"Nick!" seru Patty ceria sambil duduk di belakang Nick, di antara Ayu dan Sharon seperti biasa. Akhirnya mereka masuk sekolah lagi.
"Cie… yang sudah nggak butuh tebengan lagi." kata Nick saat Patty duduk di sebelahnya.
Patty tertawa. "Mohon maaf, a. Pangeran tampan jemput neng tadi pagi."
Nick tertawa. Berbagai macam perasaan datang menghampiri Nick. Ia sedikit sedih bahwa Patty memilih Satrya, tetapi perempuan mana yang tidak akan memilih Satrya daripada Nick? Satrya tampan, pintar, masa depannya juga cerah, romantis pula. Sedangkan Nick, hanya anak dari keluarga yang berantakan, penampilan biasa saja, dan masa depannya pun tidak jelas. Tentu saja Nick dengan rela telah memutuskan untuk melepaskan Patty pada Satrya. Apalagi melihat Patty yang tersenyum senang seperti ini. Namun, semua yang dikatakan Olive Sabtu kemarin membuat Nick ingin cepat-cepat memberitahu Patty untuk menjauhi Satrya.
"Pat. Hari ini kosong, nggak? Kita makan sore, yuk!" kata Nick ceria.
"Yah, gua sudah janji sama Satrya malam ini… mau dinner di Hotel Nusan!" kata Patty setengah berbisik. Mukanya terlihat sangat ceria. "Menurut lu dia bakal nembak gua nggak malam ini?"
Nick tidak tega untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya jadi ia hanya tersenyum dan berkata. "Tapi, Pat. Boleh nggak gua seenggaknya ngobrol sama lu sebentar saja? Berduaan."
Patty mengejapkan matanya beberapa kali. Apa?
"Cie… Nicky akhirnya nggak mau Patty diambil Satrya." goda Lexa sambil meletakan tasnya di meja sebelah Nick.
"Heh!" Nick tertawa sambil melihat Lexa.
Patty kira Nick melupakan kata-katanya tadi. Toh memang Nick orangnya agak impulsif, sering bertindak dan berbicara tanpa dipikir. Tapi ternyata pikiran Patty salah. Tidak lama setelah itu, Patty mendapat whatsin dari Nick.
'Pat, bolos setelah istirahat siang, yu!'
Patty terdiam sebentar. Ada apa dengan Nick? Kok dia ngotot banget? Apa benar ya yang tadi Lexa bilang kalau Nick tidak mau Patty diambil Satrya?
Patty melirik ke arah Nick. Nick tampak biasa saja, mendengarkan guru bahasa yang sedang mengajar di depan. Haruskah…?
***
"Lu nyulik gua buat ke sini?" kata Patty tertawa kemudian duduk di kursi kebangsaan mereka di Rumah Makan Gelfara.
Nick tertawa dan duduk di sebelah kanan Patty kemudian menatap Patty dengan serius walaupun senyuman ceria khasnya tidak menghilang dari wajahnya. "Pat, lu tahu nggak sih gua sayang sama lu?"
Patty kaget. Apa maksudnya?
"Lu sudah kaya adik gua sendiri. Keluarga gua sendiri. Papah mamah lu juga sudah gua anggap Fader Muder (ayah ibu dalam bahasa Ambon yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Belanda) gua sendiri." (Fader Muder adalah ayah ibu dalam bahasa Ambon yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Belanda)
Oh, Nick sayang pada Patty sebagai keluarga? Rasanya lega tetapi juga kecewa.
Nick menggenggam tangan Patty dan berkata. "Lu percaya sama gua kan, Pat? Gua nggak akan jahatin lu. Apa pun yang gua lakukan, dari dulu sampai sekarang dan sampai nanti pun, semuanya buat kebaikan lu."
Patty bingung, ia hanya dapat mengangguk pelan. Baiklah, lebih baik Patty dengarkan penjelasan Nick sampai akhir daripada menebak-nebak apa yang terjadi.
"Pat, gua mohon jangan lagi dekat dengan Satrya. Gua nggak bisa cerita ke lu alasannya sekarang tapi gua mohon, berhenti dekat dengan Satrya." Nick memandang Patty sungguh-sungguh. Di mata Nick, Patty dapat melihat ada sorot kekhawatiran.
Patty menarik tangannya perlahan dari genggaman Nick. Nick melihat tangan Patty dengan sedih. Tentu saja, mana mungkin Patty mau mendengarkan kata-kata Nick dibandingkan dengan Satrya.
"Lu… bicara seperti ini karena Olive?"
"Apa?"
