Chereads / Terjerat Pesona CEO / Chapter 12 - Perlindungan Arjuna

Chapter 12 - Perlindungan Arjuna

Perlindungan Juna

Sekertaris Arjuna memang bisa di andalkan pria itu benar-benar mengerahkan anak buahnya untuk mencari tahu siapa dalang di balik terluka nya istri dari bosnya.

"Jadi perempuan itu?" tanya Arjuna. Lelaki berpakaian rapi itu menganggukkan kepala sebagai jawaban nya.

"Bawa dia ke hadapan saya." titahnya membuat lelaki itu kembali menganggukkan kepala.

"Baik, bos." jawab nya lalu menunduk hormat.

Arjuna kini berada di ruangan kerja nya di mana tempat lelaki itu bekerja. Juna seorang CEO muda di perusahaan ayahnya seraya menatap layar di depan Juna teringat pada luka lebam di tangan mungil milik Claudya.

"Ah! Sial. Kenapa sulit sekali untuk berkonsentrasi." gumam lelaki itu namun, tak ayal dirinya segera merogoh ponsel dalam saku celana.

Tut..

Tut..

"Bi, apa luka Claudya sudah sembuh?" tanya lelaki itu ketika sambungan telpon tersambung.

"Sedikit lagi tuan. Saya terus mengobatinya." jawab Nina.

"Bagus. Lakukan sampai tidak ada bekas di tangan nya!"

"Baik tuan."

Juna mematikan ponselnya lalu dirinya kembali fokus pada pekerjaan. Pria itu super sibuk karena banyak berkas yang harus dirinya pelajari terlebih dahulu sebelum membubuhkan tanda tangan nya di kertas tersebut.

Sementara Claudya di rumah mewah itu bingung harus melakukan apa. Pekerjaan nya sudah selesai oleh para maid suruhan sang suami.

Bahkan untuk makan saja Claudya sampai di suapi oleh kepala maid membuat dirinya merasa risih.

Tapi, perintah tetap perintah dirinya tidak bisa membantah terlebih karena punggung tangan nya tengah terluka.

Clau masih penasaran dengan sosok perempuan yang dirinya bilang jika ia telah merebut hak nya.

Sampai dia berpikir mungkinkah Juna alasan nya?

"Bi boleh aku bertanya?" tanya nya hati-hati.

"Tentu boleh nyonya." jawab maid itu yang tengah menyuapi sang nyonya.

"Apa Juna sebelum nya mempunyai kekasih atau mantan misalnya?"

"Saya kurang tau nyoya. Lagi pula saya juga baru bekerja dengan tuan Arjuna." jawab sang maid.

Memang mereka baru di rumah Arjuna. Namun, mereka tidak baru pertama kali nya bekerja dengan keluarga Dirgantara.

Sedikit banyak nya lelaki itu mengambil pekerja art di rumah kedua orang tuanya.

Claudya pun menganggukkan kepala tersenyum pada sang maid. Dia tidak tahu harus mencari informasi kemana lagi tentang perempuan yang sudah melukai nya.

Beberapa suapan sudah masuk ke dalam perut Claudya lalu perempuan itu meminta maid untuk membuatkan jus saja.

"Bi, aku kenyang. Boleh minta jus jeruk aja?"

Maid itu menganggukkan kepala lalu akan membuatkan jus jeruk tersebut untuk nyonya muda nya.

***

"Sakit, Jun!" teriak Agretha dalam ruangan yang tertutup serba hitam itu.

"Ini tidak sesakit yang di rasakan Claudya, Agretha!" Juna mencengkram kedua pipi perempuan itu hingga beberapa kali gadis itu mengaduh kesakitan.

"Peduli apa Lo sama dia, Jun. Apa kamu sudah mulai mencintainya?" Agretha berusaha untuk mengungkapkan pertanyaan nya.

Meskipun wajahnya tengah di sakiti oleh orang yang dirinya cintai namun, perempuan itu tidak akan pernah menyerah untuk kembali menyakiti Claudya.

Juna tidak menjawab hanya saja lelaki itu membuang muka. Tapi, dapat Agretha rasakan jika dia tengah merasakan perasaan jatuh cinta terhadap wanita itu.

"Lapas Jun, sakit!" Agreta kembali merengek. Dia tidak menyangka jika Arjuna bisa menyakitinya.

Mencengkram wajahnya sekuat tenaga dirinya.

Namun, Juna pun merasa kasian karena air mata sudah luluh lantah di hadapan nya lelaki itu memang tidak bisa melihat perempuan menangis.

"Kamu jahat Jun. Aku tidak akan pernah membiarkan hidup kamu bahagia bersama wanita itu! Dengar itu Juna!"

