Setelah dari rumah Doni, Alzam pun kembali ke apartemen nya, ia duduk di sofa lalu mengingat masa dulu ayahnya yang selalu sabar jika mengahadapi masalah. Dia sangat menyayangi Ayahnya hanya saja ia tidak sempat mengucapkan kata apapun setelah beberapa tahun tidak bertemu. Di lantai bawah Jodi yang sempat di tawarkan oleh Ubel bekerja sama dengan nya untuk menyingkirkan Bruno sekaligus David, masih memikirkan perkataan Ubel. Alex yang sedang berada di lantai bawah melihat Ubel seperti sedang duduk namun wajah nya terlihat rumit. Alex pun menghampirinya.
"Ada apa dengan mu? kau tidak seperti biasanya?"
"Apa aku terlihat aneh?"
"Hanya saja wajah mu terlihat sedang bingung"
"Wajah seperti apa itu huh?"
"Seperti wajah mu"
"Huh, Alex menurut mu Alzam itu orang seperti apa?"
"Jika di lihat dari cara bertarung nya dia adalah orang yang sangat berhati-hati, kuat, dan tidak gegabah"
"Hanya itu?"
"Dan aku pikir dia bukanlah orang seperti si bajingan Bruno"
"Memang nya kau seberapa yakin kalau dia bukan orang seperti itu?"
"Hmm... One Thousand Percent"
Jodi pun menceritakan apa yang sedang ia pikirkan kepada Alex. Jodi ingin Alex ikut membantunya untuk mengakhiri segalanya, jadi ia menceritakan sebuah rencana yang telah yang siapkan.
Disamping itu Leo telah mendapatkan hasil pemeriksaan darah yang ia temukan saat terjadi kebakaran di gudang dari laboratorium. Ketika Leo membaca hasil nya, menunjukan jika sempel darah itu memiliki kecocokan dari darah Gilbert, ia juga mendapatkan laporan jika Gilbert pergi ke gudang hari itu. Namun hingga kini ia tak pernah terlihat lagi semenjak peristiwa kebakaran itu. Leo yang telah mengetahui itu meminta pihak laboratorium untuk merahasiakan hasil laporan ini sementara waktu. Leo ingin mencari tau siapa orang itu, apa tujuan dari orang yang membunuh Gilbert dan mengapa dia membakar gudang itu. Lalu Leo ingin pergi menemui teman baik nya yang terkadang membantunya menemukab orang. Tapi Leo merasa ada yang aneh, ia merasa ada yang mengikutinya. Ternyata benar ada yang mengikuti nya. Tak susah bagi Leo untuk menghilangkan jejak tapi Leo juga ingin tau siapa yang menyuruh orang untuk mengikutinya. Tak lama setelah itu Leo menaikan kecepatan mobilnya hingga orang yang mengikutinya tak bisa mengejarnya dan kehilangan jejak Leo. padahal Leo hanya berbelok dan memarkir mobil nya di antara mobil-mobil lain. Setelah itu Leo mengikuti balik orang itu.
Di pagi hari yang cerah Alzam terbangun dari tidurnya dan mendengar suara bel pintu berbunyi. Alzam hanya merasa ia tak punya janji ataupun teman baik untuk bertemu sepagi itu. Saat membuka pintu ternyata Fiza yang datang ke apartemen Alzam. Dia sedikit khawatir terhadap Alzam. Fiza mengira polisi menangkapnya karena Doni di temukan telah tewas pagi ini oleh seorang warga. Namun Alzam tidak menninggalkan bukti sedikit pun jika ia datang ke sana namun tidak dengan mayatnya yang dibiarkan karena Alzam menyuruh tim pembersih untuk tidak membereskan mayat Doni.
"Aku kira kau adalah penjual makanan, aku sudah menyiapkan uanh untuk kubeli makanannya"
"Kau baik-baik saja?"
"Apa kau khawatir padaku?"
