Hari pertama sekolah, tentu saja rasanya masih bersemangat. Tapi karena pola tidur yang tidak baik selama libur, perempuan itu hampir saja terlambat. Di depan pintu kelas, ia dapat mendengar suara Lexa yang khas, "Cie… Nicky akhirnya nggak mau Patty diambil Satrya."
Ia masuk ke dalam dan meletakan tasnya sambil terus menonton Patty, Nick dan Lexa yang duduk di tengah kelas. Ingin rasanya ia menjambak rambut Patty kuat-kuat.
"Heh!" Nick tertawa sambil melihat Lexa.
Ia mengambil tempat duduk di sebelah Lexa, di dekat tembok supaya cukup jauh dari Patty kemudian bertanya sambil tersenyum pada Lexa. "Ada apa sih, Xa?"
"Ini nih si Nicky. Sudah tahu Patty ada janji date dengan Satrya sore ini, dia malah minta Patty ngobrol dengan dia sebelum ketemu Satrya." kata Lexa sambil tertawa.
Gawat. Apa jangan-jangan benar Nick sudah tahu tentang itu semua? Ia harus benar-benar mengirimkan foto-foto itu supaya Patty curiga pada Nick dan Olive.
Tidak, tidak sekarang. Ia harus mengamati terlebih dahulu kapan mereka akan pergi dan kemana. Akan jauh lebih baik kalau ia dapat membuntuti mereka, kan?
Tapi, sampai mendekati istirahat kedua pun mereka masih belum pergi juga. Kalau begitu bagaimana ia dapat membuntuti mereka? Sore ini setelah sekolah selesai kan ia dan Satrya harus menghadiri launching. Sudahlah, lebih baik ia kirim foto-foto itu sekarang mumpung ia masih dapat memperhatikan ekspresi Patty.
Ia memastikan bahwa VPN di ponselnya telah menyala lalu mengirimkan foto-foto Nick dan Olive pada Patty. Ia melihat dari bangkunya di samping kanan depan Patty bagaimana Patty dengan penasaran membuka ponselnya. Ekspresi Patty berubah kaget kemudian melirik Nick yang duduk di sebelahnya. Bagus. Setidaknya ia sedikit tenang ketika ia berdiri di balkon foodcourt saat istirahat siang sambil melihat Nick dan Patty pergi ke gedung parkir.
***
Ia membuka kamar 213, dengan hati-hati meletakan kamera mininya di atas accent table kemudian menarik meja itu ke sebelah ranjang dengan jarak sedemikian rupa supaya kamera ini dapat mengambil gambar muka Patty dengan jelas. Ia mencoba merekam dengan kamera itu dan melihat hasilnya di ponsel barunya kemudian menangkap layar ponselnya. Bagus. Tepat seperti yang ia perkirakan.
Ia mengirimkan foto itu pada Satrya supaya Satrya tahu dimana kira-kira ia harus mendorong Patty. Ia tersenyum membayangkan muka Patty ada di foto itu. Orang bilang kita harus dapat memvisualisasikan apa yang mau kita capai supaya tujuan kita tercapai, bukan?
Ia mengambil gelas dan pot bunga dan meletakannya di sekitar kamera kecil itu untuk membuat kamera kecil itu semakin tidak terlihat. Setelah selesai, dengan perlahan ia pergi meninggalkan kamar itu dan berjalan ke bawah, menuju ruang CCTV Hotel Nusan. Di sana, ia memerhatikan Patty dan Satrya yang masih duduk di meja makan.
Beberapa menit kemudian, Satrya mulai berdiri, disusul dengan Patty. Satrya menarik Patty keluar dari kursinya dan tidak lama kemudian mereka berjalan. Ia melihat melalui layar lain, Satrya dan Patty berjalan menuju lift, menuju kamar 213, kemudian pintu tertutup di belakangnya.
Ia melihat rekaman kamera mini dari ponselnya. Bagus. Tepat seperti yang ia rencanakan. Bahkan reaksi Patty pun tepat seperti yang ia bayangkan.
Patty kemudian berdiri dan berlari keluar dari kamar hotel. Ia terus menonton Patty yang sedang berlari keluar dari lobi hotel sambil tersenyum. Akhirnya hari ini datang juga.
Subuh itu, pukul 3 dini hari, ia akhirnya selesai mengikuti semua siswa-siswi GIS di ingstaram dengan akun ingstaram palsu yang dibuat di ponsel barunya. Ia langsung mengunggah foto Patty di atas ranjang itu, baik ke halaman ingstaramnya maupun ke story. Hingga pukul 9 pagi itu, story tersebut telah dilihat oleh lebih dari 400 orang dan semua siswa-siswi GIS telah ramai membicarakan Patty. Bahkan, Nick sudah pulang sejak kelas kedua tadi. Lexa terlihat sangat terguncang sepanjang hari. Rasanya ini adalah hari yang paling membahagiakan untuknya. Tapi ternyata tidak.
Keesokan harinya adalah hari yang terbaik untuknya. Saat istirahat siang, di foodcourt saat makanan mereka sudah habis, Lexa tiba-tiba berdiri dan berkata, "Attention qualified people! (Perhatian untuk orang-orang yang berkualitas)"
Semua mata anggota QS dan Bandha Bandhu langsung tertuju pada Lexa. Lexa memandang sekeliling kemudian berdeham. "I think mulai minggu depan gua akan keluarkan Patty dari QS secara resmi. You guys have to know that this is a very very hard decision for me to make because as you guys know (Kalian harus tahu bahwa ini adalah keputusan yang sangat sangat sulit untuk gua buat karena sebagaimana yang kalian tahu) betapa berharganya Patty buat gua. Jadi, mohon pengertian kalian kalau untuk ke depannya mungkin gua akan murung atau sering bolos. Kalian nggak perlu cari gua, gua hanya perlu waktu sendiri untuk sementara."
"You okay hon?" tanya Ilyas di sebelah Satrya.
"I am. Tapi coba kalian lebih perhatikan Satrya. Dia pasti yang paling terpukul." kata Lexa kemudian berjalan pergi dari foodcourt.
Perempuan itu menatap Satrya. Satrya langsung menangkupkan kedua telapak tangannya pada mukanya dan berkata, "Seharian ini gua berusaha diam tapi sebenarnya gua sangat terpukul."
"Aw man, jangan pikirkan cewek macam Patty. Masih banyak nih cewek-cewek berkualitas di meja sebelah kita." kata Zaki sambil menepuk pundak Satrya.
Nick hanya terdiam, memandangi meja di hadapannya tanpa berkata apa-apa. Bagus. Nick tidak membela Patty. Ia yakin benar pasti ada sesuatu yang terjadi antara Nick dan Patty. Apalagi didukung dengan foto yang dikirimkan Guntur kemarin siang. Foto yang memperlihatkan Nick dengan muka gusar naik ke atas motor Dukatihnya.
Baiklah, sekarang sepertinya waktu bagi perempuan itu untuk beristirahat dan fokus berpacaran dengan Satrya. Tentu tidak akan terlalu lama. Jujur saja, ia tidak tahan dengan sikap Satrya yang tidak mau disalahkan, yang selalu ingin dipuji dan dianggap. Tapi ia tidak dapat memutuskan Satrya sekarang. Tidak sekarang.