Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 8 - Melewati Satu Masa

Chapter 8 - Melewati Satu Masa

Jadwal Ujian Akhir Semester sudah dekat. Masing-masing kelompok belajar siswa tampak semakin bersemangat.

Masing-masing siswa lebih meningkatkan konsentrasinya, dan terkecuali Fiko juga. Dan suatu saat:

"Bagaimana kalau Fiko kita undang masuk kelompok kita, sebagaimana seperti mula-mula dahulu?" ucap Windi saat istirahat sekolah.

"Lalu, bagaimana bila Jaka juga datang? Apa gak akan ribut lagi nantinya?!" sahut Ratri.

"Jujur, saya sebenarnya setuju usulan Windi. Karena kalau kita menimbang berdasarkan tingkat kepandaian, kita semua sudah lihat dan tau sendiri bahwa Fiko memiliki kecerdasan yang memungkinkan bisa membantu kita-kita ini!" kata Rendi.

"Iya juga ya! Tapi, bagaimana kalau mendadak Jaka datang?" kata Ratri.

"Tentang itu aku punya usul, ini misalkan Fiko masuk kelompok kita ya. Begini; bagaimana kalau belajarnya di rumah Fiko?" usul Cory.

"Sangat tepat!" sahut Rendi seraya acung jempolnya.

"Sekalian kita bisa menjajaki, kalau Jaka benar-benar tidak ada keterlibatan dalam kasus penganiayaan Fiko, dia pasti berani datang ke rumah Fiko!" ujar Windi.

"Itu tadi maksudku sangat tepat!" sahut Rendi lagi.

"Dan yang pasti, Fiko yang dalam keadaan masih pakai tongkat, tidak perlu repot-repot pergi keluar!" tambah Rendi.

Akhirnya hari itu kelompok Windi memutuskan Fiko masuk kelompok mereka, sedangkan Jaka dikeluarkan.

Di saat yang sama, tanpa setau teman-teman, Cory membayang:

"Asyiik, aku bisa minta tolong ajari Fiko lagi!" kata Cory dalam hati.

*Tiga hari kemudian...

"Besok sore belajar kelompok jadi di tempat Fiko kan?!" kata Ratri pada teman kelompok nya.

"Iya jadi. Kemarin pulang sekolah saya langsung ke rumah Fiko, sudah saya sampaikan semua hasil rembugan kita, dan dia sudah menyetujui!" ungkap Rendi.

Esoknya...

Sore hari kelompok belajar Windi sudah kumpul semua di rumah Fiko. Sementara itu saat yang sama di rumah Cory, saat pak Fandy sedang duduk santai bersama istrinya di teras, tiba-tiba:

"Selamat sore pak!" sapa Jaka di depan pintu pagar.

"Eh Jaka, selamat sore juga. Ada apa Jaka?" balas pak Fandy.

"Inikah biang kerusuhan lalu itu?!" celetuk istri pak Fandy setengah berbisik.

"Ssszzzttt. Cepat hubungi Rudi!" sahut pak Fandy sembari menoleh ke arah istrinya.

Istri pak Fandy masuk, lalu:

"Masuk sini sebentar Jaka!" kata pak Fandy sambil membukakan pintu pagar.

Jaka dan pak Fandy duduk di teras dan pak Fandy mulai membuka obrolan. Selanjutnya:

"Ini teman-teman kok belum pada datang ya pak? Terus Cory di mana?" tanya Jaka.

"Cory tadi pamit sama ibunya, bapak malah gak tau ke mana!" jawab pak Fandy.

"Emang ini ada janjian belajar kelompok ya?!" tanya pak Fandy kemudian.

"Iya pak, biasanya memang hari ini!" jawab Jaka.

"Cory sama teman atau sendirian ya pak?" tanya Jaka.

"Mmm, tadi tu dia keluar, bapak belum nyampèk rumah, masih di jalan!" jelas pak Fandy .

"Kalau begitu, boleh saya tunggu sebentar ya pak? Nanti misalnya kelamaan, saya balik saja, mungkin ganti harinya!" kata Jaka.

"Iya gak apa-apa, silahkan!" kata pak Fandy .

Sesaat kemudian...

"Mari mas Jaka, ini sambil minum sambil nunggu temannya!" istri pak Fandy keluar menyuguhkan secangkir teh.

Jaka minum dan lanjut bincang-bincang dengan pak Fandy . Namun belum sampai bercerita banyak, mendadak:

"Permisi, selamat sore pak!" seseorang memberi salam di pintu pagar.

Pak Fandy berdiri, lalu...

"Selamat sore! Mau ketemu siapa ya pak?" tanya pak Fandy .

