Olive berdiri dan berjalan melewati ranjangnya menuju lemari baju dengan tiga pintu dan satu kaca besar. Ia memeriksa penampilannya di kaca itu. Ia terlihat...lumayan dalam balutan casual dress berwarna hitam polos miliknya yang baru pertama kali itu digunakan dan heels hitam milik ibunya. Walaupun heels itu terlihat seperti model tante-tante, tapi setidaknya lebih baik daripada sendal yang Olive miliki.
Patty mengacungkan jempolnya pada Olive. "You're good to go girl." katanya sambil berdiri membereskan baju-baju Olive yang berantakan di atas ranjang Olive.
Olive kembali melihat pantulannya di cermin. Lumayan, tapi jauh dibanding Patty. Ia masih gendut dan jelek, berantakan pula. Tidak seperti Patty yang cantik dan teratur. Rasanya Olive ingin merobek gaunnya. Tidak pantas rasanya Olive memakai gaun itu.
Ponsel Olive berdering. Dengan cepat Olive mengangkatnya, lupa dengan semua pikirannya tadi.
"Halo!"
"Pat, gua sudah mau sampai rumah lu nih."
"okay"
"Langsung siap di depan ya biar langsung berangkat."
"siap"
"ok, dah!"
"bye!" kemudian Olive memasukan ponselnya ke tas hitam milik Patty yang dipinjamkan padanya khusus untuk hari ini. "Pat gua jalan dulu, ya." Kemudian langsung berbalik menuju pintu.
"Live!" seru Patty.
Olive berusaha menahan senyumnya sebelum berbalik menghadap Patty. Tapi tentu saja ia gagal. "Ya?" tanya Olive dengan muka yang berseri-seri.
"Em..." Patty terlihat serba salah. Olive rasanya ingin langsung pergi saja daripada menunggu Patty berhasil mengucapkan kalimat yang ingin ia katakan. "Gua hari ini mau kumpul di rumah Lexa, ya." kataya akhirnya.
Dua pikiran terlintas di kepala Olive. Pertama, apakah ini artinya Patty benar-benar ingin bergabung dengan Lexa dan yang kedua Olive harus cepat-cepat keluar supaya Satrya tidak menunggu.
... Satrya, ya?
Olive kembali tersenyum dan berkata. "Okay, have fun!" katanya kemudian berjalan keluar dari kamarnya.
***
Olive duduk terdiam di samping Satrya. Olive cukup kaget melihat penampilan Satrya yang tidak seperti biasanya. Hari ini rambut Satrya dibiarkan terurai di bawah topi Zora-nya. Merek yang termasuk murah untuk orang sekelas Satrya. Selain itu, Satrya hanya memakai celana pendek dan kaus hitam juga sendal jepit. Memangnya setiap kali pergi Satrya selalu begini? Ditambah lagi, ia tidak mengendarai mobil Mercedex miliknya, melainkan mobil Anvanze.
Setelah mereka sampai di mall, Satrya menyuruh Olive turun terlebih dahulu dan mengambil tiket bioskop yang sudah Satrya pesan dari rumah sedangkan Satrya memarkir mobilnya. Di dalam bioskop pun mereka duduk diam dengan canggung. Satrya tidak tertawa sedikit pun walaupun film Aditya Ika kali ini sangat lucu.
Olive mulai merasa tidak enak. Rasanya lebih baik dia pulang saja.
Pelan-pelan Olive mengeluarkan ponselnya dari tas dan menulis pada Patty. "Pat, tolong! Gua sama Satrya awkward banget! Dia sama sekali ga ajak gua ngomong"
Selesai menonton, Satrya berkata pada Olive "Temenin gua beli barang dulu, ya." katanya dengan mata yang masih menatap layar bioskop.
Olive bingung tapi ia menurut saja.
Satrya terus berjalan di depan Olive. Olive sampai kewalahan mengikuti Satrya. Satrya sama sekali tidak mau berbicara pada Olive. Ia hanya keluar masuk toko, mencoba beberapa potong kemeja.
Olive mulai kesal. Ia duduk di kursi sambil menunggu Satrya berganti pakaian. Ia mengeluarkan ponselnya dan menulis pada Patty. Ia tahu mungkin Patty tidak akan langsung membalas pesannya. Tapi memangnya Olive harus cerita pada siapa lagi? Kalau ia cerita pada ibunya pasti ibunya langsung menyuruhnya menjauhi Satrya.
Olive mengetik dengan cepat pada Patty. "Pat, kesal banget gua dikacangin sama Satrya."
Satrya keluar dari fitting room. Mereka kembali berjalan mengelilingi mall sampai akhirnya di salah satu toko baju yang ternama, Satrya kembali masuk ke fitting room.