Patty mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang ia dapat di whatsin-nya pada kelas terakhir sebelum mereka kabur. Pesan dari nomor yang tidak dikenal. Isi pesannya hanya beberapa foto Nick dan Olive di restoran milik Gelfara ini, ada foto Nick saat memberi gelas pada Olive, saat memberi coklat pada Olive, saat menepuk-nepuk pundak Olive dan saat Olive naik ke Dukatih hitam Nick. Foto-foto itu terlihat seperti diambil dari kejauhan. Selain itu ada juga beberapa foto Nick saat ke memasuki gerbang rumah Olive, keluar dari gerbang bersama Olive dan foto Nick di atas Dukatihnya sedang menepuk kepala Olive dengan lembut sambil tertawa. Di bawah foto-foto itu, sang pemilik nomor tidak dikenal itu berkata, "Tebak kapan foto ini diambil" setelah itu ia mengirimkan tangkapan layar yang menunjukkan waktu diambilnya foto itu, tepat di hari Sabtu saat Patty pergi dengan Satrya.
Nick terperangah tidak percaya. Apa-apaan ini? Siapa yang memotret mereka?
"Gua kira gua spesial saat kita makan di sini tempo hari. Gua sampai meluk lu karena gua pikir teman terbaik gua sudah kembali. Gua pikir lu benar-benar lebih percaya gua daripada Olive. Gua pikir lu benar-benar mau dukung gua dan Satrya…" Patty terdiam sebentar, menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia mengatakan ini? Tapi… kalau dia katakan dan tidak benar pasti akan malu sekali. Tapi bagaimana pun Patty yakin hal ini… benar. "Gua tahu Olive suka pada Satrya dan… gua juga… gua juga tahu lu suka sama gua!"
Nick terdiam, tidak dapat berkata apa-apa.
"Apa yang kalian rencanakan, Nick?"
Nick terdiam tidak dapat mengatakan apa-apa.
Darah Patty seperti mendidih. Ia pun akhirnya meledak. "Gua berusaha sebisa gua untuk mengabaikan chat ini! Gua berusaha untuk percaya sama lu dan menganggap chat ini dari orang kurang kerjaan saja. Tapi dari reaksi lu ternyata benar, lu ada apa-apa dengan Olive. Iya, kan?!"
Patty tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia berharap Nick mengatakan sesuatu. Mengatakan semua ini salah dan Patty dapat percaya pada Nick. Tetapi Nick tidak berkata apapun. Nick sangat ingin menghapus air mata Patty tapi ia merasa tidak pantas. Nick akhirnya hanya dapat bergumam.
"Maaf, Pat."
Patty berdiri, tetapi tangannya dipegang oleh Nick. "Pat! Lu mau kemana? Ini jauh dari sekolah kita. Gua antar lu saja ke sekolah, ya."
Patty menepis tangan Nick kemudian berkata cepat. "Gua sudah pesan taksi online." katanya kemudian pergi dari sana.
Nick menunggu beberapa saat sebelum kemudian berdiri dan berjalan ke dekat meja kasir, mengamati Patty yang sedang memesan taksi online di lapangan parkir. Nick terus menunggu di sana sampai Patty naik ke taksi onlinenya kemudian Nick masuk lagi ke dalam. Duduk di kursinya dan menangis. Satu-satunya rumah Nick yang tersisa akhirnya hilang.
"I... I'm so sorry, Nick." Olive yang sedari tadi duduk di belakang tiang akhirnya menghampiri Nick. Ia memegang pundak Nick dan duduk di sebelahnya. "Gua nggak tahu kenapa bisa... seperti ini."
***
Langkah Patty terhenti saat ia berpapasan dengan ibunya di ruang tamu. Loh kok Desi masih di sini? Bisanya jam segini Desi sudah yoga dengan teman-temannya. Tapi melihat tas yoga dan matras yoga di pundaknya, sepertinya Desi baru akan berangkat yoga.
"Neng? Naha gues pulang jam sakieu (Nak? Kok sudah pulang jam segini?)?" tanya Desi kaget.
Patty tersenyum serba salah. "Kan baru hari pertama sekolah, mah! Mamah nggak telat? Sana sana! Nanti kelewat stretching-nya loh!" kata Patty sambil mendorong-dorong ibunya pergi.
"Bukannya tadi pagi neng bilang mau pergi sama Satrya malam ini?" tanya Desi sambil dengan pasrah didorong Patty menuju pintu depan. "Neng ke sini bareng Satrya, atuh?"
"Em...enggak mah! Ini Patty mau siap-siap dulu."
Desi berhenti di depan sofa-sofa di ruang tamu dan menghadap Patty. Membuat Patty salah tingkah. Apa Desi tahu dia bohong?
Seakan tahu sesuatu, Desi mengelus kepala Patty lembut kemudian berkata, "Ya udah atuh tapi kalau ada apa-apa bilang mamah ya neng!"
