Bruno yang sedang berada di Negara Jepang berhasil bertemu dengan Mort. Mort yang sedang duduk santai di sebuah tempat makan sambil meminum sake sedikit terkejut melihat Bruno berada di jepang. Bruno pun duduk di kursi sambil mengambil sebuah gelas dan meminun sake.
"Ternyata di sini kau rupanya"
"Kenapa kau datang kemari?"
"Kau sudah tau kenapa alasan ku datang kemari"
"Aku masih ingin di sini"
"Tak masalah, aku beri kau sedikit waktu lalu kita kembali ke jakarta"
"Bagaimana jika..."
"Tidak akan ada hari lain, Nikmatilah sake malam ini, aku sudah lama tidak minum sake"
Bruno tak berkata panjang lebar karena Mort telah menduga jika ia akan menjadi pewaris perusahaan Dinamis. Namun Mort tetap waspasa karena walaupun Bruno pernah menolong nya tapi itu bukan karena ketulusan melainkan hanya untuk mencari pewaris. Begitu juga dengan Bruno ia tak berencana untuk pensiun dalam waktu dekat hanya saja Bruno memiliki firasat kalau suatu saat akan ada orang yang mencoba menghancurkannya. Namun Bruno ingin Dinamis tetap menjadi yang terkuat. Kesalahan Bruno itu sendiri adalah menganggap Dinamis akan selalu berdiri di atas. Di sisi lain, Alzam yang telah menjelaskan semuanya kepada Jodi, membuat Jodi sangat tertarik namun ia masih memiliki keraguan karena Jodi saja tak sanggup melawan Bruno. Lalu Jodi pun menyuruh nya untuk datang lagi kembali dan bertarung di arena pada waktu tempat itu kosong. Jodi ingin melihat langsung kemampuan Alzam. Namun sesungguh nya Jodi tak tertarik dengan orang yang lemah, jadi dia ingin Alzam mengalahkan orang yang kuat namun orang itu tidak lebih kuat dari Jodi. Jika berhasil mengalahkannya Jodi akan memikirkannya. karena Jodi sedikit meremehkan Alzam, ia mengira Alzam hanyalah salah satu petarung kuat dan cerdas namun tetap dengan level di bawah Bruno.
Alzam menyetujuinya dan akan kembali besok malam. Lalu Alzam keluar dari tempat itu dan langsung pergi dengan mobilnya. Saat sedang menyetir Toni menelpon Alzam.
"Alzam kau dimana sekarang?"
"Aku sedang menyetir menuju apartemen"
"Baik mulai sekarang berhati-hati lah jika ingin bertemu denganku atau Arya"
"Apa terjadi sesuatu?"
"Bukan hal yang berbahaya, Hanya saja Dinamis telah mengirim orang untuk mengawasiku dan Arya"
"Baik aku akan hati-hati"
"Ingatlah identitas mu belum mereka ketahui, jika kau datang menemui Arya jadilah orang biasa seperti pegawai perusahaan"
Toni pun menutup telponnya. Lalu Alzam kembali ke apartemen nya. Fiza yang masih berada di kantor sedang mengetik hasil rapat kemaren. Arya dan Toni kembali ke kantor karena ada sesuatu yang harus Arya Ambil di ruangannya. Sebelum itu Arya menghampiri Fiza dan meminta Jadwal nya untuk seminggu kedepan. Arya ingin menyediakan waktu untuk Alzam jika ingin berbicara dengannya tanpa di ketahui oleh orang yang mengawasinya. Lalu Toni menunggu di dekat mejanya Fiza.
"Fiza sepertinya kau sibuk sekali"
"Ya pekerjaan ku semakin banyak jika kau ada di sini"
"Jadi aku mengganggumu ya?, jika aku adalah Alzam apa aku juga akan membuat mu terganggu?"
"Aku yakin dia tidak akan bertingkah sepertimu"
"Ooo jadi kau sudah mengenalnya lebih dalam yaa"
Fiza pun terdiam karena malu saat Toni berkata seperti itu. Dia tiba-tiba menghentikan jarinya yang sedang mengetik.
