "So how did you two meet?" (Jadi, gimana kalian berdua bertemu/kenal?)
"Well we went to the same highschool and she liked me first because of my appearance. (Yah kita sekolah di highschool yang sama dan dia suka aku karena penampilan aku)" kata Nick sambil tersenyum nakal pada Lexa. Lexa hampir mengatakan sesuatu untuk membalas Nick ketika Nick tiba-tiba menambahkan. "Babe, I heard that the owner's son was also so handsome. (Sayang, aku dengar anak pemilik dealer ini juga tampan banget)"
Lexa kaget tapi ia ikut bersandiwara. "Oh really? Who told you that?" (Oh ya? Kata siapa?)
"My cousin goes to the same school as he does. (Sepupu aku sekolah di sekolah yang sama dengan dia)" kemudian Nick menatap Kuntoro dan berkata. "Oom, do you have his photo? Maria always insists that Brazilian guys are way more attractive that Indonesians. (Oom punya foto dia? Maria selalu bersikeras kalau cowok-cowok Brazil jauh lebih menarik daripada cowok-cowok Indonesia)"
Kuntoro tertawa dan berkata. "No way! Here I'll show you his latest photo. (Nggaklah! Nih, saya tunjukkan foto terakhirnya)" Kuntoro merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya kemudian mengutak-atiknya sebentar sedangkan Nick dan Lexa bertukar senyum. Mereka berhasil membawa topik mengenai Satrya. "Here he is. No one can deny his attractiveness. (Ini dia. Nggak ada yang dapat memungkiri daya tariknya)"
"When was this photo taken? (Kapan foto ini diambil?)" tanya Nick seraya mengambil ponsel Kuntoro.
"This monday. His girlfriend is so beautiful eh? He comes here often with his girlfriend. (Senin ini. Pacarnya sangat cantik, ya? Dia sering datang ke sini dengan pacarnya.)"
"Girlfriend?" tanya Nick dan Lexa bersamaan.
Kuntoro yang tidak terlihat bingung dengan itu berkata pelan. "But this is a secret alright? He doesn't want anyone to know that he is dating this girl. (Tapi ini rahasia ya? Dia nggak mau siapa-siapa tahu kalau dia sedang berkencan dengan cewek ini)"
Nick dan Lexa melihat foto yang ditunjukan Kuntoro. Satrya dengan rambut bergelombang dan kemeja hijau tua dengan batik emas dipadukan dengan celana kain hitam sedang merangkul gadis dengan dress hijau tua di sebelahnya. Nick ingat foto yang Olive tunjukan pada Nick saat ia menceritakan semuanya pada Nick. Satrya memakai kemeja yang baru ia beli di foto itu. Dress hijau ini juga sangat mirip dengan dress yang dipegang Satrya di foto yang Olive tunjukkan.
Satrya dan perempuan itu terlihat sedang memotong tali merah di depan mereka. Melihat siapa perempuan di samping Satrya, Nick dan Lexa hampir menjatuhkan ponsel Kuntoro sakin kagetnya.
"There was this car. It was the first model of this type of car that had just arrived from... (Ada mobil ini. Ini adalah model pertama dari tipe mobil yang baru datang dari…)" mereka tidak lagi mendengarkan penjelasan Kuntoro soal acara di foto tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa Satrya dan perempuan ini berkencan. Ini kan... pantas saja Hotel Nusan yang dipilih Satrya.
Untung saja, Nick masih dapat menanggapi cerita Kuntoro dengan baik dan terus bersandiwara sampai mobil Mercedex Adeo selesai diservice tapi semakin banyak cerita yang mereka dapatkan tentang Satrya dan perempuan ini, semakin terguncang mereka. Ternyata Satrya sudah dekat dengan perempuan ini selama hampir 6 bulan meskipun belum resmi berpacaran. Perempuan ini sudah sering dibawa oleh Satrya ke dealer tapi bagaimana mungkin tidak ada seorang pun yang tahu tentang ini?
"Gila nggak sih Nick?" seru Lexa begitu mereka ada di mobil.
Nick mengangguk kemudian menatap Lexa dengan mata terbelalak. "Kok kita bisa nggak sadar?"
"Kalau gua pikir-pikir lagi bisa saja sih! Tapi kenapa juga Satrya dekat dengan Patty kalau dia sudah ada cewek itu?!" seru Lexa dengan suara meninggi.
"Gua juga nggak ngerti. Lagi pula gua baru balik dari Korea nggak sampai 6 bulan! Lu kok bisa nggak sadar?" seru Nick tidak kalah tinggi
"Mana gua tahu!" Lexa kemudian hanya menatap kosong ke depan. Nick mulai memundurkan mobilnya dan mengemudi ke rumah Lexa. Lexa tiba-tiba berseru. "Nick kenapa kita nggak periksa CCTV di rumah Patty?"
