Chereads / Terjerat Pesona CEO / Chapter 10 - Menemui Claudya

Chapter 10 - Menemui Claudya

Ternyata Aira benar-benar nekat mendatangi tempat tinggal Claudya dan Arjuna seperti perkataannya kemarin. Katanya terminal melihat rumah yang sepuluh kali lipat lebih besar dari tempat tinggalnya.

"Ck, mana mungkin kalau dia tidak punya uang sebanyak itu, siapa yang akan percaya kalau rumahnya saja sudah sebesar ini," celetuk Aira sinis.

Tidak dia sangka, anak yang selama ini sering dia manfaatkan berani berbohong dan melawannya. Awas saja, Aira tidak akan memberi ampun kalau Claudya kembali menolak untuk memberikan uang yang dirinya minta.

Dia memasang wajah aku melewati para pendengar yang berjaga di depan rumah.

"Berhenti, tolong tunjukkan kartu identitas Anda." Seorang bonigar menghentikan Aira.

"Untuk apa aku menyerah perlu menyerahkan kartu identitasku? Aku ini adalah ibu dari Claudya, merupakan ibu mertua dari Arjuna. Jadi, menyingkir dari hadapanku!" ketus Aira.

"Mohon maaf, Bu. Tapi anda harus tetap menunjukkan aku identitas anda," ucap bodyguard itu lagi. Dia sudah dibeli perintah oleh Arjuna, bahwa siapapun orang luar yang ingin masuk ke dalam rumah harus menunjukkan kartu identitasnya.

"Aku tidak ada waktu untuk meladenimu. Cepat meninggal sebelum aku semakin emosi!"

"Anda tidak boleh masuk sebelum anda menuruti peraturan di sini. Tunjukkan identitas anda dan setelahnya anda boleh masuk ke dalam rumah."

Catatan Aira berubah tajam. "Berani sekali kamu merasakan seperti itu padaku! Asal kamu tahu, aku bisa mengecek kamu saat ini juga. Jadi jangan macam-macam denganku!"

Aira merasa derajatnya lebih tinggi dari seorang bodyguard. Dia berpikir bahwa semua ada dalam kendalinya sekarang, rencananya dia akan membuat Arjuna memihaknya, sehingga tidak ada siapapun yang berani kepadanya.

"Kalau ibu belum juga ingin menunjukkan kartu identitas, lebih Baik Ibu pergi dari sini sebelum Tuan Arjuna datang dan mengusir anda dengan kasar."

"Heh, mana mungkin Arjuna akan melakukan itu. Dia adalah menantuku!"

Melihat Aira yang masih keras kepala membuat bodyguard itu kesal. Dia mendorong Aira untuk segera pergi dari sana.

Airin diperlakukan seperti itu pun memberontak dan berteriak memaki. Mendengar suara ribut dari luar membuat Claudya yang memang berencana ingin keluar rumah mempercepat langkahnya. Ketika dia melihat sosok yang tidak asing lantas langsung saja dia berlari menghampiri.

"Ibu?" panggil Claudya membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya.

Bodyguard yang tadi mendorong Aira menundukkan kepala sebagai tanda hormat pada Nyonya di rumah itu. Sementara Aira mendengus kesal dan menatap Claudya tajam.

"Ibu tidak mau tahu, kamu harus memecat dia!" Kelahiran nunjuk laki-laki tadi.

Kalau dia tidak mungkin melakukan hal itu, kan kehendaknya untuk memecat para pekerja di rumah ini. "Lebih baik kita masuk, Bu. Kita bicara di dalam."

Lagi-lagi Aira mendengus kesal, tetapi dia tetap mengiyakan ajakan Claudya.

"Wah," seru Aira kesenangan, dia seolah melupakan amarah begitu melihat banyak benda berkilauan. "Rumah sebesar ini dilengkapi barang-barang mewah dan kamu berani berkata bahwa kamu tidak memiliki uang?"

"Tapi ini semua bukan milik aku, Bu."

"Jangan membuat alasan, ucapan berikan uangnya sekarang juga!" paksa Aira.

Namun Claudya tetap tidak mau memberikan sepesial pun uang kepada Aira, bukan maksudnya untuk menjadi pelit kepada sang ibu. Tetapi, uang sebanyak itu tidak mungkin kalau dia berikan, dirinya bahkan belum genap satu minggu menjadi istri Arjuna, Bagaimana mungkin dia menghabiskan uang laki-laki itu. Yang ada Arjuna akan menganggapnya boros dan hanya memanfaatkan kekayaan.

