Olive sangat, sangat, sangat senang sejak saat Olive melihat Nick di sekolah dan lebih senang lagi saat tahu Nick mengikuti semua kelas yang Patty ikuti, yang artinya mereka akan berada di kelas yang sama terus! Rasanya sangat nyaman seperti kembali ke rumah. Apalagi sekarang, Olive memandang pantulan dirinya di cermin. Rambutnya dibuat berombak oleh Patty dan dirinya tampak langsing dengan balutan dress hitam juga cardigan milik Patty.
Olive tidak pernah menyangka akan ada Welcoming Party untuk Nick. Rasanya... seperti mimpi. Mimpi yang sangat indah.
Namun semua kebahagiaan itu sirna ketika Olive baru saja memegang handle pintu mobil Patty dan Patty berkata. "Nah, gitu dong. Kalau mau jadi ceweknya Satrya harus tahu gimana jadi cantik sedikit. Nggak malu-maluin, kan?!" katanya.
Olive menatap Patty dengan tidak percaya. Patty memang tersenyum dan mengatakan itu dengan nada bercanda. Tapi kata-kata itu benar-benar mengena di hatinya.
Olive mundur beberapa langkah, membuat Patty menoleh bingung. Sebelum Patty berkata apa-apa, Olive langsung berkata. "Gua nggak jadi pergi deh, Pat." katanya kemudian berlari kembali ke kamarnya. Olive menutup pintu kamarnya pelan, tidak ingin membuat keributan. Ia tidak ingin ibunya tahu apa yang terjadi dan malah melarang Olive untuk pergi karena sebagian dari dirinya tetap ingin pergi ke sana. Ingin menyambut Nick secara resmi.
Akhirnya setelah menenangkan dirinya, Olive memesan taksi online. Benar! Ia ingin menyambut Nick. Laki-laki yang sudah seperti abangnya sendiri. Namun, apa yang Olive lihat saat ia sampai di sana benar-benar membuat Olive menyesal.
Patty duduk berdua dengan Satrya di bar. Olive sadar betul mata Satrya sempat melirik Olive. Baru saja Olive hendak beranjak pergi dari sana, tiba-tiba Satrya mencondongkan badannya pada Patty dan… mereka berciuman.
Hati Olive serasa menciut. Ingin sekali ia menangis rasanya. Olive tidak menyangka Patty tega melakukan itu padanya padahal Patty belum dengar bahwa Olive akan mendukung Patty dengan Satrya, padahal Patty melihat mereka berciuman dekat kolam renang, padahal Patty kemarin ikut double date dengan mereka. Olive ini sebenarnya apa di mata Patty?
Olive langsung membalikkan badannya, keluar dari ballroom hotel menuju ke lobi. Olive duduk di sofa lobi, mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi online. Tepat ketika Olive memencet tombol pesan, sepasang sepatu Oldo berhenti di hadapannya.
Olive muak. Olive tahu betul sepatu siapa itu.
Olive mengangkat kepalanya. Air mata sudah bercucuran di pipinya. Kenapa sih ia harus mengganggu Olive terus?
"Kok lu masih muncul di sini?" tanya Satrya dengan sangat dingin.
Hati Olive masih terasa berdebar saat melihat muka tampannya. Apalagi hari ini dia tampak sangat keren. Tapi Olive hanya menggeleng dan menunduk.
"Mau gua panggil Surya?" tanya Satrya dengan nada mengejek. Ternyata benar, Satrya mengajak Surya saat itu untuk menjadi teman kencan Olive. "Lu harus tahu..." lanjut Satrya diikuti dengan dengusan yang menghina "Bahkan Surya merasa terhina waktu gua bilang mau jodohkan dia sama lu, Live."
Olive ingin menjerit rasanya. Untung saat itu supir taksi onlinenya menelepon. Olive cepat-cepat keluar dari lobi.
***
Olive sama sekali tidak menyangka, satu hari setelah pertengkaran mereka, Patty malah memilih untuk bergabung dengan QS secara resmi. Setelah 2 hari tidak masuk, Olive memutuskan untuk masuk sekolah hari itu. Tanpa menunggu Patty, Olive buru-buru masuk ke dalam sekolah tanpa melihat kiri-kanan, terus menatap jalanan di bawahnya tanpa memedulikan ejekan atau godaan para siswa.