Olive duduk di kursi sambil memijit kakinya yang sangat pegal. Tahu begini lebih baik dia pakai sendal jepit saja. Toh Satrya juga hanya memakai sendal jepit.
Olive mengeluarkan ponselnya dan hendak mengirim pesan pada Patty. Pukul 7? Pantas saja kakinya sangat sakit.
"Pat, gua capek banget deh. Parah. Udah berjam2 muter mall sekarang Satrya masih di fitting room. Gua udah kaya babunya yang jalan beberapa langkah di belakang"
Olive menelepon Patty. Tidak ada jawaban. Tentu saja. Patty pasti masih di rumah Lexa.
Tidak lama kemudian, Satrya keluar dari fitting room dan berjalan ke kasir, membayar belanjaannya. Tapi Olive lihat, Satrya juga membeli dress berwarna hijau tua yang serasi dengan kemeja hijaunya yang ia kenakan sejak keluar dari fitting room. Kemeja hijau tua dengan batik emas.
Buat apa Satrya membeli dress? Tapi Satrya terlihat tampan dengan kemeja itu. Perlahan, Olive mengangkat ponselnya dan memotret Satrya. Tidak apa-apa, kan? Untuk koleksi pribadi.
Satrya menuju ke arah Olive dan berkata pelan. "Ayo."
Di mobil Satrya tidak banyak berbicara. Ia hanya mengemudi sampai mereka tiba di warung dekat rumah Olive. "Kita makan di sini saja, ya." katanya kemudian turun dari mobil. Olive bingung apakah ia berbuat salah pada Satrya?
Satrya hanya memesan dua porsi nasi goreng biasa, tanpa menanyakan pada Olive apa yang ia mau. Mereka lalu duduk di meja paling pojok di warung itu. Padahal selain mereka, tidak ada siapa-siapa lagi di sana.
"Jadi," kata Satrya sambil melepas topinya dan menyelipkan rambutnya ke belakang kedua telinganya. Meskipun Satrya berpenampilan seadanya, tapi Olive tetap terpana melihatnya. "Sorry ya gua nggak suka kalau orang-orang tahu gua lagi dekat dengan seseorang. I prefer to keep it private."
Hah? Jadi Olive dianggap dekat oleh Satrya?
"Nggak apa-apa kan kita jadi makan di warung begini?" tanya Satrya menatap Olive sambil mengusap-usap dagunya.
"Nggak apa-apa." Olive tersenyum bahagia. Ternyata bukan Satrya marah pada Olive tapi Satrya ingin privasinya terjaga.
Satrya mengangguk-angguk. Mereka berdua terdiam. Olive mengirim pesan pada Patty "you will not believe this !" aah biar saja supaya Patty penasaran. Tapi Olive sendiri tidak kuat untuk tidak bercerita. Tidak sampai 1 menit kemudian, Olive sudah menumpahkan semuanya di pesan untuk Patty. "Satrya ternyata mau jaga supaya hubungan kita tetep private karena dia bilang dia mau tertutup soal siapa yg deket sama dia."
Ibu warung datang memberikan satu piring nasi goreng pada Satrya dan satu pada Patty. Setelah bergumam terima kasih, Satrya berdoa sebentar lalu makan. Ya ampun, ternyata bukan hanya tampan dan misterius, tetapi Satrya juga seorang agamawan.
"Live," kata Satrya setelah beberapa lama mereka hanya makan tanpa bersuara. "Menurut lu Patty gimana?"
"Apa?" tanya Olive.
"Duh!" Satrya menghembuskan napasnya dengan kesal kemudian berkata, "Apa Patty lagi dekat dengan seseorang?" tanya Satrya tanpa menatap Olive. Malah Satrya sibuk menyantap nasi gorengnya.
"Enggak." kata Olive. Satrya hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum. Jangan-jangan Satrya suka pada Patty. Ya tidak apa-apa sih. Memang Patty cantik. Tapi kenapa Satrya mengajak Olive pergi hari ini?
"Patty suka cowok yang gimana?" tanya Satrya sambil menatap Olive kali ini.
Olive terdiam sebentar. Sepertinya dugaannya benar. Satrya suka pada Patty. Ya sudah, Olive akan bantu. Satrya baik dan agamawan. Dia pasti bisa menjaga Patty dengan baik. "Yang..." tapi Olive baru sadar, ia bahkan sama sekali tidak tahu tipe laki-laki seperti apa yang Patty sukai. Lalu Olive ingat, Patty juga ikut bersorak saat pertandingan olah raga saat itu. Saat Satrya melakukan slam dunk. Karena itu Olive asal berbicara. "... kaya lu sepertinya."