"Hmm jadi aku benar yaa"
"Bukan seperti itu!"
"Lalu seperti apa?"
"Itu hanya..."
"Hanya...?"
"Hanya pemikiran mu saja! mana mungkin aku tau tentang dirinya"
"Sudah ku bilang aku bisa membantumu jika kau mau mengenalnya lebih dalam"
"Aku sibuk sebaiknya kau menemani bos, sepertinya ia sedang membutuhkan mu"
"Benar kenapa ia lama sekali"
Toni pun segera menghampiri bos di dalam ruangannya. Fiza pun menghela nafas nya karena merasa tenang. Fiza pun baru pertama menemui Alzam, tetapi ia merasa sedikit bingung ketika mengingat wajah nya Alzam saat tak sengaja menabraknya dan menatap langsung wajahnya. mengingat tentang Alzam, Fiza teringat ketika dulu sebelum bekerja di perusahaan Ener, mendiang Ayah nya Fiza pernah berkata
"Fiza jika kau menyukai seseorang buatlah ia nyaman berada di dekatmu, maka ia akan selalu ingat pada dirimu"
"Baik ayah"
Lalu Fiza pun bertanya pada dirinya sendiri apa yang sedang ia pikirkan, kenapa ia tiba-tiba mengingat perkataan ayahnya. Lalu Fiza tak menghiraukannya dan kembali mengerjakan pekerjaannya. Saat di malam hari Alzam sedang meminum minuman yang dia simpan di lemari pendingin. Dia duduk di Sofa sambil menonton Televisi. Lalu telephone nya berdering, Saat Alzam melihat telephone nya ternyata itu adalah Joko yang menghubungi Alzam, untuk mengajak bertemu besok di sebuah rumah makan. Tanpa banyak berkata Alzam menyetujuinya untuk bertemu besok di rumah makan. Alzam pun mematikan televisinya, menghabiskan minumannya dan berdiri dari sofa. Lalu Alzam menuju kamar tidurnya dan langsung menuju kasur untuk tidur. Alzam bermimpi tentang saat ia berada di Rusia berlatih dengan keras yang penuh dengan darah dan membunuh beberapa penjahat dengan pistol. Begitu juga ia bermimpi berada di kuburan di ayahnya sambil menangis. Pagi-pagi di kasur Alzam membuka matanya, terbangun oleh suara Alarm di telephone nya. Dia bergegas bersiap-siap memakai sebuah jas berwarna hitam. Alzam sangat suka memakai Jas, terutama saat sedang menjalankan tugas. Alzam pergi menemui Joko sendirian, karena Toni sedang di awasi jadi dia tidak mengajaknya.
Saat sampai di rumah makan, ia melihat ada mobil yang dengan nomor polisi yang sama pada saat ia bertemu Joko pertama kali. Dia sangat yakin itu adalah mobil yang dia lihat beberapa hari yang lalu. Mobil itu yang mengawasi Joko setiap hari. Alzam pun masuk ke rumah makan itu. Joko hanya sendirian, dia tidak datang bersama dengan Andi.
"Jadi ada yang ingin kau katakan"
"Aku akan membantumu membalikan keadaan, tapi aku punya permintaan"
"Permintaan?"
"Aku mempunyai seorang putri, saat ini dia tinggal bersama nenek nya, namanya adalah heni, saat ini Bruno tak tau aku masih memilki seorang anak karena aku berkata kalau istri dan anak ku meninggal pada saat kebakaran besar di jogjakarta. Jadi jika sesuatu terjadi denganku berjanjilah jntuk melindungi pitriku"
"Maaf aku tidak bisa"
"Apa kau bilang!"
