Chereads / Dinamis / Chapter 13 - Bab 13

Chapter 13 - Bab 13

Waktu berjalan cukup cepat hingga malam pun tiba. Doni sedang berjalan ke rumah nya. Saat di perjalan pulang ia hanya tertawa sambil membagi uang hasil paksaan dan curian hari itu. Setelah itu mereka berpisah, Doni terus berjalan sendirian hingga tiba di rumah nya. Doni langsung membuka sepatunya lalu membuka jaket nya dan melemparkan jaket nya sembarangan. Ia menghidupkan TV dan sengaja membesarkan suaranya yang membuat tetangga nya terganggu. Tak lama setelah ia menghidupkan TV seseorang datang ke rumahnya. Terdengar suara ketukan pintu. Doni pun mengeluh karena ada yang datang ke rumah nya, ia merasa terganggu di saat sedang menonton TV. Saat Doni membuka pintu ternyata itu adalah Alzam.

"Siapa kau? bertamu saat orang sedang sibuk"

"Apa aku mengganggu mu?"

"Ya kau sangat mengganggu, aku jadi tidak bisa melihat acara kesukaan ku"

"Jadi rupanya kau tidak suka di ganggu ya"

"Kau tuli? Huh... aku sudah bilang kau sangat mengganggu, sudah jelas aku tidak suka di ganggu"

"Aku juga begitu apa lagi jika orang itu mengusik keluargaku"

Alzam mengatakan dengan nada pelan sambil menatap tajam dan mengeluarkan aura seperti seorang yang ingin mmbunuh. Doni pun terdiam dan ketakutan melihat Alzam yang seperti itu. Doni tidak sadar ia sedang melangkah mundur secara perlahan. Sedangkan Alzam melangkah maju sambil menutup pintu dan mengunci pintunya. Situasi membuat Doni takut dia pun ingin mengambil sebuah tongkat kayu untuk memukul Alzam. Saat Doni telah memegang tongkat itu, dengan cepat Alzam memukul wajah Doni dan tongkat kayu itu terlempar. Doni pun berdiri dan berusaha menjatuhkanAlzam demgan cara memeluk badannya tapi cara itu tak berhasil. Alzam yang mengetahui hal itu menghindar dan memukul bagian belakang leher Doni hingga Doni pun terjatuh pingsan.

Fiza yang sedang berada di rumahnya sedikit gelisah mengingat Alzam yang menghampiri tempat tinggal Doni. Dia sangat yakin jika Alzam akan melakukan sesuatu terhadap Doni. Lalu Fiza menghubungi temannya yang bekerja sebagai polisi wanita. Dia mencaritau siapa korban dan orang-orang yang berhubungan dengan kasus yang ada di dalam dokumen. Menunggu hampir satu jam temannya menghubunginya lagi. Temannya memberitau informasi yang belum di ketahui Fiza. Fiza pun sedikit terkejut mengetahui jika ayah Alzam adalah dari pelaku pembunuhan pemilik perusahaan Ener yaitu ayahnya Arya. Lalu Fiza teringat ia pernah bertanya pada Alzam bagaimana Arya dan Alzam bisa bertemu. Namun Alzam hanya menjawab bahwa Fiza akan mengetahuinya nanti dan sekarang Fiza sudah mengetahuinya. Malam itu Fiza memikirkan 2 hal, hal pertama Alzam ingin membalaskan dendamnya pada Bruno dan Arya dan hal kedua ia hanya ingin menghabisi Bruno beserta dengan para bawahan nya untuk membalaskan kematian ayahnya. Fiza pun bertanya pada dirinya sensiri tentang haruskah ia mebicarakan hal ini atau menyerahkan semuanya pada Alzam dan tetap mepercayainya. Dia percaya jika Alzam adalah orang yang baik.

