Chereads / Terjerat Pesona CEO / Chapter 8 - Mencari Claudya

Chapter 8 - Mencari Claudya

"Jadwal hari tidak terlalu padat, Anda hanya punya meeting dengan salah satu perwakilan dari Fergomon Company's. Selain itu, hanya ada beberapa berkas yang perlu ditandatangani. Menurut perjanjian, perwakilan dari Fergomon Company's akan tiba dalam tiga puluh menit lagi."

Mendengar penjelasan sekretarisnya, Arjuna hanya mengangguk singkat. Syukurlah kalau hari ini tidak terlalu menguras tenaga. Walaupun dia gila kerja, tetapi untuk sesekali Arjuna ingin mengistirahatkan diri.

"Baiklah, kamu siapkan semuanya untuk menyambut kedatangan mereka. Saya tidak mau ada sedikit saja kesalahan," ucap Arjuna karena Fergomon Company's merupakan perusahaan yang cukup terpandang dan tidak bisa diremehkan.

"Tentu, saya akan melakukan yang terbaik untuk membuat citra perusahaan menjadi baik di mata mereka," sahut Ben yakin.

Arjuna hanya membalas dengan deheman. "Lanjutkan kerjamu."

Ben yang baru saja ingin berbalik dan pergi, kembali memutar tubuhnya menatap sang bos. "Oh, Iya. Saya lupa, selamat atas pernikahan Anda. Semoga pernikahan Anda dan istri Anda langgeng dan bahagia selalu."

Deg!

"Istri?"

Sial! Bagaimana Arjuna bisa lupa kalau Claudya masih berada di hotel. Kemarin dia berkata akan datang pagi-pagi untuk menjemputnya dan sekarang matahari sudah terik.

Pandangan Arjuna beralih pada jam yang melekat di tangannya. Sial, sial, sial! Sekarang bahkan merupakan waktu untuk makan siang. Apakah Claudya masih menunggu dirinya?

"Ben, jemput istri saya di hotel Grand Local," pinta Arjuna berusaha untuk tenang. Namun, sepertinya cukup susah untuk Arjuna mengatur ekspresi wajahnya, entah kenapa semua hal yang berhubungan dengan Claudya membuat Arjuna menjadi sosok yang berbeda.

Ben merupakan sekretaris Arjuna, sudah bekerja cukup lama hanya mengangguk patuh. Raut wajah Arjuna terlihat jelas sedang panik, Ben tahu dalam situasi ini dia tidak boleh serampangan ataupun bertanya, lebih baik menuruti perintah Arjuna jika tidak ingin mendapatkan masalah.

"Baik, Pak."

Kemudian Ben pamit undur diri, menyisakan Arjuna yang merasa bersalah karena melupakan Claudya. Hatinya tidak tenang, dia spontan bangkit dari tempat duduknya dan melangkah dengan terburu-buru.

"Ben!" panggilannya pada sang sekretaris yang keberadaannya belum jauh.

Ben menoleh, berbalik arah untuk menghampiri Arjuna. "Ada lagi yang bisa saya lakukan, Pak?"

"Saya ikut," ucap Arjuna.

"Tapi, bagaimana dengan meeting Anda? Sebentar lagi mungkin mereka akan datang," ucap Ben membuat Arjuna kembali dilanda rasa bimbang.

Arjuna bukan orang yang dengan mudah meninggalkan pekerjaan, tetapi sekarang keberadaan istrinya itu lebih penting.

"Kita undur saja jadwal meetingnya."

Ben termangu, menatap Arjuna heran. Selama dia mengenal Arjuna, baru kali ini Arjuna mau meninggalkan pekerjaannya. Namun, jika mengingat bahwa hal ini bersangkutan dengan istri dari bosnya membuat Ben berusaha untuk maklum.

Baru saja Arjuna berucap, beberapa orang asing melangkah ke arah mereka. Salah satu dari mereka Arjuna kenal, meski tidak pernah bersua secara langsung.

"Selamat siang Tuan Arjuna. Perkenalkan saya Abram, perwakilan dari Fergomon Company's. Saya diutus ke sini untuk membahas proyek kerjasama kita lebih lanjut," ucap Abram ramah.

Arjuna menampilkan senyum paksa. Mengesalkan memang, karena mereka datang di waktu yang tidak tepat, tetapi Arjuna berusaha untuk profesional.

"Selamat siang juga, Tuan Abram. Senang berjumpa dengan Anda." Pandangan Arjuna tertuju pada Ben. "Kamu pergilah sendiri, infokan kepadaku secepatnya."

Ben lagi-lagi hanya mengiyakan perintah bosnya. Dia secepatnya pergi dari sana, karena sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada istri dari bosnya tersebut.

