Chereads / Dinamis / Chapter 16 - Bab 16

Chapter 16 - Bab 16

Gon yang baru saja muncul sedikit membuat kesal Ubel. Karena Ubel membutuhkan Gon ia pun menahan rasa kesal itu.

"Hmm... dari mana saja kau Gon, apa kau tidak melihat ada banyak orang bodoh di sini"

"Apa itu termasuk dirimu?"

"Huh.. Lupakan aku sedang tidak ingin berdebat dengan mu, pilih kau ingin yang mana menyantap yang mana"

"Aku akan mengurus si petarung tinju itu nampak nya mereka mempunyai kemampuan yang cukup kuat"

"Terserah apa katamu, Nah ayo kita lanjutkan bocah asing"

Jodi dan Alex sangat meraskan aura dari Gon yang kuat dan berniat membunuh tanpa belas kasihan. Jodi pun mengingatkan Alex untuk berhati-hati jika orang yang akan mereka lawan bukanlah orang sembarangan bahkan posisi nya saat bertarung sangat menunjukab jika ia adalah seorang petinju propesional. Jodi dan Alex sebagai petinju yang kuat sangat berhati-hati karena Gon bukanlah lawan yang sama dari lawan yang biasa mereka hadapi. Bruno dan Mort yang berada di ruangan direktur baru saja mengetahui kalau Arya berada di balik penyerangan ini. Dia hanya tertawa mengetahui semua itu karena Bruno menganggap Arya tidak akan pernah bisa mengalahkannya tapi tidak untuk Mort. Mort yang masih belum sekuat Bruno dan kemampuannya bisa di bilang seimbang dengan Arya. Karena itulah Arya sendiri yang akan menangani Mort. Tapi Bruno tak lengah begitu saja ia menduga pasti ada sesuatu yang Arya sembunyikan hingga ia berani memulai duluan penyerengan ini. David yang berada di ruangan itu juga penasaran dengan sikap Bruno yang awalnya tertawa tapi sekarang ia sedang terdiam melihat jendela.

"Bos aku sangat yakin kau sangatlah kuat sehingga Arya tidak akan sanggup menyingkirkan mu tapi kenapa kau tampak seperti sedang memijirkan sesuatu?"

"Hei direktur Dinamis katakanlah pada kami apa yang sedang kau pikirkan?"

"David kau tau akan hal yang kau katakan tapi kenapa kau tak tau apa yang di sembunyikan oleh Arya"

"Maksudmu Arya menyimpan sebuah rahasia penting?"

"Sebuah rahasia yang membuatnya berani melakukan penyerangan ini"

David dan Mort pun terdiam mendengar perkataan Bruno. Mort yang tadi nya menganggap enteng Arya mulai waspada karena Arya tidak selemah yang dia pikirkan. David pun bergumam dalam hati

"Aku tidak berpikir sejauh itu, aku hanya mengira Arya memiliki rencana untuk menggulikan Bruno tapi tidak sesuatu yang ia sembunyikan"

Lalu Bruno yang sedang duduk menyuruh David menghubungi Tina untuk segera datang ke kantor namun sayang nya Tina tak bisa menjawab telephone itu karena pertarungan nya dengan Fiza masih belum selesai, bahkan mereka berdua telah bercucuran darah. Fiza bahu dan lehernya terluka sedangkan Tina kepalanya yang sempat terkena senjata tajam yang digunakan Fiza.

"Aku tidak menyangka seorang sekertaris bos perusahaan Ener memiliki kemampuan yang bisa menyaingi aku"

"Aku juga tidak menyangka seorang Asisten bos perusahaan Dinamis bisa membuatku mengeluarkan banyak tenaga"

"Kelihatannya kita seimbang, tapi ini tidak akan berlangsung lama apa kau tau kenapa? karena kau akan segera mati!"

"Jangan terlalu yakin Tina"

"Mati kau Fiza"

Mereka pun kembali bertarung. Tidak berlangsung lama, akhir dari pertarungan mereka pun mulai terlihat. Arya Alzam Toni dan Andi naik ke lantai atas menggunakan tangga karena Lift dengan sengaja telah dimatikan oleh David. Ketika menaiki tangga mereka berempat bertemu dengan David. David sedang duduk santai sambil memegang sebuah rokok.

"Kalian lama sekali, apakah selelah itu menaiki tangga?"

