Keesokan paginya Alarm berbunyi, Alzam terbangun dari tidurnya dan mematikan Alarmnya. Lalu Alzam berencana untuk datang kembali ke Lantai bawah hari ini untuk bertemu dengan Jodi seperti yang sudah di bicarakan sebelumnya. Namun Alzam sengaja datang ke Lantai bawah lebih cepat karena ingin mengawasi tempat itu lebih dulu. Alzam tak ingin ada orang dari Dinamis yang mengetahui kedatangannya. Setelah sampai di tempat yang bernama Lantai bawah Alzam membeli makanan yang ada di sebrang. Sambil menikmati makanan nya ia melihat beberapa orang keluar dari mini market itu. Tapi mereka bukanlah orang biasa melainkan bawahannya Ubel. Alzam belum pernah melihat orang itu. Namun ia melihat ada tato huruf Z di lehernya. Lalu ia teringat dulu Toni pernah mengatakan kalau orang yang membunuh ayahnya di penjara adalah salah satu napi di lapas itu, namanya adalah gilbert dia mempunyai Tato huruf Z di lehernya. Gilbert merupakan orang yang bekerja pada Dinamis yang sengaja masuk ke dalam penjara untuk mebunuh ayah nya Alzam. Lalu Alzam memandang Gilbert dengan aura membunuh. Lalu ia mengikuti Gilbert. Saati itu Gilbert menuju sebuah gudang penyimpanan barang Perusahaan Dinamis. Saat tiba di gudang Gilbert pergi ke belakang gudang karena mendengar suara aneh. Ia pergi sendirian ke belakang gudang saat sedang mengecek ternyata Alzam sudah menunggunya di sana. Alzam melemparkan sebuah pisau tepat di kaki kanan nya Gilbert agar Gilbert tak bisa lari. Lalu Gilbert terjatuh dan melihat Alzam.
"Siapa kau?, berani nya kau"
"Kau tidak perlu banyak bicara"
Lalu Gilbert mencoba mencabut pisau itu dari kakinya. Lalu Alzam melemparkan satu pisau lagi ke telapak tangan nya Gilbert hingga membuat Gilbert berteriak kesakitan. Tak ada satupun orang yang mendengar teriakannya karena mereka berada di dalam ruangan kosong di belakang gudang. Karena ayah nya dulu di bunuh menggunakan pisau jadi ia menyiksa Gilbert menggunakan pisau.
"Tolong ampuni aku, aku akan melakukan apapun yang kau mau"
"Apa kau dulu juga membuat seseorang memohon seperti itu"
"Siapa yang kau maksud?"
"Seseorang yang kau bunuh belasan tahun yang lalu di dalam penjara"
Gilbert terdiam dan memikirkan belasan tahun yang lalu. Ia teringat dulu ia pernah membunuh seseorang di dalam penjara menggunakan pisau dan memotong urat nadi nya seolah-olah seperti telah membunuh diri nya sendiri.
"Aku ingat orang itu, tapi aku sungguh tidak berniat membunuh nya, aku hanya di suruh oleh Bruno direktur perusahaan Dinamis, ya dialah yang menyuruhku"
"Benar dialah menyuruh mu, dan kau di berikan sejumlah uang bukan"
"Aku terpaksa melakukannya, aku tidak punya pilihan"
"Tapi kau menerima uang itu"
"Aku mohon jangan bunuh aku"
Gilbert menjadi sangat takut karena ia sudah merasa kesakitan dan ia juga menangis sambil memohon kepada Alzam. Namun telah menyimpan rasa marah yang cukup besar yang begitu lama.
"Apa kau dulu pernah berpikir bagaimana perasaan orang yang kau bunuh, bagaimana dengan anak nya yang sangat merindukannya?, pernahkah kau berpikir seperti itu?"
"Aku tidak berpikir sejauh itu..."
"Ya karena kau tidak pernah bertaubat, dan sekarang anak nya ingin membalaskan kemaian ayahnya"
"Kau... apa kau anak nya?"
"Orang yang kau bunuh adalah ayahku"
"Sialan kau"
"Sudah ku bilang jangan terlalu banyak bicara"
Lalu Alzam melemparkan pisau lagi ke tangan sebelah nya. Gilbert berteriak kesakitan hingga tak bisa bergerak hanya berteriak kesakitan. Alzam terus melemparkan 7 pisau ke tubuh nya, karena ayah Alzam di bunuh pada tanggal 7 tepat saat Alzam juga lulus dari sekolah nya. Hingga pisau terakhir Gilbert masih hidup dan memohon ampun kepada Alzam. Tak lama setelah itu Alzam mencabut seluruh pisau dari tubuh Gilbert hingga dia kehabisan darah. Lalu Alzam membakar tempat itu beserta dengan gudang penyimpanan perusahaan Dinamis. Jasad Gilbert pun hangus terbakar tak meninhgalkan jejak. Lalu Alzam pergi dari tempat itu. Alzam kembali ke Apartemen nya dan menelpon Jodi, Alzam ingin mengatakan untuk mengganti hari karena ia ada urusan mendadak. Jodi menyetujui permintaan Alzam untuk datang ke Lantai bawah beberapa hari kedepan. Setelah itu ia hanya tidur seharian karena mengingat mendiang ayahnya. Lalu muncul berita di stasiun TV terbakarnya gudang milik Dinamis. Arya dan Toni menonton berita itu. Lalu Toni menelpon Alzam Namun Alzam tak menyentuh HP nya saat itu karena ia sedang tertidur.
