Bab 6
Arjuna meradang melihat laki-laki yang entah siapa, mencoba melecehkan Claudya. Berani-beraninya menyentuh istrinya! Tanpa aba-aba dia menarik laki-laki itu, kemudian mendorong hingga membentur lantai.
Bugh! Bugh! Bugh!
Claudya memekik tertahan melihat Arjuna memukul laki-laki asing itu dengan membabi-buta. Tubuhnya semakin bergetar hebat, melihat pemandangan yang tidak biasa dia lihat.
Arjuna kalap, seolah tidak sadar dengan apa yang dia lakukan. Berkali-kali dia membanting tubuh laki-laki tersebut.
Laki-laki itu tersungkur tepat di hadapan Claudya. Namun, Claudya hanya bisa mematung di tempat.
"Brengsek! Apa-apa kamu, hah?!" Laki-laki itu bangkit dan berseru kesal.
Tatapannya menyiratkan kekesalan karena Arjuna yang mengganggu kegiatannya dengan wanita cantik itu. Padahal, sedikit lagi dia bisa menikmati tubuh molek Claudya.
"Kamu yang brengsek! Berani-beraninya kamu ingin menodai istriku!" balas Arjuna masih dengan kemarahan yang tidak terbendung.
Claudya mematung mendengar perkataan Arjuna yang tidak pernah dia sangka akan keluar dari mulut suaminya. Arjuna, lelaki yang awalnya Claudya pikir bukan laki-laki baik-baik, kini mengubah cara pandang Claudya.
Arjuna tidak seburuk itu. Banyak hal yang membuat Claudya mengerti, bahwa Arjuna hampir kata sempurna. Hanya saja, kejadian itu merupakan insiden yang tidak direncanakan, jadi bukan salah Arjuna sepenuhnya.
Suara tawa dari laki-laki asing itu membuat Arjuna semakin meradang. Meski rasanya tubuhnya akan remuk, tetapi dia masih bisa berdiri tegak, menatap angkuh pada sosok Arjuna yang menatapnya tajam.
"Ternyata kamu peduli? Bukankah kamu sengaja meninggalkan dia sendiri tadi? Kenapa kamu tidak biarkan aku bermain dengannya sebentar?" ucapnya dengan nada menyebalkan.
Memang dirinya memperhatikan Claudya yang terus menunggu Arjuna. Awal menatap Claudya, dirinya langsung terpesona dengan paras cantiknya, hingga menghadirkan hasrat untuk menjamah tubuh indah itu.
"Tutup mulutmu!" seru Arjuna, rahangnya kini mengeras, matanya sudah memerah karena rasa marah.
Kemarahan Arjuna tidak membuat laki-laki itu takut, karena dia pikir Arjuna bukanlah siapa-siapa bagi dirinya.
"Hei, sobat. Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan? Aku berani membayar berapa pun, asal kamu membiarkan aku mencoba tubuh istrimu." Senyum licik tersungging, merasa percaya diri kalau Arjuna tidak akan menolak tawarannya.
"Kubilang tutup mulutmu sialan!" teriak Arjuna yang emosinya kembali memuncak.
Bugh!
Pukulan untuk kesekian kalinya Arjuna berikan, dia tidak peduli jika harus membunuh orang itu sekarang juga. Amarah sudah menyelimuti Arjuna, dia tidak akan pandang bulu jika sudah terlanjur emosi begini.
Meski sedikit kewalahan, orang aneh itu membalas memukul. Dia tidak ingin mengalah dan membiarkan Arjuna merusak wajahnya.
Suara kulit bertemu kulit terdengar nyaring. Air mata Claudya sudah banjir sejak tadi, dia tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan sekarang.
Dugh!
Tendangan Arjuna tepat di dada. Tubuh lemas itu terpelanting menubruk dinding kamar. Arjuna mendekat, menarik kerah baju orang itu.
"Kamu sudah membangunkan singa yang sedang tertidur," ucap Arjuna dengan tatapan nyalang. Tangannya mengepal dan terngakat tinggi.
"Berhenti!!!"
Entah keberanian dari mana Claudya berteriak dan menubruk Arjuna, memeluk suaminya dengan erat, berharap Arjuna mau menghentikan kebrutalannya. Gerakan Arjuna yang ingin menghantam tubuh laki-laki itu terhenti. Dia menarik napas kasar, lalu melepaskan kerah laki-laki itu yang sejak tadi dia cengkram.
"Beruntung karena aku masih mau berbaik hati padamu, kalau tidak kamu hanya akan tinggal nama!" ketus Arjuna.