"Aku benar-benar tidak punya uang sebanyak itu, Bu."

Tangan Aira mengepal. "Kamu benar-benar tidak berguna, lalu untuk apa kamu menikah dengannya kalau hidup kita akan tetap sama, serba kekurangan!"

Bibir Claudya kelu untuk menjawab, kemarahan Aira sangat Claudya takuti.

"Dengar, Claudya. Hidup kita dari dulu sudah susah. Menikah dengan laki-laki kaya-raya seperti Arjuna merupakan kesempatan besar bagi kita untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik!"

"Aku menikahi dia bukan karena menginginkan hartanya, Bu. Aku hanya ingin dia bertanggung jawab," ucap Claudya.

Memang awalnya Claudya tidak tahu siapa Arjuna. Di malam kejadian itu, dia terlalu emosi dan takut, makanya dia meminta Arjuna untuk bertanggung jawab. Sampai dia tahu Arjuna merupakan anak orang kaya, Aira yang awalnya marah dan malu, berbalik senang saat mengetahui fakta itu.

Tidak ada niatan Claudya untuk memanfaatkan Arjuna dengan cara kotor seperti yang Ibunya inginkan.

"Bodoh! Kamu memang tidak dapat diandalkan! Bisanya hanya menyusahkan dan merusak nama baik keluarga saja!" maki Aira membuat hati Claudya terasa sakit.

Sementara Aira yang tidak mendapatkan sepeser walaupun langsung pergi dari sana dengan amarah yang memuncak.

-----

Sebenarnya semenjak hari itu Aira tetap tidak menyerah juga, dia meneror Claudya dan mengancam supaya mau memberikan uang yang diinginkan. Claudya takut dengan ancaman Aira, karena ini menyangkut rahasia yang dirinya simpan.

"Arjuna, aku ingin bicara." Meski kamu tapi Claudya membutuhkan pendapat dari Arjuna.

"Ada apa?"

"Kemarin ibu datang ke rumah, Dia meminta uang sebanyak dua ratus juta. Sampai aku tidak mungkin memberikan uang sebanyak itu kepadanya," ucap Claudya. "Dari tadi pagi juga dia terus menelpon dan mengancam akan menyebarkan alasan kita menikah, kalau aku masih belum juga mau memberikan uang itu."

Arjuna mengeraskan rahang mendengar ucapan sang istri. Kenapa wanita itu nekat sekali, bahkan dia hanyalah seorang ibu tiri.

"Jangan terlalu memikirkannya, biarkan dia berusaha melakukan apapun yang dia mau."

"Tapi, bagaimana kalau Ibu benar-benar menyebarkan semuanya?" Laila takut dengan pandangan publik terhadap dirinya dan Arjuna nanti.

"Biarkan itu menjadi urusanku, dia tidak akan berani menyebarkan berita itu," ucap Arjuna menenangkan.

Arjuna berusaha memendam mahabharanya di hadapan Claudya, biar tidak ingin perempuan itu telalu memikirkan masalah yang disebabkan oleh Aira.

"Istirahatlah, aku akan keluar sebentar," ucap Arjuna.

Setelah tiba di luar kamar Arjuna segera memanggil tangan kanannya.

"Apa tugas saya, Tuan?"

"Buat ibu mertuaku kapok supaya berhenti mengganggu istriku. Lakukan apa saja, tapi jangan libatkan Ayah mertuaku," pinta Arjuna.

"Akan saya laksanakan," ucapnya segera pergi dari sana.

Pandangan Arjuna menyorot tajam, dia tidak akan membiarkan siapapun merusak nama baik keluarga Dirgantara.

Sementara itu, seorang perempuan cantik menatap kesal pada beberapa lembar foto yang ada di genggamannya.

"Sialan! Bagaimana bisa perempuan miskin itu membuat Arjuna lebih memilihnya daripada aku yang sempurna ini?"

Harga tidak rela dicampakkan begitu saja hanya demi seorang perempuan yang bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Wajahnya memerah padam, foto-foto tersebut karena cengkramannya.

"Aku tidak akan membiarkan dia bahagia di atas penderitaanku. Arjuna adalah milikku," ucap Agretha lantang. "Kamu bulan main-main denganku, kenapa lihat apa yang akan aku lakukan untuk membuat kamu menderita, Claudya Maheswari!"