Mata Patty memanas. Ia ingin bercerita semuanya tapi ia belum siap. Jadi iya berusaha menutupi emosinya dengan tersenyum sambil mengangguk. Tidak sanggup berkata sepatah kata pun.
Desi sebetulnya sadar perubahan ekspresi di wajah Patty tapi ia tidak ingin memaksa anaknya untuk bercerita. Biarlah Patty menata emosinya dulu. Jadi, Desi menepuk-nepuk kepala Patty lembut dan berkata, "Ya sudah mamah pergi dulu, ya."
Setelah Desi pergi, Patty naik ke kamarnya dan menangis sebentar. Ia sakit hati, kecewa. Kenapa Nick sampai sekarang masih ada di pihak Olive, sih? Apanya yang teman favorit? Dasar pembohong! Sama seperti dulu, setelah Nick pergi, Patty jadi sasaran siswa-siswa yang selama ini tidak berani mengganggu Patty karena Nick. Rasanya sakit sekali, kehilangan orang yang selalu melindungi. Rasanya seperti... lebih baik Patty tidak pernah tahu rasanya dilindungi daripada mereasa kehilangan seperti itu. Sekarang pun sama, rasanya lebih baik Nick tidak usah masuk Bandha Bandhu lagi dan terus saja bersama Olive daripada dekat dengan Patty untuk sementara padahal di balik itu semua Nick masih memihak pada Olive.
Ah sudahlah! Untuk apa sih menangisi Nick? Pangeran Satrya hari ini akan menembak Patty, loh! Satrya! Seorang Satrya Sumarno!
Patty ingat kemarin malam ia janji sepulang sekolah akan dijemput Satrya dan diantar ke studio makeup artist untuk dirias dan ditata rambutnya. Tapi tidak mungkin Patty pergi ke sana sekarang. Lebih baik ia dandan di rumah saja setelah perasaannya membaik dan matanya tidak lagi bengkak karena menangis.
Patty mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Satrya. "Bang, something came up (ada sesuatu yang terjadi) jadi aku pulang duluan. Nanti jemput aku di rumah saja, ya!" Duh, tapi kalau Satrya nanti bertanya kenapa Patty ada di rumah Patty harus jawab apa, ya?
Tidak ada satu menit kemudian, masuk pesan dari Satrya "Okay my pretty Patty :*"
Untunglah Satrya tidak bertanya apa-apa. Kalau Nick pasti dia sudah heboh bertanya apa terjadi sesuatu pada Patty. Nick kan sangat...perhatian. Patty yakin kalau ia mengirim pesan seperti itu pada Nick dan menghilang tanpa membalas pesan Nick lagi, pasti tiba-tiba Nick akan berada di depan rumah Patty memastikan apakah Patty baik-baik saja.
Ah sudahlah! Apa sih? Kenapa Patty terus memikirkan Nick yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Satrya?!
Patty berdiri dan berjalan ke kamar mandi di dalam kamarnya. Ia harus mulai siap-siap sekarang supaya nanti malam ia jadi sangat cantik dan tentu...supaya ia dapat berhenti memikirkan Nick.
***
Patty mengenakan gaun tercantiknya. Off shoulder midi dress berwarna biru muda dari bludru yang begitu cantik dipadukan dengan tas kecil bermodel wristlet Doir biru muda dan heels biru muda. Rambutnya dibuat berombak dengan riasan yang natural membuat Patty hari itu sangat sangat cantik. Patty tersenyum dengan sangat manis memandang pria di hadapannya, Satrya, yang hari itu terlihat sangat tampan dengan rambut panjangnya yang dibuat ikal dan terurai indah membingkai rahang tegasnya. Kegagahan Satrya hari itu bertambah berkali-kali lipat karena kemeja hijau tua lengan panjang dengan corak batik berwarna emas yang ia kenakan saat itu. Ya ampun, apa yang Patty lakukan di kehidupan masa lalunya sampai ia dapat makan malam dengan pria setampan dan sesempurna ini di Sky Lounge Hotel Nusan yang begitu indah?
Satrya menggenggam tangan Patty lembut. Membuat Patty berdebar semakin keras. "Pat, lu mau nggak kalau hubungan kita jadi lebih dekat dari ini?"
Patty tersenyum. Tuh kan! Patty sudah menduga kalau Satrya akan menembak Patty malam ini. Walau tidak ada bunga atau apa pun, tapi perempuan mana sih yang akan menolak Satrya?
Patty mengangguk dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan tangan yang tidak digenggam Satrya. Menanggapi itu, Satrya mengangkat tangan Patty lembut menuntunnya berdiri.