Olive menyantap nasi gorengnya kemudian melirik Satrya. Ia penasaran dengan reaksi Satrya. Betul, seperti yang Olive perkirakan, Satrya tersenyum senang sambil menatap nasi gorengnya. Sepertinya betul, Satrya suka pada Patty.
Satrya memakan suapan terakhirnya dan menumpuk sendok dan garpunya di atas piring kemudian bersender pada senderan kursi plastik di sana sambil menghela napas lega. "Kenyang!"
Olive meletakan sendok dan garpunya. Menatap sisa nasi goreng yang masih ada lebih dari setengahnya di sana.
"Loh? Nggak habis?" tanya Satrya menatap Olive. "Lu nggak level ya makan di warung? Ya ampun, padahal gua saja makan. Kok lu sok-sokan sih Live?" katanya sambil tertawa.
Olive menatap Satrya kaget. Kok bisa-bisanya Satrya berkata begitu.
"Ya sudah, gua bayar dulu. Belajar mensyukuri makanan, dong." katanya kemudian berjalan pergi.
Olive termangu. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Patty. "Pat, parah banget Satrya! Dia nggak kaya yang kita bayangin. Masa dia sama sekali ga ngajak gua ngomong selama di mall, maksa gua nemenin dia belanja, ngajak gua makan di warteg, ngejek gua, dan nanyain lu terus. Kayanya ada something wrong. "
Olive langsung menyusul Satrya ke mobil. Sepanjang perjalanan, Satrya terus bertanya tentang kenapa Olive yakin Patty suka dengan Satrya. Rasanya Olive ingin keluar dari mobil saat itu juga. Tapi Olive tidak berani.
"Live." kata Satrya sambil menatap Olive saat mereka sudah sampai di depan rumah Olive. "Kita ajak Patty double date, yuk!"
"Apa?" tanya Olive kaget. Double date? Pasangan date Satrya nanti Patty atau Olive?
Satrya mengangguk dengan ceria. Giliran soal Patty saja Satrya langsung ceria. Tapi ya sudahlah memang toh nyatanya apa sih bagusnya Olive dibanding Patty? "Nanti tolong kasih tahu Patty, ya!" katanya.
Olive mengangguk lalu buru-buru keluar dari mobil Satrya. Sepertinya benar, yang Satrya incar itu Patty, bukan Olive. Olive buru-buru masuk ke kamarnya tanpa menghiraukan Henny yang menyapanya.
Olive langsung menguci pintu kamarnya dan terduduk di lantai. Menangis tanpa suara. Ya memang Olive tahu kok Olive jelek. Memang dasar sampah tidak berguna! Kenapa juga Olive berharap? Tidak tahu diri!
Dengan gemetar Olive mengeluarkan ponselnya dan menelepon Patty. Tidak diangkat. Bahkan Patty pun sudah membuangnya. Olive memang benar-benar tidak berharga!
"Pat, kayanya Satrya sukanya sama lu deh. Dari tadi nanyain lu haha."
"Gua emang bodoh banget, berharap dia suka sama gua. Tapi lu harus tau, gua pasti tetep dukung lu sama Satrya."
Lama tidak ada balasan, Olive jadi semakin kesal. Ia mengambil ponselnya dan mengetik dengan penuh emosi. "Kenapa sih Pat? Lebih asik ya main sama mereka daripada sama gua?! Ok silakan! Gua ga akan ganggu! Memang gua ga ada harganya jga di mata lu, ya kan?!"
Olive masih menangis untuk beberapa lama namun ia sadar, bagaimana kalau nanti Patty membaca pesannya dan tidak mau lagi bermain dengan Olive? Olive memutuskan untuk menghapus pesannya yang terakhir pada Patty. Namun, setelah dipikir-pikir, setelah Olive membaca ulang pesannya pada Patty, ia sadar buat apa juga ia cerita itu semua pada Patty? Toh Patty tidak peduli. Ia memutuskan untuk menghapus semua pesannya.
***
Hari Senin, baru saja Olive turun dari mobilnya, ia sudah melihat pemandangan yang mencengangkan. Satrya bergerak merangkul Patty dan Patty tidak menepisnya sama sekali.
Hati Olive serasa membeku. Ya, Olive sudah menduga kalau Satrya suka pada Patty. Olive juga sudah rela untuk mendukung Patty kalau Patty mau bersama dengan Satrya. Tapi Olive tidak menyangka kalau Patty akan mau didekati Satrya ketika Olive bahkan belum berkata apa-apa.
