Hari libur digunakan Kayla untuk membersihkan rumah, mencuci semua pakaian yang menumpuk selama seminggu. Biasanya Iyan tak pernah bekerja dihari sabtu dan minggu, suaminya itu selalu meluangkan waktu berdua dengannya. Tapi kini terhitung sejak suaminya berusia 23 tahun 2 bulan, Iyan dua bulan berlalu, suaminya tak lagi betah di rumah. Pergi pagi pulang malam, sabtu dan minggu pun tak ada di rumah. Selalu saja alasannya pekerjaan yang mengharuskannya begitu.
"Sayang, aku ingin kita beli mobil agar saat pergi kerja tak kehujanan, jadi aku harus kerja ekstra. Tolong mengertilah" Alasan yang dilontarkan Iyan dibarengi dengan kecupan-kecupan mesra.
Jika sudah begitu Kayla hanya bisa mengangguk dan menuruti semua kemauan suaminya. Pagi-pagi sekali suaminya sudah berdandan necis, kemeja biru kotak-kotak dipadukan dengan celana jeans biru. Tak lupa membawa kamera di bahu, mengecup isteri sesaat lalu keluar dengan mengendari motor maticnya.
Kayla hanya tersenyum melambaikan tangan dan teriring doa semoga Tuhan melindungi suaminya dimanapun berada. Kemudian Kayla mengangkat cucian yang menumpuk, menuju belakang rumah. Untunglah dia sudah membeli mesin cuci sehingga tidak terlalu merepotkan jika pakaian kotor menumpuk. Yang melelahkan ketika pakaian yang sudah dicuci harus disetrika dengan rapi.
Setelah cuciannya selesai, kini saatnya Kayla menjemur pakaian. Agar pakaian cepat kering, Kayla mengangkat tempat jemurannya ke halaman samping, mumpung matahari sedang teriknya.
Sedang asyik-asyiknya menjemur tiba-tiba Kayla mendengar suara tetangga dan motor yang berhenti mendadak.
"Eh..stop..stop..., nih !" Tetangga Kayla yang bernama Endang menyodorkan lembaran sepuluh ribuan untuk membayar ojek.
Kayla hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Rumah Endang masih sekitar 10 rumah dari rumah Kayla, namun dia sudah minta berhenti di depan rumah Kayla.
"Hai, Kayla, itu kamu kan ?" Endang membuka pintu pagarnya dan menghampiri Kayla yang sedang menjemur pakaian.
Tepat jemuran terakhir, Endang sudah berdiri disampingnya. Ditatapnya Endang dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Tumben mampir, darimana ?"
"Nah ini dia, yang kulihat tadi bersama suamimu siapa ya ?"
Serrr...! Jantung Kayla berdegup kencang. Duh, siapa yang tak tahu biang gosip dikompleks ini. Satu kata bisa jadi sepuluh kata jika berurusan dengan ibu yang satu ini.
"Ibu Endang dari mana saja ?" Kayla mencoba menahan gejolak yang hendak meledak dalam dada dengan tetap bersikap tenang.
"Aku tadi habis ngantar anakku ikut rombongan sekolahnya ke pantai Jawara, ajak aku masuk ke rumahmu dong, masa berdiri terus disini, panas tau !"
Kayla gelagapan, akhirnya dia mempersilahkan Endang masuk ke rumahnya. Lalu tak lupa mengambil air mineral botol mini dan menaruhnya di meja.
"Silahkan diminum bu, maaf, gak ada temannya, cuman air putih doang"
Endang meraih botol itu lalu membuka penutupnya dan menggak air itu sekali teguk sampai habis.
"Haus..hehehe !"
Kayla hanya tersenyum melihat ulah tetangganya. Dia lalu menyetel televisi, menghalau rasa penasarannya dengan pernyataan tetangganya tadi.
"Tadi aku nggak sengaja melihat suamimu jalan bersama seorang gadis cantik, kulitnya tidak terlalu putih, gaya rambutnya seperti gaya rambutmu kalau ke kantor"
"Mungkin ibu Endang salah lihat"
"Aduh, salah bagaimana ? suamimu pakai kemeja biru kotak-kotak dan celana jeans senada, benar kan ?"
Kayla tak membenarkan pernyataan Endang dan memilih memalingkan tatapannya ke layar Televisi yang memberitakan tentang bubarnya hubungan selebriti tanah air akibat perselingkuhan.
"AKu minta maaf padamu Kayla"
Kayla menatap Endang penuh tanya.