Patty sedikit bingung, tapi ia mengikuti Satrya berdiri. Satrya terus menuntun Patty berjalan keluar dari kursinya. Akhirnya mereka berdua berdiri di sebelah meja dan Satrya berbisik pada Patty. "Kalau gitu..." Satrya mengeluarkan kartu kamar hotel dari sakunya. Mata Patty terbelalak melihatnya. Apa? Kenapa Satrya menunjukkan itu pada Patty? Apa Satrya ingin Patty dan Satrya...
Patty mundur, melepaskan tangannya dari genggaman Satrya. Kenapa Satrya tiba-tiba Satrya jadi begini?
"Please Pat. Gua nggak akan macam-macam, kok."
Patty menatap Satrya. "Beneran?"
Satrya mengangguk. Ya... ya sudahlah. Ini Satrya, loh! Cowok paling tampan di GIS, orang tuanya pun punya bisnis besar. Masa iya sih Satrya mau menghancurkan nama baik keluarganya?
Patty akhirnya mengangguk. Mereka masuk ke dalam lift menuju ke lantai 2. Mereka masuk ke kamar single room di paling ujung. Kamar nomor 213.
Perasaan Patty sangat tidak enak. Ia ingin kabur saja rasanya. Seharusnya dari awal Patty sudah menolak ajakan Satrya ini. Tapi Patty takut kalau ia menolak ajakan Satrya maka kesempatannya untuk bersama Satrya akan hilang. Kapan lagi ia dapat bersama dengan laki-laki setampan dan sesempurna Satrya? Laki-laki yang too good to be true (Terlalu bagus untuk menjadi kenyataan) ini.
Satrya menutup pintu kamar dan mendorong Patty lembut ke atas ranjang. Patty duduk di ranjang. Napasnya naik turun. Ia mulai panik. Sepertinya ini benar-benar ide yang buruk. "Bang... kayanya aku... pulang saja, deh."
"Dari tadi, gua tanya ke lu 'kenapa lu pulang dari sekolah duluan' dan lu nggak jawab pertanyaan gua itu." kata Satrya sambil membuka kancing kemejanya satu persatu.
Alih-alih berdiri dan mendorong Satrya menjauh, Patty malah beringsut naik ke atas ranjang. "Ha.. hah? So...soalnya.... a... abang mau apa?!"
"Lu pikir gua nggak tahu?" tanya Satrya kemudian membuka kemejanya dan membantingnya ke lantai. Patty melihat kemeja yang tidak berdaya di atas lantai dengan tatapan ngeri dan kembali melihat Satrya dengan panik.
Satrya menindih badan Patty, membuat Patty terjatuh telentang di atas ranjang. Satrya menarik kedua tangan Patty ke atas kepala Patty dan menahannya dengan satu tangan. Patty mulai berontak. Ia berusaha menggerakan tubuhnya yang ditindih Satrya tetapi ia hanya berhasil menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan panik sambil berteriak-teriak. Satrya tertawa geli melihatnya. "Lu pikir akan ada orang yang dengar teriakan lu?"
Satrya berdiri, mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya sambil berkata, "Tadinya gua mau tembak lu hari ini, tapi melihat ini..."
Satrya menunjukkan layar ponselnya pada Patty. Patty duduk dengan perlahan dan mengambil ponsel dari tangan Satrya dengan gemetar.
Layar ponsel itu menujukkan tampilan percakapan whatsin Satrya dengan nomor tidak dikenal—nomor yang sama dengan nomor yang mengirim foro-foto Nick pada Patty siang tadi. Di sana, terdapat foto Patty sedang berjalan di gedung parkir bersama Nick dan foto Nick dan Patty di restoran Gelfara. Keduanya diambil dari jarak yang cukup jauh namun tetap memperlihatkan muka Patty dan Nick dengan jelas. Satu foto lagi adalah tangkapan layar yang menunjukkan waktu diambilnya kedua foto itu, siang ini. Sial! Siapa sih orang ini?!
Tidak hanya itu, ada juga foto-foto Nick dan Patty di depan rumah Patty di hari yang berbeda-beda, terlihat dari baju Patty yang berganti-ganti. Sepertinya foto-foto itu diambil saat liburan.
Satrya mengambil kembali ponselnya dengan kasar dari tangan Patty dan berkata, "Selama gua nggak kontak lu dan bahkan setelah gua ajak lu dinner di sini malam ini, ternyata lu selingkuh dari gua." kata Satrya sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana Satrya.
"Bang..." Patty mulai menangis.
Satrya mengambil kemejanya dengan kasar dan memakainya kembali dengan cepat. "I can do worse things than this to you (Gua bisa lakukan hal-hal yang lebih buruk dari ini pada lu). Tapi gua rasa ini juga sudah cukup untuk jadi peringatan dari gua. Jangan pernah hubungi gua lagi." katanya kemudian melangkah pergi meninggalkan Patty sendirian di kamar, menangis tersedu-sedu.