Keesokan pagi nya Alzam telah kembali pulang dan tidur di apartemen yang sudah di sediakan oleh Arya. Alzam melihat ke arah jendela, melihat sinar matahari pagi menyinari apartemen nya, lalu ia memasak makanan yang sering di sediakan oleh ayahnya dulu sewaktu masih berumur 6 tahun yaitu telor dadar. Di perusahaan Ener, Arya telah tiba di ruangannya lalu seorang wanita mengetuk pintu ruangan Arya.
"Permisi bos"
"Hari ini kau datang lebih cepat Fiza"
"karena ada berkas yang harus kau baca"
"berkas?"
"Ini soal Dinamis"
Fiza adalah sekertaris baru Arya yang belum sempat di kenalkan kepada Alzam, Fiza bukan sekertaris biasa bukan hanya cerdas melainkan juga lihai dalam berkelahi terutama memegang pisau. Fiza adalah sosok orang yang baik namun ia juga tidak akan segan untuk melukai orang yang mencoba berbuat jahat. Lalu Arya langsung membaca berkas yang di bawa oleh Fiza, saat sedang membaca Arya tersenyum karena berkas itu menunjukan sebuah fakta baru tentang kejahatan lainnya yang di lakukan oleh Bruno.
Di samping itu Bruno yang tidak sedang berada di Jakarta, Ia sedang pergi ke Jepang. Bruno pergi ke sana mempunyai urusan penting yaitu mencari kandidat pewaris. Ada seseorang asal Indonesia yang berada di Jepang ia tergabung dalam organisasi Yakuza. 12 tahun yang lalu Bruno pernah menolongnya dan mengajarinya sedikit cara bertarung dengan pisau. Lalu orang itu pergi ke Jepang mencari pengalaman sekaligus meningkatkan kemampuannya. Dia menjadi anggota Yakuza karena Bruno yang menyuruhnya. Bruno ingin dia belajar Berbisnis dengan cara Yakuza dan jika sudah waktunya Bruno akan menjemputnya. Dari awal Bruno sengaja menolongnya karena melihat bakat pada orang itu dan ingin dia menjadi pewaris nya. Orang itu bernama Mort di jepang ia dijuluki sebagai Dakunaifu (pisau gelap) karena ia selalu membawa pisau khusus dan selalu berjalan dunia gelap termasuk dalam hal bisnis. Untuk sementara waktu selama Bruno belum kembali dari Jepang Dinamis di pegang kendali oleh David. Saat Bruno sedang berada di jepang David melakukan pengawasan terhadap Arya karena ia masih meragukan Arya lantaran ia tau kalau Arya adalah mantan seorang mantan kriminal. David tak tau kalau Arya mempunyai rencana untuk menyingkar Bruno ia hanya tak percaya dengan Arya karena masih menganggap Arya mempunyai jalan seperti Bruno, padahal Arya sudah tidak melakukan kejahatan seperti dulu ia telah tersadar akan pentingnya keluarga dan teman tepat beberapa hari sebelum ayahnya di bunuh.
Ternyata Yoga adalah orang yang menyadarkannya, mereka sempat mengobrol tapi sayangnya waktu itu mereka tak saling mengenal bahkan Yoga tak tau kalau Arya pewaris perusahaan Ener begitu juga dengan Arya yang tak tau kalau Yoga bekerja di perusahaan Dinamis. Mereka hanya bertemu di sebuah rumah makan secara tak sengaja dan mengobrol tentang kehidupan mereka. Arya memang pada awalnya adalah orang yang baik namun ia berjalan di jalan yang salah hingga ia bisa tertawa lepas lagi untuk pertamakalinya saat bertemu dengan Yoga untuk pertama dan yang terakhir kali nya. Karena itulah dia sangat yakin jika Yoga bukanlah orang yang akan mencelakai orang lain apa lagi membunuh orang tua yang hanya terbaring di kasur.
David memanggil Leo dan Ubel ke ruangan Bruno untuk membicarakan Arya. Ia ingin Leo dan Ubet melakukan pengawasan terhadap gerak-gerik Arya. David mengetahui kehidupan Arya yang dulu hanya dari mulut ke mulut tak pernah melihatnya secara langsung jadi ia sedikit meremehkan Arya lantaran ia menganggap Arya hanyalah seorang mantan Kriminal yang sekarang menjadi Direktur. Begitu pula dengan Ubel yang menganggap remeh Arya tapi tidak dengan Leo yang selalu mewaspadai targetnya.
"Aku ingin kalian mengawasi Ener"
"Maksudmu kau ingin aku dan Leo mengawasi Arya?"
"Kira-kira begitu"
"Kau serius? ayolah dia memang direktur perusahaan besar tapi bagi kita dia hanyalah partner Dinamis biasa sekaligus direktur yang lemah"
"Seseorang yang lemah bisa menjadi kuat"
"Apa tidak ada tugas lain untuk kami? yang lebih menantang"
"Lakukan saja tugasmu"
Ubel benar-benar meremehkan tugas nya, ia menganggap Arya hanya seorang mantan kriminal biasa. Sedangkan Leo yang tak banyak biacara ia langsung pergi dari ruangan Bruno ketika David selesai bicara. David selalu waspada dengan Leo karena Leo bisa membuat David kerepotan jika Leo menginginkannya. Sedangkan Ubel yang mempunyai niat untuk menyingkirkan David hanya saja ia mencari waktu yang tepat. Walaupun mereka bertiga menjadi kaki tangan Bruno tapi tidak ada satu pun yang benar-benar menganggap teman. Mereka hanya berniat saling menjatuhkan dan menguasai Dinamis begitu juga dengan Leo yang menunggu waktu untuk menghabisi David dan Ubel.