"Tentu saja tidak, aku hanya ingin memeriksa keadaanmu, dan aku juga membawa sarapan untukmu"
"Kalau begitu silakan masuk"
Lalu Fiza menyiapkan makanan yang ia bawa, sambil menunggu Alzam mandi ia menghidupkan Tv. Tak lama setelah itu Alzam keluar dari kamar mandi hanya menggunakan celana pendek dan membawa handuk di pundaknya sambil mengeringkan rambutnua dengan handuk itu. Fiza pun tak sengaja melihat bentuk badan Alzam yang sangat terlatih dan memiliki otot perut yang bagus. Fiza pun terdiam memandangi Alzam yang tampan sambil melihat badannya yang bagus. Fiza tak sadar ia sedang memegang remote Tv sambil memandangi Alzam berjalan masuk ke kamarnya hingga kepala Fiza pun miring dengan sendirinya dan munculah suara pintu tertutup. Suara itu membuat Fiza terkejut, remote yang sedang di pegang nya pun terjatuh. Alzam pun segera melihat keluar kamar.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa"
"Tadi aku mendengar sesuatu terjatuh"
"Mungkin kau salah dengar, itu hanya suara Tv"
"hmm..."
Fiza menghebuskan nafas karena legah. Dia takut ketahuan oleh Alzam jika ia sedang memandanginya dan terpaku hingga remote di tangannya terjatuh. Di sisi lain pak Joko yang sedang menunggu laporan dari Andi di sebuah taman mengingat kembali percakapan dia dengan Arya. Ternyata sebelum Arya dan Toni pergi melakukan urusan bisnis mereka telah bertemu dengan Joko dan Andi.
"Jadi anda adalah pemilik perusahaan Ener?"
"Tepat sekali, nama saya adalah Arya dan ini aisten saya Toni, Aku rasa kalian sudah saling mengenal"
"Ya kami sudah bertemu sebelumnya dan Ini orang kepercayaan ku Andi."
Andi menatap tajam ke arah Toni. Begitu juga dengan sebaliknya Toni Menatap tajam ke arah Andi seakan-akan mereka akan bertarung. Arya tersenyum melihat mereka berdua. Lalu Joko ikut meramaikannya.
"Tampak nya mereka akan menjadi teman akrab haha..."
"Haha... sepertinya begitu Haha..."
Toni yang sedang diam pun angkat bicara
"Bagaimana dengan kakimu apa baik-baik saja?"
"kau sendiri apa masih suka melarikan diri?"
"Siapa yang melarikan diri ha?"
"Memang nya siapa lagi?"
Mereka berdua pun saling menyindir satu sama lain. Agar tak berlanjut Arya melanjutkan percakapan nya.
"Baiklah cukup! beberapa waktu yang lalu saya mengirim seseorang bernama..."
"Alzam namanya Alzam"
"Ya benar"
"Dia juga sudah memberitau semuanya dan rencana yang telah kalian siapkan"
"Kalau begitu bagus, aku tidak perlu berbicara panjang lebar"
"Jadi Apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu sebelum memulai semua itu"
"Kau bisa mulai dengan David, kalau tidak salah ia sering sekali pergi ke sebuah rumah makan, perhatikan saja dulu pergerakanya karena dia yang melakukan semua perintah Bruno dan ingat jangan sampai mereka tau"
Kemudian Fiza masuk membawakan minuman untuk mereka. Karena Fiza tak ingin mendengar langsung percakapan mereka ia pun langsung keluar dari ruangan. Jika Fiza tetap di dalam ruangan, Arya juga tidak akan melarang nya karena Arya yakin Fiza akan mengetahuinya dari Alzam. Selain itu Fiza juga telah menjadi salah satu orang kepercayaan Arya. Namun Fiza juga melakukannya karena ia ingin mendengarkan nya dari Alzam agar ia juga punya alasan untuk melihat keaadaan Alzam pada saat itu.
Waktu terus berjalan hingga Fiza dan Alzam tak sadar jika mereka telah dekat layaknya sahabat bahkan Toni pun melihat mereka seperti pasangan. Beberapa hari tak terasa Arya dan Toni pun kembali ke jakarta dari perjalanan bisnis mereka. Tak disangka setelah mengambil beberapa tas dan barang bawaan mereka di bandara udara, mereka bertemu dengan Bruno Mort dan Lin. Bruno yang melihat mereka menghampiri mereka.
" Wah tak ku sangka kita bisa bertemu di keaadan yang sesibuk ini ya Arya"
" Benar aku juga tidak menyangka, ku lihat kau bersama David"
" Ya aku bersama orang yang akan bergabung dengan dinamis, perkenalkan ini adalah Lin pengawal ku yang baru saja aku temukan dan ini Mort dia adalah calon pewaris tahta"
"pewaris?"
"Ya penerus dari perusahaan terkuat Dinamis"
Arya dan Toni sedikit terkejut namun mereka tak menampakan expresi itu mereka hanya tersenyum layaknya seseorang yang ikut senang mendengarkan hal itu.