Olive cepat-cepat berjalan melewati mereka ke dalam. Ia terus berjalan ke pojok belakang GIS. Rasanya ia sangat ingin duduk di sana menangis sendiri. Tapi memangnya Olive masih sama dengan Olive saat SD? Lagi pula memangnya akan ada pahlawan seperti Nick lagi yang akan menyelamatkannya?
Olive berjalan-jalan di sekitar taman belakang GIS sebentar sebelum kemudian kembali ke gedung sekolah sambil berharap dalam hati agar tidak bertemu Patty. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Segera ketika Olive masuk melalui pintu gedung, pundaknya ditabrak sampai ia jatuh terjungkal.
Aduh! Olive malu sekali. Tapi karena badannya yang gemuk, ia tidak dapat berdiri dengan segera. Tapi orang-orang ini kejam sekali, sih. Bukannya membantu malah menertawakan Olive. Memangnya sekonyo…
Olive baru sadar posisinya saat itu, roknya yang terangkat, dan... celana dalamnya hari itu… robek.
"Hah? Live... sorry sorry... gua..."
Suara ini…. Olive mendongak melihat pelaku yang telah membuatnya terjatuh. Manusia cantik ini lagi!
Olive sudah tidak tahan lagi. Ia mulai menangis dan, dengan kekuatan yang entah dari mana, berdiri dan kabur dari sana. Olive berlari tanpa arah. Ia berlari menuju belakang GIS. Ia ingin sendirian saja lalu kabur ke rumah.
Namun, di sana ternyata ada dua orang yang sedang… berciuman.
Olive kaget melihatnya. Ia segera berbalik dan lari dari sana. Alih-alih ke tempat yang sepi, Olive malah duduk di bilik penjaga kolam renang yang berwarna biru. Setidaknya dalam bilik ini tidak ada yang memperhatikan Olive.
Tapi tetap saja ya, walaupun sudah dekat bel masuk masih ada saja siswa yang masih berenang. Memangnya dia tidak takut terlambat? Ini pula! Ada ponsel mahal tergeletak begitu saja di dalam bilik. Tidak takut hilang, ya? Memangnya ini murah?
Seperti dapat mendengar pikiran Olive, siswa itu keluar dari kolam renang dan berjalan menuju ruang ganti. Kalau saja Satrya juga begitu. Saat Olive memikirkan Satrya datang, Satrya akan langsung datang. Tapi itu kan mustahil. Tadi saja Satrya...
Olive menghebuskan napasnya sedih sambil melihat ubin di bawahnya.
"Hey!"
Olive mengangkat kepalanya dan sangat terperanjat melihat Satrya. Olive sampai tidak dapat berkata atau melakukan apa-apa.
"Ngapain sendirian di sini?" tepat saat itu bel berbunyi. Satrya mendongak memperhatikan speaker di ujung kolam renang seakan dapat meredam suara bel yang memekakan telinga. Satrya kemudian berdiri membelakangi bilik penjaga kolam, menunggu semua siswa yang ada di sekitar kantin pergi.
Setelah area kolam renang dan kantin kosong, Satrya kembali berbalik pada Olive dan menyentuh pipinya. "Lu habis nangis?"
Olive menundukkan kepalanya. Jantungnya berdebar tidak keruan seperti akan meledak. Tapi, apa-apaan ini? Satrya peduli padanya?
"Sini!" bisiknya kemudian menarik Olive berdiri.
"Mau kemana?" tanya Olive sambil berdiri mengikuti tuntunan Satrya ke pohon yang berada di belakang dinding kantin. Satrya menempelkan punggungnya di pohon dan menarik Olive mendekat. "Lu mau apa?" Olive mulai terlihat panik.
"I know you like me. " bisik Satrya sambil menyeringai.
"Tapi nggak gini juga, bang… gua nggak ma…." Olive belum selesai berbicara ketika Satrya mencium bibirnya. Olive tahu seharusnya dia menjauh tapi dia tidak bisa. Ia tidak berani dan lagi ini ciuman pertamanya. Boleh kan dia menikmati ciuman ini sebentar?
BUK! Terdengar suara orang terjatuh.
Satrya dan Olive langsung menoleh ke arah suara itu. Patty terjatuh di dekat kolam renang. Ya ampun, itu berarti Patty lihat semuanya?
Olive baru saja hendak berlari mengejar Patty saat tangannya dipegang oleh Satrya. "Live, inget gua mau ada privacy. Kalau lu kejar Patty sekarang, malah akan menyebar gossip yang nggak-nggak. Lu pura-pura nggak tahu saja."
Hah? Apa maksudnya? Tidak akan ada yang percaya Satrya dekat dengan Olive maksudnya?
***