Setelah melakukan kegiatan pagi Alzam pergi menuju Dinamis, ia ingin berbicara dengan Arya. Sesampai nya di Perusahaan Alzam bertemu dengan kepala keamanan di perusahaan.
"Selamat pagi Pak Ada yang bisa saya bantu?"
kepala keamanan perusahaan Ener bertanya dengan sedikit gugup karena ia merasa telah bertemu seseorang yang sangat kuat
"Sudah lama tidak bertemu ya Pak Jono"
Pak Jono kepala keamanan di Perusahaan Ener yang pernah bertemu Alzam 14 tahun yang lalu, namun hanya sekali melihat Alzam, ini adalah pertemuan kedua mereka jadi Jono tidak mengetahui jika itu adalah Alzam
"Maaf pak sepertinya kita belum berkenalan"
"14 tahun yang lalu ada seorang bocah dengan mata lebam yang datang kesini untuk bertemu dengan direktur"
"Sebentar jangan-jangan anda Alzam? maksud saya pak Alzam"
"Aku kira bapak sudah lupa dengan nama itu"
"Saya selalu ingat dengan nama dan wajah tapi saya tidak menyangka akan bertemu lagi dengan bapak"
"Cukup dengan mas saja pak saya belum terlihat tua kan"
"Tidak kok Pak maksud saya Mas, karena Pak direktur pernah bilang kalau Mas Alzam kedudukannya setara dengan beliau jadi saya harus memperlakukan Mas Alzam juga seperti beliau"
"Saya sudah bilang sebelumnya, jangan sungkan"
"Baik Mas"
"Kalau gitu saya ke ruangan direktur dulu"
"Baik Mas silakan"
Saat menuju ke atas Alzam melihat ke arah meja sekertaris Arya, ia melihat Fiza sedang menulis sesuatu. Karena Alzam belum pernah bertemu sebelumnya ia bertanya-tanya siapa itu ia belum pernah melihat ada seseorang Wanita yang duduk di meja Sekertaris karena sebelumnya meja itu di tempati oleh Toni. Lalu ia yerus berjalan ke arah ruangan Arya. Fiza pun tak menghalangi nya lantaran Arya sudah memberitau siapa yang akan datang dan apa kedudukannya. Saat Alzam melewati Fiza, Fiza menyadarinya tetapi, ia sedikit tersentak karena ia merasakan aura yang kuat hingga Fiza pun bertanya-tanya sebenarnya siapa Alzam itu, sampai Arya pun menyuruhnya untuk memperlakukan dia layaknya direktur perusahaan. Anehnya Fiza malah semakin penasaran dan ingin mengetahui tentang Alzam lebih dalam. Tak lama kemudian Toni pun datang dan langsung menuju ruangan Arya. Lalu Fiza bertanya pada Toni.
"Pak Toni"
"Ada apa? kenapa wajahmu tampak bingung?"
"Aku hanya ingin tau"
"Rupanya kau sudah mulai penasaran sekarang tentang ku, apa yang ingin kau ketahui?"
"Bukan pak, bukan soal bapak"
"lalu?"
"Sebenarnya Siapa Alzam itu? apa hubungan nya dengan Bos hingga dia menyuruhku memperlakukan dia layak nya seorang Bos?"
"Hahaha, dia cukup tampan bukan?"
"Apa? tidak bukan itu yang ku maksudkan"
"Aku bisa membantumu untuk jadi lebih dekat dengannya, kalau kau mau?"
"Tidak jadi, aku masih punya tugas permisi"
Fiza pun pergi dari mejanya karena merasa malu. Lalu Toni tertawa dan berjalan ke ruangan Arya. Ketika masuk ke ruangan Toni melihat Alzam dan Arya tampak sedang membicarakan hal yang serius.
"Apa aku datang di waktu yang salah? tampak nya kalian serius sekali"
Alzam pun tidak menjawab pertanyaan dari Toni hanya diam dan berpikir tentang rencana selanjutnya. Sedangkan Arya hanya santai menunggu jawaban dari Alzam. Lalu Toni mendekat ke meja dan melihat ada berkas yang sempat di berikan oleh Fiza di waktu yang lalu. Lalu Toni pun terkejut melihat nya, berkas itu berisi data tentang orang-orang yang di perkirakan akan di bawa dari luar negri dan akan menjadi anak buah Bruno. Toni hanya terdiam karena orang-orang tersebut adalah para tentara bayaran elit yang sekarang bekerja untuk yakuza di jepang. Lalu Alzam tersenyum sambil bersantai di sofa.
"Nampak nya Level permainan sudah meningkat ya"
"Hei kalian hanya bersantai bukankah ini sedikit serius"
"Tak masalah dia mau membawa orang dari manapun, kalau aku hanya menghabisi tikus got, percuma aku belajar di organisasi Rusia selama 14 tahun"
"Huh baiklah jika kau berkata seperti itu sepertinya kau sudah tau kalau hal ini akan terjadi"
Toni pun bersikap lebih santai karena Alzam dan Arya sudah menduga hal ini dan Toni sangat yakin Arya sudah menyiapkan sesuatu untuk menanganinya. Begitu pula dengan Alzam yang sudah siap untuk menghadapi hal seperti ini. Toni pun meminta pegawai di Ener untuk membuatkan 3 cangkir kopi. Lalu menjelaskan persoalan dengan Joko yang akan mendapatkan jawabanya besok. Jika setuju mereka akan menghubungi Toni namun jika tidak Alzam dan Toni yang akan menghampiri mereka. Mereka akan membuat sebuah rencana kecil untuk merubah pemikiran Joko hingga mereka yakin untuk ikut dalam rencana yang sudah Arya siapkan bertahun-tahun yang lalu.