"Bos kau duluan saja pergi ke atas dengan Alzam, biar aku dan Andi yang mengurus si bajingan ini"

"Kalian berhati-hatilah, Ayo Alzam"

Alzam dan Arya melanjutkan menaiki tangga melewati David yang sedang duduk di tangga. Sambil menghembuskan asap David melihat ke arah Alzam. David dan Alzam saling bertatapan, David terkejut dengan tatapan Alzam dan Aura nya yang sangat mengerikan. David di buat ketakutan oleh Alzam hanya dengan tatapan bahkan ia mengeluarkan keringat. David bergumam di hatinya

"Sial... tatapan itu seperti saat bertemu pertama kali dengan bos. Mengapa dia memilikinya?, hanya Bos yang bisa membuatku berkeringat dengan tatapan itu sekarang menjadi dua orang siapa dia sebenarnya? apakah itu yang bos maksud"

Toni yang melihat David terdiam sejenak tidak melakuakan apa-apa saat Arya dan Alzam melewarinya merasa sangat yakin jika David bukanlah tandingan Alzam.

"Hei kemana kau melihat?! lawan mu ada di sini"

"Ternyata kalian menyembunyikan nya dengan sangat baik ya"

"Apa maksud mu?"

"Dia orang yang bersama Arya, dia bukanlah orang sembarangan, bahkan aku pasti kalah jika berhadapan dengannya, siapa dia sebenarnya?"

"Dia adalah seorang anak dari pegawai perusahaan Dinamis yang telah kalian jadikan tumbal belasan tahun yang lalu begitu pula dengan Bos besar kami yang telah kalian bunuh"

"Dia anak Yoga bukan? aku tidak pernah mengira dia mempunyai anak, tapi dia menyembunyikannya dari Dinamis, sepertinya Yoga memang pantas mati haha"

Toni yang mendengar perkataan David merasa jijik dengannya karena ia bukan hanya penjajat besar tapi juga seseorang psikopat.

"Hei kali ini kita harus bekerja sama dengan baik"

"Lalu kita sebut apa dengan rencana kita ini?"

"Maksudku lihat lah dia, dia bukan orang sembarangan, aku mengajak mu ke atas ikut dengan ku karena aku butuh bantuan mu mengalahkan psikopat ini jika tidak kita akan di bunuh olehnya"

Mereka pun melihat ke arah David yang sedang melepaskan jas nya sambil tertawa karena sudah lama ia tidak bersenang-senang.

"Kali ini aku setuju dengan mu Toni"

"Okay... hati-hati dengan pergerakan tangannya ia dulu juga di kenal dengan kecepatan tangannya"

"Okay..."

David menarik nafas nya dan langsung melompat ke arah Toni untuk memberikan pukulan namun Toni menangkis nya dan termundur, lalu Andi langsung memberikan tendangan kepada David, tapi sayang david berhasil menghindar dan melangkah mundur. pertarungan mereka pun kembali berlanjut. Alzam dan Arya yang telah sampai di lantai atas bertemu dengan Mort yang telah menunggu mereka berdua.

"Hai pak tua kita bertemu lagi ya"

"Sepertinya kau telah lama menunggu"

"ya kau benar, baiklah Bruno sudah menunggu kalian di dalam tapi hanya salah satu dari kalian yang boleh masuk dan yang satunya lagi akan tinggal di sini bermain bersamaku"

"Alzam masuk lah, biar aku yang menemani dia bermain"

Alzam hanya mengangguk dan sebelum masuk ia berkata sesuatu kepada Mort.

"Hati-Hati Mort kau tidak akan hidup lebih lama lagi jika bersikap seperti itu, orang yang kau sebut dengan pak tua itu bisa merengut hidup mu jika dia mau"

Mort pun terdiam mendengar ucapan Alzam. Lalu Mort melihat ke arah Arya yang sedang melakukan pemanasan.

"Tidak usah dengarkan dia, fokus saja pada permainnan ini"

"Baik jika itu yg kau mau, kita mulai permainnanya"

Arya dan Mort pun bertarung tak jauh dari ruangan Bruno keduanya memiliki kemampuan yang hebat, namun Arya memiliki banyak pengalaman bertarung. Arya bukanlah orang yang mudah untuk di kalahkan. Alzam dengan perlahan membuka pintu ruangan ia melihat ada orang yang duduk di kursi bos. Alzam berjalan mendekati kursi itu dan orang di kursi itu memutar tempat duduknya menghadap Alzam. Itu adalah Bruno yang telag menunggu Alzam. Bruno tersenyum melihat Alzam karena ia tau Alzam bukanlah orang sembarangan.