Alzam yang sedang berada di rumah Doni sedang duduk di sofa sambil melihat acara TV yang di sukai Doni. Dia sengaja tidak mengecilkan suaranya karena Alzam ingin memaksa Doni untuk bicara semua yang ia ketahui dan mengakui jika ia tidak bicara jujur saat bersaksi di persidangan. Jadi Alzam mengikat Doni di kursi menunggu Doni terbangun sehabis pingsan dan mengucapkan kejujuran bahwa ia di bayar untuk memberikan keterangan palsu di pengadilan agar Yoga menjadi tersangka pembunuhan. Lalu Alzam meletakan sebuah camera untuk merekam perkataan Doni. Tak lama lemudian Doni terbangun, ia ketakutan karena melihat dirinya terikat di kursi. Alzam bertanya pada Doni tentang keterangan palsu yang dia berikan di pengadilan. Doni tetap masih belum mengakuinya. Dia bersih keras kalau ia berkata jujur dan tak mengetahui apapun lagi. Karena Doni belum mau mengakuinya, Alzam mengambil sebuah pistol dari dalam jaket nya. Sebuah pistol bernama Makarov alias PM yang serinv di gunakan oleh anggota geng di rusia. Karena pistol itu sangat terkenal di kalangan penjahat, Doni pun mengetahui pistol itu dan ia juga mempunyai luka tembak dari pistol PM. Tak sedikit pun ia takut dengan senjata itu hanya saja rasa sakit itu sudah biasa ia rasakan saat ia pernah pergi ke Rusia. Namun sayang nya itu bukanlah pitol asli melainkan pistol yang di dalamnya terdapat besi tajam yang jika pelatuknya di tarik akan besi tajam itu akan keluar dan menusuk target nya. Doni pun terkejut dan susah untuk berkata-kata saat Alzam menunjukan fungsi dari pistol itu.

"Hei... aa... aku tak tau k... kalau pistol itu memiliki fungsi lain"

"Sekarang kau tau dan kau akan segera tau bagaimana rasanya jadi kau bisa membandingkan dengan luka tembak yang kau bilang tadi"

"D.. dengarkan aku, a..aku aku hanya bercanda"

"Kalau begitu aku juga ingin bercanda dengan mu"

Doni pun berteriak, namun sayangnya tak ada satu pun orang di sekitar yang mendengarnya mereka hanya mendengar suara Tv seperti hari-hari sebelumnya karena Doni selalu membuat suara berisik di malam hari. Tidak lama setelah itu tangan Doni di penuhi oleh darah nya sendiri bahkan ia tidak bisa untuk menggerakan jari-jari nya karena tulang-tulang jarinya telah remuk bahkan patah akibat dari pistol tadi. Beberapa waktu setelah itu Alzam telah mengetahui kejadian sebenarnya. Dia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Doni memberitau Alzam jika ia berbohong karena telah di bayar oleh bruno dan ayahnya Alzam hanya menjadi tumbal semata. Lalu ia pergi dari rumah Doni. Doni yang masih duduk terikat di kursi masih bernafas, namun itu tak berlangsung lama karena ia telah sekarat. Bukan gaya Alzam jika meninggalkan jejak, Dia memanggil tim pembersih untuk membersihkan rumah doni agar terlihat kosong seperti biasa. Di Jepang, Bruno yang telah menghajar beberapa orang di pemandian air panas membuat ia fruatasi karena menurut nya mereka hanyalah semut. Lalu bruno menuju keluar dari tempat pemandian.

Saat keluar dari sana ia melihat jika Lin sedang duduk dan berbicara dengan anggota geng yang masih di luar. Anggota geng yakuza itu hanya berjumlah 4 orang dan masing-masing membawa pisau. Mereka bertanya kepada lin, siapa Bruno. Lin tak menjawab apa pun hanya diam sambil menghisap rokoknya. Karena emosi salah satu dari mereka menyerang Lin dengan pisau nya. Lin pun menghindar dan mengunci tangannya lalu mengambil rokoknya yang masih menyala dan memasukannya kedalam baju anggota yakuza yang menyerang nya. Melihat temannya kesakitan yang lain pun ikut menyerang. Lin yang pandai beladiri menghabisi 3 orang sekaligus hingga mereka pingsan. Satu orang terkhir pun ketakutan dan pergi lari dari sana. Orang itu ternyata lari untuk melapor pada Bos mereka. Bruno pun tersenyum melihat Lin. Tadinya ia kecewa jika tak menemukan pengawal, namun ternyata ia berpikir untuk membawa Lin saja, karena ia telah mencari ke pemandian air panas tapi tak mendapatkan nya ternyata orang itu yang langsung datang kepadanya. Tidak lama berpikir Bruno langsung mengajaknya untuk bekerja padanya dan akan menjanjikan bayaran bahwa Lin akan mendapatkan bayaran yang besar jika ia mau ikut ke Indonesia. Tapi Lin masih belum bisa menjawabnya karena ia harus memnita izin kepada Mort. Dia menganggap Mort adalah bos nya, jika tidak mendapatkan izin dari Mort maka ia tidak akan pergi dari Tokyo.