Agretha kembali mengancam Arjuna kemudian dirinya melangkah pergi keluar ruangan. Ia sudah habis-habisan dandan secantik mungkin dirinya berpikir jika ini adalah momen penting untuk dia dan Arjuna nya.

Tak pernah Agretha berpikir jika lelaki itu dapat menyakitinya.

Sepanjang dalam perjalanan pulang ke rumah nya Agretha menangis dan perempuan itu justru mengadu pada kedua orang tuanya.

Dengan dia melebih-lebihkan cerita dari yang sebenarnya. Membuat Adam semakin dendam pada Dirgantara ayah dari mantan calon tunangan putrinya.

"Rupanya mereka main-main sama keluarga kita. Lihat saja apa yang akan saya lakukan terhadapmu Dirgantara!" janji Adam pada dirinya sendiri.

Lelaki paruh baya itu begitu emosi ketika mendapat kabar dari putrinya jika dirinya di sakiti oleh Arjuna karena kesalahan sepele.

Agretha tersenyum puas ketika sambungan telpon itu terputus dan dia yakin jika Ayah nya tidak akan pernah tinggal diam jika putrinya di sakiti oleh siapapun.

***

"Enak banget ya kamu di sini. Kerjaan nya hanya diam duduk manis. Apa kamu tidak malu kamu hanya menumpang hidup dengan putra saya!" hardik Arabel tiba-tiba sudah berada di samping sofa.

Claudya ketiduran di tempat itu ia yang memang tidak boleh melakukan aktivitas sehingga merasa bosan dan tak sengaja tertidur di sana.

Kaget dengan suara teriakan membuat Claudya segera bangun mengangkat kepalanya menatap sang Ibu mertua.

"Mama, kapan datang? Maaf aku ketiduran." ujar Claudya berusaha ramah.

Perempuan itu akan menyalami wanita paruh baya di depan nya. Tapi, Arabel menolak untuk di sentuh menantunya tersebut.

"Enak saja kamu minta maaf! Cepat bersihkan tangga. Jangan pakai pel elektrik tapi kamu harus manual mengerjakan nya." titah Arabel.

Perempuan tersebut hanya bisa menganggukkan kepala lalu dengan segera menuju kamar mandi untuk mengambil lap dan juga ember kecil untuk sabun pel.

Arabel memperhatikan dengan seksama bagaimana perempuan itu bekerja. Senyum puas dalam hatinya melengkung dengan sempurna berhasil telah mengerjai menantunya itu.

Ia akan turun melewati tangga dengan sengaja menendang ember kecil berisi air tersebut.

"Gimana sih. Bisa ngepel gak?! Itu ember jatuh. Apa kamu sengaja ingin mencelakai saya!" hardik Arabel membuat ulu hati Claudya semakin sakit.

Ia tidak menyangka Ibu mertua nya sama saja dengan Ibu tiri yang ada di rumah nya. Para maid di rumah besar itu tidak berani untuk melawan apalagi melaporkan kejadian yang mereka lihat terhadap tuan nya.

Bisa-bisa mereka di pecat karena hal tersebut.

Claudya pun akan mengambil ember tersebut namun justru dirinya yang terpeleset hingga terguling jatuh ke dasar tangga membuat Arabel terkekeh menyaksikan hal tersebut.

"Dasar Ibu mertua tidak punya hati. Kasian nyonya Clau dia sangat baik." maid itu saling berbisik satu sama lain melihat kejahatan Ibu dari tuan nya.

"Aw!" pekik Claudya kesakitan.

"Bibi. Tolong dong itu tangga nya di lap ulang saya mau turun!" titah Arabel pada pembantu di rumah putra nya.

Segera maid itu membersihkan ulah wanita itu hingga membuat nyonya di rumah terluka.

"Baru segitu saja sudah jatuh! Kamu itu niat gak jadi istri putra saya." ujar Arabell terhadap Claudya.

Perempuan muda itu tengah kesakitan tapi wanita paruh baya tersebut masih saja menyuruhnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Kepala Claudya saja terluka dengan sedikit berdarah di sana. Namun, Arabel tidak peduli dan dia menyuruh perempuan itu untuk melanjutkan mengepel lantai tersebut.

Claudya merasa dia sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang berdenyut di kepala nya. Perempuan itu kelimpungan ketika memasukkan kain lap ke dalam Ember yang sudah terisi kembali dengan air sabun.

Claudya pun tak sadarkan diri membuat semua maid yang melihat ingin menolong nya tapi takut dengan nyonya besar nya itu.

"Clau!"