"Cih, kamu akan menyesal telah melawanku!" Meski dirinya sudah tidak bisa dianggap baik-baik saja, tetapi kesombongannya masih melekat pada diri laki-laki itu.
Tatapan Arjuna semakin tajam, orang ini benar-benar tidak ada takut-takutnya.
"Justru kamu yang akan menyesal karena berani melawan saya! Dan telah berani melecehkan Nyonya Claudya, istri sah milik Arjuna Dirgantara!"
Sejenak mata laki-laki itu terbelalak, keringat di dahinya mengucur deras. Dia sering mendengar tentang betapa hebatnya seorang Arjuna Dirgantara, namun baru kali ini dia dapat melihat wajahnya secara langsung. Dan bodohnya, karena dia telah menggali kuburan sendiri karena berhadapan dengan Arjuna.
Tubuh laki-laki itu tidak dapat berkutik lagi, darah mengucur di keningnya, bibirnya sudah pucat pasi. Dia tidak menyangka Arjuna bisa berbuat sampai seperti ini. Menyesal dia bermain-main dengan sosok di depannya, kalau tahu akan seperti, sudah pasti dia tidak akan berbuat nekat.
Melihat keterdiaman laki-laki itu membuat Arjuna puas, lalu, Arjuna meraih ponselnya. Mengetik beberapa digit angka di layar ponselnya.
[Halo, selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?]
"Perintahkan security untuk datang ke kamar Rose 203, secepatnya!"
Tanpa mau menjelaskan alasan dari perintahnya, Arjuna lekas mematikan telepon tersebut. Dia kemudian melirik Claudya yang masih setia memeluknya, dapat Arjuna lihat ada ketakutan dalam pelukannya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arjuna pelan.
Tatapan Claudya bersinggungan dengan bola mata tajam milik Arjuna. Melihat luka di wajah sang suami membuat Claudya dilanda rasa bersalah.
"Maaf," lirih Claudya lantas melepaskan pelukannya. Menjauhkan diri karena merasa lancang telah memeluk Arjuna, Claudya takut akan kemarahan Arjuna.
"Maaf untuk?" Arjuna tidak mengerti kenapa Claudya tiba-tiba meminta maaf, padahal Arjuna merasa Claudya tidak salah apapun.
"Maaf sudah memelukmu, aku tadi refleks. Aku tidak bermaksud untuk melakukannya," jelas Claudya gelagapan.
Arjuna menatap Claudya intens, entah kenapa tidak perempuan itu cukup membuatnya terhibur. "Memangnya ada yang salah?"
"Hah?" Claudya tidak tahu harus berkata apa.
"Kamu sekarang sudah menjadi istriku, jadi kamu bebas untuk menyentuhku."
Namun, tetap saja Claudya merasa sungkan. Dia belum lama mengenal Arjuna, bagaimana mungkin dia berlaku seenaknya seperti tadi.
"Aku seharusnya tidak pantas menjadi istri kamu," ucap Claudya.
Claudya menunduk, pikiran buruk terlintas di benaknya. Beberapa detik kemudian dia memberanikan diri untuk menatap wajah Arjuna.
"Karena aku kamu selalu mendapat kesialan, pertama saat malam itu. Andai aku tidak ada di sana, kamu pasti tidak harus menikahi aku, dan sekarang kamu harus terluka karena menolongku," jelas Claudya.
"Kam-"
"Permisi, ada apa ini?"
Ucapan Arjuna terhenti karena kedatangan security yang diminta untuk datang.
"Bawa dia pergi dari sini," ucap Arjuna datar seraya menunjuk laki-laki tadi yang sudah tidak berdaya.
Meski raut terkejut dan penasaran terlihat di wajah security itu, tetapi dia tetap bungkam, menghargai privasi sang tamu. Dia kemudian menghampiri sosok penuh luka itu, menuntunnya untuk keluar dari sana.
Kini suasana kembali menjadi canggung, sebab hanya ada mereka berdua di sana.
"Apa kamu baik-baik saja? Apa laki-laki tadi menyakitimu?" tanya Arjuna memegang kedua pundak Claudya untuk memastikan tidak ada luka.
Deg.
Claudya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dadanya berdesir hebat karena perlakuan Arjuna.
"A-aku baik," jawab Claudya gugup.
"Sungguh?" Arjuna menatap tidak yakin.
"Aku baik-baik saja. Justru kamu yang tidak baik, luka kamu cukup parah," ucap Claudya khawatir.
"Itu tugas pertamamu sebagai seorang istri, obati lukaku," ucap Arjuna membuat Claudya merasa semakin gugup.