Nick yang terlonjak kaget mendengar suara Lexa langsung mengelus dadanya dengan dramatis sebelum menjawab, "Nggak bisa, Xa. CCTV di rumah Patty cuman pajangan tahu?! Sudah rusak dari beberapa tahun lalu. Lagipula Patty kan sudah marah besar sama gua."
"Oh! Lu sudah lihat CCTV di Rumah Makan Gelfara?"
Nick mengangguk dan berkata, "Rekaman di hari gua dan Olive datang sudah hilang karena sudah lebih dari satu bulan sedangkan di hari gua dan Patty bertemu, cuman ada pengunjung-pengunjung biasa yang datang. Nggak ada cewek itu, Satrya, atau siapa pun yang kita kenal. Memang ada satu cowok yang mencurigakan, duduk di belakang gua dan Patty dan beberapa kali memotret gua dan Patty, tapi… gua nggak tahu siapa cowok itu."
Lexa menghembuskan napasnya kesal. "Ya sudah seenggaknya gua sekarang sudah punya tiga suspect."
"Loh satu lagi siapa? Masa gua dan Olive masih masuk suspect?"
"Lu nggak. Tapi Olive." kata Lexa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Xa, Olive tuh nggak ngapa-ngapain. Percaya deh sama gua."
"Nggak percaya tuh."
Nick merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. "Gua sempat merekam percakapan gua dan Olive waktu..."
"Nggak perlu. Patty sudah cerita semuanya." kata Lexa.
"Patty sudah cerita semuanya dan lu masih curiga sama Olive?"
Lexa menggangguk, "Ya memang kenapa kalau ternyata memang Satrya jahat pada Olive? Mungkin Olive merasa terhianati makanya dia mau balas dendam."
"Patty nggak denger rekamannya sampai akhir, ya?"
Lexa menatap Nick. Iya, Lexa ingat Patty berkata ia tidak dapat mendengarkan rekaman itu sampai selesai. "Nggak." kata Lexa.
Nick menyodorkan ponselnya dengan tatapan mata masih tertuju pada jalanan di depan mereka dan berkata. "Dengar sendiri, Xa."
Lexa mendengarkan rekaman itu sampai akhirnya Olive berkata, "Karena gimana juga, Patty selama ini selalu ada buat gua dan… dia tetap sahabat gua selama ini, walau pun dia sekarang sudah bukan lagi teman gua dan gua sangat sangat sakit hati, gua... tetap anggap dia sebagai orang yang pernah ada dan bantu gua. Jujur gua sekali lagi hampir mau balas dendam. Dia sudah ninggalkan gua dan ambil lu, buat gua dirundung, tapi... tapi gua tetap sayang Patty. Lagian… walaupun gua sudah membayangkan apa yang mau gua lakukan pada Patty dan lu, gua … nggak berani lakukan. Rasanya deg-degan banget."
Nick tertawa kemudian berkata, "Memang lu nggak pernah berubah, Live!"
***
Lexa menatap kelambu emas di atasnya sambil berbaring memeluk guling di atas ranjang dengan sprei emas yang besar. Lexa masih tidak percaya dengan apa yang Olive katakan di akhir rekaman. Bisa saja Olive berkata begitu untuk menyembunyikan tangan sebelum melempar batu.
Tapi bagaimana ya caranya supaya bisa yakin? Lexa dan Nick juga sama-sama tidak memiliki nomor stalker yang mengirim foto-foto pada Patty dan Satrya. Bagaimana Lexa dapat melacak IP Address nomor itu?
Lexa berguling ke kanan masih sambil memeluk gulingnya. Ini sama sekali tidak seperti Lexa. Ia jarang sekali berpikir seperti ini. Tapi... bukan hanya karena Patty telah dijebak, tapi fakta bahwa Satrya ternyata berkencan dengan ....
Ya ampun! Kenapa Lexa dan Nick tidak terpikir untuk memeriksa CCTV Hotel Nusan pada hari itu? Lexa mengambil ponselnya dan menelepon Nick. Tidak diangkat. Berkali-kali Lexa menelepon Nick tapi tidak diangkat juga. Ya sudah, Lexa mengirim pesan pada Nick kemudian ia tidur dan keesokan paginya ketika Lexa bangun, Nick sudah membalas pesannya dan setuju dengan rencana Lexa yang... sama sekali tidak matang.
'Nick! Pulang sekolah besok kita ke hotel nusan yu! Kayanya kita harus cek cctv di sana. Berangkat pisah aja! Gua naik mobil, lu naik apa aja deh! Urusan ngobrol sama mba2 resepsionisnya lu aja ya! Trust you deh buat basa basi! Lol. Kabarin ASAP' -23.05
(ASAP = as soon as possible = secepatnya)
'Hey! Ok! Cya in Hotel Nusan!' -03.40
(Cya dari kata see ya atau see you artinya sampai jumpa)