"Bos tak ada jawaban dari Alzam"
"Biarkan dulu, ia butuh waktu sendiri"
"Apa Alzam sedang dalam masalah?"
"Sekarang atau nanti ia akan bertemu masa lalunya"
Arya mengetahui kalau Alzam ada kaitannya dengan itu. Karena tidak ada orang yang cukup mempunyai keberanian untuk membakar gudang milik Dinamis kecuali orang yang memiliki dendam yang sangat besar. Lalu Arya menyuruh Toni untuk memberitau Fiza bahwa besok pagi datanglah ke Apartemennya ALzam dan bantulah dia untuk beberapa hari kedepan. Jodi yang telah mengganti hari untuk bertemu dengan Alzam, memberitau Alex untuk datang ke lantai bawah 2 hari lagi. Jodi menyuruh Alex untuk datang di saat Lantai bawah telah kosong. Lalu Jodi mengambil minum dan menuangkan ke gelas. Lalu salah satu penjaga di sana bertanya pada Jodi.
"Bos sebenarnya siapa orang yang berbicara dengan mu kemaren?"
"Dia adalah tamu penting"
"Tapi kenapa harus menunggu kosong?"
"Karena aku ingin tau semenarik apa tamu ku"
"hmm... aku tidak mengerti"
"Kau akan mengerti nanti"
Jodi belum memberitau siapapun apa alasan Alzam datang ke lantai bawah menemui nya. Karena Jodi tidak ingin bawahan Ubel tau kalau Alzam akan mengajaknya menghancurkan Bruno. Lalu Fiza yang telah di beritau Toni sebelumnya, sempat berpikir sebenarnya apa yang ingin di lakukan oleh Arya dan Alzam. Namun ia tak pernah mencari tau karena ia percaya kepada Alzam dan Arya kalau mereka bukanlah orang yang jahat atau brengsek seperti Bruno dan bawahannya. Besok paginya Alzam terbangun dari tidurnya karena Alarm. Ia duduk di kasur lalu peri mandi. Setelah itu bel apartemen Alzam berbunyi. Lalu Alzam membuka pintu lalu terkejut karena ada Fiza datang ke apartmennya.
"Fiza"
"Haii"
"Ada apa kau kemari"
"Apa kau tidak mau mempersilakan aku masuk?"
" Baik, Silakan masuk"
"Permisi"
Fiza masuk kedalam apartemen Alzam. Lalu memberikan makanan yang di bawa oleh nya ke Alzam. Fiza mengajaknya makan bersama di sana. Lalu Fiza meletakan tasnya di sofa.
"Aku pinjam dapur mu ya"
"Apa yang kau inginkan?"
"Ayo kita makan"
"Kau makan saja"
"Tidak! kita makan bersama, aku sudah susah payah membawakan mu makanan dan makannan itu aku membelinya tadi malam karena jam segini tokonya belum buka, jadi sekarang harus di hangatkan terlebih dahulu"
Lalu Fiza mengambil kembali makanan yang telah di berikan kepada Alzam untuk di hangatkan. Fiza memaksa Alzam untuk makan bersama jika tidak Alzam hanya akan meminum kopi karena mood nya yang masih belum membaik. Setelah makanan siap mereka makan bersama di meja. Lalu Alzam bertanya kepada Fiza tentang hidupnya dan kenapa ia mau bekerja di Ener. Fiza hanya menjawab ia tak ingin mengecewakan orang tuanya yang ingin anaknya sukses. Lalu Alzam bertanya kembali di mana orang tua nya sekarang. Fiza menjawab mereka telah meninggal beberapa tahun yang lalu karna kecelakaan pesawat. Karena Alzam tidak mengetahuinya, ia langsung meminta maaf atas peetanyaan nya.
Fiza yang mengetahui hal itu tidak mempermasalahkan nya. Lalu Fiza menunjukan sebuah gelang yang dulu milik ibunya namun belum sempat di berikan kepada Fiza. Dia memberitau Alzam jika ia sedang rindu dengan ibunya maka ia akan melihat gelang itu. Fiza merasa bahwa gelang itu memberikan semangat agar tak mudah menyerah. Fiza bermaksud untuk memberi tau kepada Alzam untuk selalu mengingat harapan orang tuanya karena itu akan menjadi penyemangat ketika sedang dalam masalah. Alzam yang mendengar perkataan Fiza mengingat jika Ayahnya ingin dia menjadi orang yang berguna bagi orang-orang di sekelilingnya. Mengingat hal itu Alzam lebih bertekat merebut Dinamis agar nantinya bisa membantu banyak orang-orang yang sedang dalam kesusahan. Alzam pun kembali memakan makanan nya yang sudah di siapkan.