"Saya mau ketemu Jaka, dia itu orangnya!" jawab orang berjaket kulit hitam sambil tangan nya menunjuk Jaka.

Jaka yang mendengar jawaban orang tersebut segera nengok ke arah orang itu. Namun begitu menatap orang tersebut, mendadak wajah Jaka berubah seperti ketakutan.

Saat pak Fandy membukakan pintu, orang tersebut dengan cepatnya bergerak ke arah Jaka, membekuk serta memborgol tangan nya, serta di belakangnya menyusul dua orang lagi teman orang tersebut. Kemudian...

"Maaf, ini ada apa, dan bapak ini siapa?" tanya pak Fandy.

Orang tersebut mengambil dari sakunya dan menunjukkannya pada pak Fandy sebuah Kartu Anggota kepolisian, serta:

"Saya dari Satuan Reserse Kepolisian!" kata orang tersebut.

Sebelum anggota polisi tersebut menggiring Jaka ke luar, sempat menjelaskan pada pak Fandy:

"Sudah ada laporan masuk beserta barang bukti, bahwa anak ini terlibat kasus penganiayaan terhadap seseorang, dan kami sudah mengintai sejak laporan masuk!" jelas polisi tersebut.

Sesaat setelah itu, mobil petugas tampak melaju dengan membawa Jaka. Dan di rumah pak Fandy:

Pada Minggu berikutnya Ujian sedang dilaksanakan, namun Jaka tidak bisa hadir di sekolah, sebab setelah disidang dia telah divonis sebagai otak sekaligus pelaku penganiayaan terhadap Fiko.

*Dua minggu kemudian, seusai Ujian Semester...

"Selamat sore bu Ningsih!" sapa Rendi di depan rumah Fiko.

"Eeh, Rendi. Dari mana nih?" balas bu Ningsih.

"Dari rumah aja, sengaja main ke sini!" jawab Rendi.

"Sini masuk dulu, saya panggilkan Fiko!" kata bu Ningsih.

Sebentar kemudian Fiko keluar, lalu:

"Hallo Rendi, gak berlibur deng an keluarga kah?" tanya Fiko.

"Tidak, lagi malas bepergian!" jawab Rendi.

"Biasanya kamu kalau liburan panjang gini pergi ke luar kota?!" sambung Fiko.

"Teman-teman sudah ke sini kah? Kemarin sempat janjian ngajak kemari!" ungkap Rendi.

"Siapa aja?' tanya Fiko.

"Ya..., yang ada di kelompok belajar dulu itu; ada Ratri, Windi, Cory!" jelas Rendi.

"Wah, paling-paling mereka wisata dengan keluarga!" sahut Fiko.

Tidak lama setelah itu, teman mereka datang.

"Tu, benar kan kataku, para bidadari datang!" ucap Rendi.

"Halo, halloo!" sapa Ratri.

"Hai Ratri, Windi, Cory... mari masuk!" kata Fiko.

Tak lama kemudian mereka mulai ramai bercanda dan bercerita. Hingga suatu saat:

"Ada yang sudah nengok Jaka nggak?" celetuk Windi.

"Ahh, ngapain juga nengok orang macam gituan, malas!" sahut Cory.

"Emangnya dia sakit apa?" tanya Ratri.

"Lho, apa Rendi gak pernah cerita? Katanya dia sering sama kamu?!" ucap Windi.

"Aku memang sengaja tidak bercerita!" sahut Rendi.

"Saat kita belajar kelompok di sini yang pertama, itu ternyata dia datang juga tapi di rumahku. Dan saat itu juga petugas polisi datang menangkapnya. Dan setelah itu dia diproses hukum dan ditahan hingga sekarang!" cerita Cory.

"Berarti Fiko juga tau dong?!" ucap Ratri sembari menoleh ke arah Fiko.

"Iya pasti lah. Saat proses hukum, saya kan juga diundang dalam sidang!" kata Fiko.

"Saya diminta bercerita, akhirnya semua saya ceritakan, termasuk saat pertama saya diancam!" sambung Fiko.

"Jadi, sebelumnya sudah sempat ngancam juga?" tanya Cory.

"Iya. Saat saya mau berangkat belajar kelompok yang hari pertama. Kemudian saya dipaksa keluar, lalu dia masuk kelompok!" jelas Fiko.

"Jadi, bukan karena kamu minta pindah?" tanya Windi.

"Bukan!" jawab Fiko.

"Lalu, bagaimana sampai ada musibah kasus juga?" lanjut Windi.

"Karena dia menyangka saya akan apèlin Cory. Sehingga dia cemburu dan menghadang saya saat berangkat ke rumah Cory!" jelas Fiko.

"Ouwalaa... cemburu, hahaha!" mereka tertawa semua.

*)bersambung ___