Olive duduk di tempatnya biasa, di pojok belakang kelas. Bagaimanapun ia tetap merasa lega tidak ada anggota QS yang mengajaknya berbicara.
Ia duduk di sana sambil membaca komik dan novel web di ponselnya. Olive mendengar suara Patty dan Nick yang tertawa saat memasuki kelas. Ia mengangkat kepalanya dan melihat mereka berdua masuk ke kelas. Tentu saja, Nick pasti memilih untuk dekat dengan Patty. Apa sih yang Olive harapkan?
Olive membuang mukanya, melihat ke luar jendela. Namun tidak disangka-sangka, Nick duduk di sebelahnya sambil menyapa. "Sendirian saja, Neng?" tanyanya sambil tertawa.
Olive menatap Nick dengan tertegun. Nick ini benar-benar... selalu seperti pangeran berkuda putihnya Olive. Bahkan Nick menemani Olive di kantin hari itu. Saat pulang pun Nick berjalan bersama Olive ke taman belakang GIS.
Mereka duduk di rumput di pojok taman, di belakang pepohonan. Di tempat yang hampir tidak terlihat oleh para siswa lain. Tidak ada apa-apa di sana. Hanya pohon dan rerumputan.
Nick menepuk-nepuk pundak Olive saat Olive terisak, menceritakan bagaimana Satrya memberitahunya ingin menjaga privasi Satrya namun Satrya sendiri memasukkan story Lexa yang bertuliskan "Finally my two favorite people are gonna be together! @patriciapatty @bang_satrya" ke ingstaramnya.
***
Olive merasa seperti menemukan pangeran berkuda putih yang menyelamatkan hidupnya selama 2 hari ini. Bahkan Nick sampai rela dipukul dan melindungi Olive dari siswa yang melemparkan vas bunga sampai tangannya memar dan lecet-lecet. Namun, kenapa hari ini Nick tiba-tiba datang ke rumah Olive dan bertanya seperti ini? Padahal Olive sudah mengurungkan niatnya untuk mengadu domba Nick dan Olive saat mereka ada di Rumah Makan Gelfara. Padahal Olive sudah berkata pada Nick kalau ia yakin yang Satrya kejar adalah Patty, bahwa Olive tahu ia tidak akan mampu bersaing dengan Patty, bahwa Patty akhirnya merebut Satrya dari Olive.
Esoknya Nick benar-benar meninggalkan Olive. Olive sendirian, terkucilkan di bangku belakang di setiap kelasnya sampai ujian akhir datang.
Bukan hanya merasa ditinggalkan, Olive juga jadi tersadarkan siapa Olive di mata Nick. Saat itu, ia sedang melewati gedung parkir dan melihat bagaimana Nick memberikan jaket dan helmnya pada Patty. Padahal hari saat Nick menjemput Olive pun Nick sama sekali tidak menawarkan jaket maupun helmnya.
***
Seperti biasa, semua orang tua murid dipanggil untuk mengambil rapor anak-anak mereka. Olive melihat bagaimana ayah ibunya memandangnya dengan kecewa. Nilainya hancur semua.
Henny dan Hartono, suaminya, cepat-cepat masuk ke mobil. Menghindari Desi dan Bimo—ibu dan ayah Patty. Mereka begitu malu dengan nilai Olive.
Olive menatap ke luar jendela dan melihat banyak orang tua murid yang tersenyum bahagia pada anak-anaknya dan para siswa pun terlihat tersenyum senang pada orang tuanya. Bahkan Sharon tidak terlihat memegang ponselnya seperti biasa. Ia tersenyum pada ibu dan ayahnya yang mengelus rambut Sharon dengan bangga.
Memang tidak semua orang terlihat bahagia. Olive melihat Lexa tertawa dengan serba salah pada ayahnya yang mengomel. Tapi tentu nilai tidak penting untuk Lexa. Ia kan seorang artis ingstaram. Sekali endorse saja dia dapat mendapatkan jutaan rupiah. Olive?