"Aku bilang aku tidak bisa, tapi aku tidak akan membiarkan mu mati, karena kau harus hidup untuk menemani putrimu"
"Nampaknya kau bersungguh-sungguh"
"Aku tidak pernah bercanda untuk mengambil ahli Dinamis"
Akhirnya Joko pun setuju untuk bekerja sama dengan Alzam. Hanya mendengar Alzam berbicara seperti itu Alzam berhasil meyakinkan Joko. Begitu pula dengan Joko yang mempercayai Alzam, ia merasa Alzam adalah seseorang yang spesial. orang yang beru saja ia kenal ternyata bukanlah orang yang sama dengan Bruno. Setelah selesai berdiskusi Joko pergi lebih dahulu dari tempat makan itu. Setelah beberapa menit barulah Alzam pergi. Alzam berencana untuk pergi membeli pakaian tapi ia butuh seseorang untuk menilai pakaian yang ia ingin beli. Dia ingin mengajak Toni dan Arya, namun karena kondisi yang tidak memungkin kan untuk saat ini, jadi ia menghubungi Fiza untuk menemani nya pergi. Di saat waktu yang bersamaan Fiza baru saja menyelesaikan pekerjaan nya.
"Fiza ini aku Alzam, apa kau sibuk?"
"Ooh iya Aku baru saja selesai, tunggu aku tak ingat pernah memberi mu nomor handphone ku"
"Toni yang memberikannya"
"Rupanya Si Tupai itu, Jadi ada apa Alzam?"
"aku sedang menuju ke kantor, lalu kau segeralah turun, Temani aku jalan-jalan"
"Jalan-jalan?"
"Ya, Tidak perlu sekaget itu"
"Tapi ini masih jam kerja aku harus..."
"Aku sudah izin pada Arya kalau kau akan pergi dengan ku hari ini"
"Tapi Jalan-jalan itu..."
"Sebentar lagi aku sampai bersiaplah"
Alzam langsung memustuskan panggilannya. Fiza yang kebingungan dan sedikit jengkel karena Alzam memutuskan panggilannya secara tiba-tiba. Alzam yang tersenyum karena ia memotong perkataan Fiza dan langsung memutuskan panggilan. Lalu Leo yang sesang duduk santai di ruangannya mencoba untuk menghubungi anak buahnya yang sedang mengawasi Arya. Dia ingin mengetahui ada informasi apa yang ia dapat tentang Arya. Namun Leo tak mendapatkan informasi yang penting. Hanya kegiatan rutin sehari-hari yang di jalankan oleh Arya. Begitu pula dengan Ubel juga mendapatkan hal yang sama dengan Leo. Leo dan Ubel mengira bahwa tak ada kegiatan yanv mencurigakan mereka belum menyadari hal yang di rencanakan oleh Arya.
Lalu Leo menghubungi David ddan mengatakan jika ia belum mendapatkan hal yang berhubungan dengan perlawanan dari Perusahaan Ener. David yang masih menyimpan rasa kecurigaan menyruh Leo dan Ubel untuk tetap mengawasi mereka. Posisi Bruno yang tidak sedang berada di tempat, membuat David lebih berhati-hati terhadap Ener karena semakin hari Perusahaan Ener semakin kuat. Jika Arya mendapatkan bantuan atau menyimpan sebuah senjata rahasia maka dia bisa saja untuk merobohkan Dinamis dengan mudahnya. Itulah mengapa David sedikit curiga terhadap Arya. Alzam pun tiba di depan kantor, Fiza yang baru saja berjalan keluar dari kantor melihat mobil hitam yang berhenti di depannya. Lalu Alzam tersenyum sambil menurunkan kacanya dan menyuruh Fiza untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Fiza yang menghela nafas nya berjalan masuk ke dalam mobil.
"Sepertinya kau cukup gesit juga, tidak salah menjadi seorang sekertaris"
"Tentu saja, aku mungkin adalah yang terbaik"
"Baiklah, kalau gitu ayo kita jalan"
"kita akan kemana?"
"kau akan segera tau"
Fiza yang tak tau akan pergi kemana hanya tersenyum, diam dan kebingungan.