"Aku berpikir jika kau itu sombong, sampai suamiku memarahiku. Dikompleks ini kami tahu jika kau itu wanita yang sangat ramah, suka membantu orang tapi sejak beberapa minggu yang lalu aku heran kenapa setiap kali bertemu denganmu saat bergandengan tangan dengan suamimu kau memilih menunduk ketika aku menegurmu, begitu juga ketika berpapasan di mall kau langsung membuang muka"
Mendengar penuturan Endang kening Kayla mengernyit, sejak kapan dia brtemu dengan tetangganya ini ?
"Ternyata suamiku benar, aku salah orang. Ternyata yang sering berpapasan denganku itu wanita lain bukan dirimu. Buktinya sekarang aku melihatmu menjemur pakaian, padahal tadi aku pikir yang di pantai itu adalah dirimu"
Walau menahan gemuruh di dada, Kayla harus tetap berusaha menjaga martabat suami.
"Yang ibu lihat itu mungkin orang yang ingin minta di photo, maklum bu suamiku photografer"
"Jadi wanita jangan terlalu polos, mana ada pelanggan photo yang terus-terusan bersama begitu, bukan hanya sekali aku melihatnya lho". Endang mendekati Kayla dan duduk disampingnya. "Sekarang ini banyak pelakor berkeliaran diluar sana, jangan sampai nasibmu sam dengan Tuti, tetangga samping rumahku, dia sekarang kan janda ditinggal suami karena orang ketiga" Endang menepuk-nepuk punggung tangan Kayla.
Penjelasan singkat Endang membuat hati Kayla berdesir bagaikan tersayat-sayat. Apalagi akhir-akhir ini Kayla sudah mulai merasakan perubahan Iyan.
Endang melihat perubahan wajah Kayla, lalu mohon pamit dengan meninggalkan kalimat yang membuat Kayla tergugu. "Aku pulang dulu ya ? maaf bukan maksudku melukai perasaanmu, tapi karena aku tahu dikompleks ini kau wanita yang baik, berusahalah untuk segera punya anak agar suamimu tak mencari diluar sana"
Kayla hanya melempar senyum tipisnya sampai tak dilihatnya bayangan tetangganya itu. Dengan gemetar dia mematikan televisi, lalu mencari handphonenya. Dalam keadaan seperti ini siapa lagi teman curhatnya jika bukan Bela.
Ketika teleponnya tersambung, "Halo Bela, kamu dimana ?"
"Iya Kay ada apa ?"
"Bisa temani aku kedukun beranak yang pernah kau ceritakan itu gak ?"
"Besok aja ya Kay, boleh kan ? soalnya aku lagi ada acara keluarga nih"
"Oke deh, aku tunggu ya ?"
Kayla menutup teleponnya. Kata orang anak bisa menjadi penghubung kedua orang tuanya. bahkan ada yang hendak bercerai tapi gagal karena pertimbangan anak. Mungkin ini satu-satunya cara yang harus dilakukan Kayla untuk memiliki anak.
Dari balik jendela kamar, Kayla menatap teriknya mentari diluar sana, sedang apa suaminya sekarang ? Teringat kembali apa yang dikatakan tetangga soal suaminya, siapa wanita yang bersama Iyan ? apa dia harus menghubunginya ?
"Abang dimana ?" Tak kuat rasanya Kayla jika tak mencari tahu.
"Lagi ditempat pemotretan" Itu bunyi balasan pesan Iyan.
"Bisa abang kirimkan foto abang dilokasi itu ?" Gemuruh didadanya membuatnya ingin tahu dimana aktivitas suaminya siang ini.
Terdapat dua centang biru, artinya pesannya sudah dibaca, lima menit kemudian sebuah notifikasi masuk. Foto suaminya sedang berada di tepi pantai dengan gaya selfi dan kedua jari menempel dibibir tanda memberinya kecupan.
Foto ini seakan membenarkan pernyataan tetangga tapi bukan berarti membenarkan adanya pihak ketiga. Sedikit lega melihat kiriman foto suami, akhirnya Kayla hanya membalasnya dengan emotion love yang banyak. Sedikit berbunga ketika mendapat tanggapan suami dengan mengirimkan pesan balasan.
"Mmmuuuaccchhh, aku mencintaimu sayang, siap-siap ya ? jangan lupa luluran, sore nanti kita siap tempur"
Kayla berbunga-bunga, cerita tetangga seketika hilang dari ingatannya.