Di rumah, Olive langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Tidak memedulikan kedua orang tuanya yang berteriak-teriak memanggilnya dan menggedor pintu kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya di sana. Hidupnya sangat hancur karena Patty. Kalau saja Patty tidak meninggalkannya, kalau saja Patty tidak menghasut Nick, kalau saja ia secantik Patty. Semua ini tidak akan terjadi. Ia tentu masih dapat menikmati waktu sekolahnya di GIS tanpa dirudung.
Lihat saja! Ia akan membalas Patty. Tapi bagaimana caranya? Olive takut, ah.
***
Olive duduk di kursinya, di deretan belakang salah satu kelas di salah satu SMA Negeri di Bandung, sekolah barunya. Ya, memang liburan di SMA nasional lebih singkat daripada di sekolah internasional.
Suasana kelas di sana pun berbeda. Dindingnya berwarna hijau, lantainya dari ubin biasa, papan tulisnya pun menggunakan whiteboard biasa, kursi dan mejanya terbuat dari kayu biasa. Tidak seperti di GIS yang mana satu meja hanya dapat diduduki satu orang, di sini menggunakan meja yang besar sehingga Olive harus duduk dengan teman sebangkunya yang baru.
Baru saja guru sejarah mereka duduk setelah selesai menjelaskan sejarah Kerajaan Mataram di papan tulis, tiba-tiba Olive merasa ponselnya bergetar di saku rok abu-abu panjangnya.
Ia mengeluarkan ponsel itu dan melihat nama yang tertera di layar ponsel. Nick? Haruskah ia angkat? Angkat saja, deh. Olive juga penasaran apa yang akan Nick katakan.
Olive berdiri sambil mengangkat ponselnya dan berkata, "Pak, saya angkat telepon dulu, ya. Urusan bisnis."
Tanpa menunggu jawaban guru itu, Olive terus berjalan ke depan, melewati sang guru menuju pintu kelas mereka.
"Ya, saya larang juga percuma." kata sang guru kemudian kembali berdiri dan berkata, "Saya lanjutkan kembali,"
Olive melangkah keluar dari ruang kelas, menjawab telepon Nick pelan.
"Eh… halo, Olive! Apa kabar?" Nick kok terdengar gugup, sih? Apa jangan-jangan dia menyesal meninggalkan Olive?
"Baik. Ada apa?" jawab Olive singkat. Tidak apa-apa untuk jual mahal, kan?
"Gua boleh main ke rumah lu?" tanya Nick. Wah ada apa, nih?
"Buat apa?" tanya Olive ketus. Biar saja supaya Nick merasa sulit untuk mendapatkan Olive lagi. Katanya perempuan yang berkualitas itu lebih sulit untuk didapatkan, kan?
"Sudah lama saja nggak ketemu lu."
Tuh, benar kan! "Kenapa? Sudah bosan main dengan Patty? Atau Patty sudah kembali dengan Satrya?" biar saja, biar Nick tahu rasa.
Nick tertawa gugup kemudian berkata, "Jangan gitu dong, Live. Gua kan memang cuman mau ngobrol saja."
Olive hening sebentar. Wah, apa benar Nick sekarang menyesal dan ingin kembali pada Olive? Tentu Olive mau! Tapi Olive harus jual mahal supaya terlihat mahal. "Okay deh. Tapi nyokap gua sudah nggak mau lihat muka lu lagi. Kita harus ketemu di luar."
Kalimat itu tidak sepenuhnya gimmick. Memang benar Henny sudah marah besar pada Nick karena membuat anaknya menangis malam-malam.
"Oh, nggak apa-apa, kok. Gua jemput saja."
HAHA! Sebegitu ingin bertemu, ya? Olive jadi tidak dapat menahan senyumnya. Ia berusaha untuk berbicara ketus tetapi tidak sepenuhnya berhasil. "Kalau gitu besok pagi saja. Nyokap bokap gua mau pergi sampai siang ke undangan pernikahan anak temannya di Bogor."
"Oh, okay. Kalau gitu jam 8 di rumah lu?"
"Hm." gumam Olive singkat. "Ada lagi yang mau lu katakan?" duh, keren banget kan? Seakan Olive tidak peduli dan sibuk
"Em… kayanya lebih baik besok saja, deh." kata Nick kemudian tertawa. Ah rindu sekali mendengar tawa Nick.