"Ayo silakan, Pak Abram. Kita ke ruang meeting," ajak Arjuna menuntun mereka ke tempat yang telah disediakan.

Abram dan para stafnya mengikuti Arjuna. Mereka sedikit berbincang santai selama perjalanan ke ruang meeting yang cukup membutuhkan waktu. Karena kantor Arjuna cukup besar, bisa jadi setiap ruangan ada yang berjauhan.

Selama meeting berlangsung, Arjuna berusaha bersikap profesional, meski pikirannya kini hanya tertuju kepada Claudya. Jangan sampai terjadi hal buruk kepada perempuan itu, karena Arjuna tidak ingin membayangkan kalau semua terjadi karena dirinya.

Waktu terus berlalu, dan tidak terasa sudah berjalan satu jam. Syukur meeting berakhir dengan cepat.

"Terima kasih, Tuan Arjuna. Saya yang proyek kita akan berjalan sukses."

Arjuna mengangguk yakin. "Tentu, karena ide dari proyek ini cukup brilian. Akan sangat sia-sia kalau kita tidak memanfaatkan."

Abram tertawa. "Anda benar. Saya dengar Anda baru melangsungkan pernikahan?"

"Ah ...." Arjuna tertawa canggung. "Itu benar."

"Banyak berita beredar kalau perempuan yang Anda nikahi bukan dari keluarga terpandang. Apa itu benar?"

"Itu juga benar. Walaupun istri saya bukan dari keluarga terpandang, tetapi saya sangat yakin dia merupakan perempuan terbaik yang saya pilih," ucap Arjuna dengan suara yang sedikit menekan di tiap kata.

Dan sepertinya Abram menyadari kalau rekannya ini mulai memancarkan aura kegelapan. Dia sudah pernah mendengar berita kebrutalan Arjuna ketika marah dan dia tidak ingin merasakannya.

Setelah itu Abram dan beberapa perwakilan Fergomon Company's pamit untuk kembali ke kantor mereka, mereka tidak mau membuat masalah dengan Arjuna.

Langsung setelah itu Arjuna menghubungi Ben. Tidak butuh satu detik untuk membuat Ben mengangkat telepon darinya.

"Halo, Ben. Bagaimana?"

[Maaf, Pak. Istri Anda sudah keluar dari hotel beberapa jam yang lalu. Sekarang saya sedang berusaha mencari keberadaannya.]

Arjuna mendesis. "Perintahkan yang lain untuk ikut mencari. Cepat temukan istri saya."

[Baik, Pak. Akan saya usahakan.]

Setelah panggilan berakhir, Arjuna langsung keluar dari kantor untuk ikut mencari. Dia tidak bisa berdiam diri sementara dirinya tidak tahu keberadaan sang istri.

Baru semalam Arjuna berjanji untuk menerima pernikahan ini dengan lapang dada, tetapi belum menempuh waktu satu minggu, Arjuna sudah membuat kesalahan yang fatal.

"Bodoh, Arjuna!" umpatnya pada diri sendiri.

Arjuna semakin khawatir mengingat semalam Claudya hampir saja dinodai oleh laki-laki yang tidak dikenal. Bagaimana jika laki-laki itu datang saat dirinya tidak ada? Atau mungkin laki-laki lain yang memiliki niat yang sama.

Dering ponsel menyadarkan Arjuna dari segala macam pikiran buruknya. Mengetahui itu telepon dari Ben membuat Arjuna tanpa ragu untuk mengangkatnya.

[Pak, ada salah satu bodyguard menemukan keberadaan istri Anda di sebuah kafe.]

Menemukan titik terang membuat Arjuna bisa sedikit bernafas lega. "Di kafe mana? Kirimkan lokasinya."

Setelah mendapatkan lokasi yang dimaksud, Arjuna melajukan kendaraannya mengikuti GPS. Arjuna mempercepat laju mobilnya karena tidak sabar untuk menemui Claudya.

Saat tiba di sebuah kafe yang tidak terlalu besar, Arjuna keluar dari dalam mobil. Kemunculan sosok Arjuna yang tampan dengan membawa kendaraan mahal membuat banyak pasang mata menatap ke arahnya.

Arjuna tidak terlalu peduli pada mereka, dia menatap orang-orang dengan teliti. Di sudut kafe ada Claudya yang duduk sendirian tanpa memesan apapun. Sontak Arjuna mendekat dan menepuk pundaknya.

"Kamu," ucap Claudya menatap kesal. Bagaimana tidak kesal kalau dia harus menunggu selama itu.

Arjuna duduk di kursi kosong. "Jangan pernah pergi sendirian tanpa aku di sampingmu."