Nick mulai berbicara lagi. Olive cepat-cepat memutuskan sambungan. Kenapa? Supaya terlihat cuek, dong!
***
Olive membuka matanya yang membengkak karena ketukan lembut di pintu kamarnya. Tidak lama kemudian terdengar Henny berkata, "Live, mama papa pergi dulu, ya."
Olive mengerang pelan kemudian berkata, "Okay," dengan suara yang serak kemudian kembali menutup matanya sampai ponselnya berbunyi. Ia membuka matanya dan melihat nama yang muncul di layar. Nick. Ah, apa sih yang Olive harapkan? Paling kejadiannya tidak jauh dari kemarin lagi di sekolah barunya itu… ah sudahlah.
Olive tidak mengangkat telepon Nick. Ia berdiri dan berjalan keluar. Untunglah Olive akhirnya berhasil meyakinkan Henny untuk membawa Bi Isom ikut serta ke Bogor supaya tidak ada yang memberitahu orang tua Olive tentang tamu gelapnya ini. Olive berjalan malas menuju pintu gerbang rumahnya dan membuka pintu itu.
Nick menoleh dengan kaget ketika pintu pagar itu terbuka. Ah, dia terlihat tampan seperti biasa tapi Olive sudah tidak punya semangat lagi karena kejadian kemarin itu… sudahlah.
Nick?"
"Hey," Nick tersenyum dan berkata, "Apa kabar, Live?"
"Masuk saja, Nick. Kita ngobrol di rumah saja. Gua mendadak nggak mood pergi."
Olive berjalan ke ruang tamunya sambil mengepalkan kedua tangan. Tidak, ia tidak boleh berharap terlalu tinggi lagi. Nanti ia malah kecewa lagi. Tapi di sisi lain, pikiran tentang kemungkinan bahwa Nick rindu padanya sangat menghibur hatinya yang sedang hancur berkeping-keping.
Olive duduk dan menundukkan kepalanya. Perasaannya menjadi campur aduk. Kesal sekali. Kenapa sih hidupnya menderita sekali? Dunia tidak adil. Kenapa ia harus lahir jelek dan gendut?
"Lu katanya pindah sekolah, ya?" tanya Nick akhirnya.
Iya! Pindah sekolah karena Patty yang kau sayangi itu, Nick! Sekarang hidup Olive semakin hancur karena itu!!
Tanpa dapat ditahan, air mata Olive mulai menetes membasahi pahanya. Duh kesalnya. Semoga Nick tidak sadar.
"Eh, lu kenapa Live?"
Olive menggeleng. Ia tidak dapat berkata apa-apa karena pasti akan menangis semakin hebat. Lagipula terlalu panjang kalau harus diceritakan sekarang.
"Sorry ya. Gua kemarin akhirnya pergi dan nggak lagi jagain lu. Gua dengar cerita dari Satrya dan gua…waktu itu percaya."
Air mata Olive mengalir semakin deras, tapi Olive tetap tidak dapat berbicara apa-apa.
Tuh, kan! Kenapa baru percaya sekarang? Ugh, Olive kesla sekali.
"Makanya gua di sini, gua mau tahu cerita sebenarnya, Live. Gua yakin ada sesuatu yang salah. Gua…" Nick baru hendak mengatakan bahwa ia mau melindungi Patty kemudian tersadar itu hanya akan membuat semuanya menjadi semakin runyam. Nick menahan lidahnya dan kemudian berkata, "Gua minta tolong sama lu, Live. Mau nggak lu ceritain semuanya ke gua?"
Olive berhenti menangis. Jadi benar, Nick datang ke sini untuk Patty? Hati Olive sangat sakit. Rasanya ia seperti akan meledak. Ia akan membalas semua ini pada Patty. Ia tidak akan lagi takut seperti waktu di Rumah Makan Gelfara kemarin.
Olive menghapus air matanya kemudian menatap Nick dan tersenyum. "Ok, gua bantu. Gua juga nggak mau Patty kenapa-kenapa. Gua akan cerita semuanya dan bantu lu, Nick."
Nick tersenyum dan berkata, "Makasih banget, Live!"