Chereads / Menang Telak / Chapter 14 - Mobil baru

Chapter 14 - Mobil baru

Setelah memastikan semua persiapan kegiatan berjalan sebagaimana mestinya, Kayla meminta izin pada Gaply untuk kembali ke kota T.

"Baiklah, tapi saat pembukaan kau harus hadir"Gaply mengizinkan Kayla pergi, toh semua persiapan sudah sembilan puluh sembilan persen. Besok akan dilakukan Glady bersih, tanpa Kayla juga kegiatan tetap akan berlangsung.

Kayla mengabari suaminya jika siang nanti dia sudah tiba di rumah. Iyan mengatakan akan menunggunya dan akan menunjukan sesuatu yang indah pada isterinya itu, tentu saja Kayla penasarn, kira-kira Iyan akan menunjukan apa padanya.

Sebuah mobil honda jazz keluaran terbaru berwarna putih terparkir dihalaman rumahnya, Kayla bertanya-tanya dalam hati. Ini mobil siapa ? diteras rumah terdapat sandal pria. Kayla tahu itu bukan sandal suaminya.

Kayla mengucapkan salam, terdengarlah jawaban dari dalam. nampaklah olehnya Iyan sedang duduk dengan seorang pemuda, jika dari pakaiannya Kayla bisa menebak jika pemuda itu dari dealer Honda.

Kayla menyeret kopernya, dengan sopan meminta permisi kepada mereka yang duduk Kayla masuk ke dalam kamar. Karena gerah Kayla memilih mandi dan setelah menyelesaikan semua rutinitas mandinya Kayla membuka lemari dan mengambil daster kesukaannya, karena ada tamu Kayla memilih daster yang tertutup sampai ke bawah lutut.

Dia lalu keluar dan duduk bersama suaminya. Matanya sempat melihat beberapa dokumen di atas meja.

"Ini sayang, mobil honda jazz yang diluar itu DPnya hanya 50 juta" Iyan memberitahunya sambil memeluk pinggangnya.

"Murah ya, tapi pasti cicilannya besar" Mata Kayla tak lepas dari dokumen yang pelan-pelan dibukanya.

"Iya bu, untuk jangka waktu lima tahun setoran perbulannya 7 jutaan"

Kata-kata pemuda itu membuat kepala Kayla berdenyut. Untuk setoran rumah saja dia harus pontang panting mencari biaya tambahan, karena gajinya sudah dipotong untuk biaya rumah sehingga dia mencari biaya tambahan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Tapi jika ibu bisa memberikan DP 100 jt, setorannya akan semakin ringan"

Kayla menelan ludah dengan susah payah. Iyan mengambil tindakan tanpa sepengetahuannya, ujung-ujungnya dia lagi yang harus menutupi cicilan setiap bulannya. Suami kalau seperti ini secara tidak langsung memaksa isterinya untuk mencuri. Kayla bergidik ngeri ketika membayangkan dia harus berurusan dengan Badan Pemeriksa Keuangan karena dia dipercayakan sebagai bendahara.

"Gimana sayang, mobilnya sudah diantar tuh, kau hanya tinggal menandatanganinya. Abang sudah menyetorkan DPnya, ingat kalau hujan kita terkadang sering memesan grab" Bujuk Iyan dan tanpa malu malu mencium tengkuknya di depan pemuda itu.

Dengan berat hati Kayla menganggukan kepalanya, rupanya ini kejutan yang indah yang menurut Iyan akan ditunjukkan padanya. Kayla menyesal kembali sekarang, coba saja dia kembali setelah pelaksanaan kegiatan Popda selesai.

Kayla menandatangani semua dokumen itu, jadilah sore ini serah terima kunci mobil. Kebahagiaan Iyan adalah kesengsaraan Kayla. Pikiran Kayla sedang mengembara entah kemana, belum lagi adik iparnya yang perempuan katanya akan kuliah kedokteran setelah menganggur selama setahun karena tahun lalu dia tak lulus SMPTN.

Dada Kayla berdenyut nyeri, seluruh tulang-tulangnya seakan tidak tersambung. Suaminya sedang asyik mencoba mobil barunya di jalan raya. Andai saja suaminya memberinya uang untuk kebutuhan sehari-hari Kayla tidak akan sesusah ini.

Kayla memang punya bisnis kecil-kecilan, karena dia tahu gajinya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari akhirnya Kayla menjalankan bisnis pakaian yang dikirimkannya ke kabupaten kota. Alhamdulillah dari penjualannya itu dia bisa menutupi semua kebutuhan, bahkan dia sedikit demi sedikit bisa menyisihkan uang di bank. Kayla berpikir jika kelak dia akan dikaruniai anak setidaknya dia punya simpanan.

Telepon berdering dari sahabatnya Bela.

"Hallo Kay, kau sudah pulang ?"

"Iya, tau dari mana aku pulang ?" tanya Kayla asal, pikirannya saat ini sedang kalut.

"Aku lihat storymu beberapa jam yang lalu"

"Hehehe..iya, aku baru tiba, capek mau meluruskan punggung dulu" Kayla cengengesan. Dia ingat jika kepulangannya di taruhnya di story watshapp.

"Minta dipijitin suami, biar capeknya hilang"

"Yang ada malah nambahin capeknya..hehe" Kayla membaringkan tubuhnya di kasur.

"Sore-sore dah mesum" Terdengar tawa Bela dari ujung telepon. "Udah dulu ya Kay, selamat beristirahat" Bela menutup panggilan teleponnya.

Baru saja hendak memejamkan mata, terdengarlah suara mertuanya yang mengucapkan salam. Sontak saja dia melompat dari tempat tidur dan keluar menyambut mertuanya, tak lupa pula diciumnya punggung tangan kedua mertuanya itu.

"Mana suamimu ? bukankah ini hari libur ?"

Belum juga Kayla menjawab pertanyaan ibu mertuanya terdengarlah bunyi klakson mobil yang diparkir di halaman rumah.

Ayah mertua melongokkan kepalanya. "Itu Iyan datang"

Iyan mengucapkan salam dan mencium tangan ayah ibunya. "Sudah lama ma, pa ?" Tanyanya dan langsung duduk di samping ibunya.

"Baru saja, itu mobil barumu ?" Tanya Zulkifli ayahnya.

"Iya pa, kredit. Sekarang lagi musim hujan, tanggung kalau gak beli mobil" Jawab Iyan.

"Ya sudah kalau kalian punya uang tidak apa-apa, mobil juga termasuk kebutuhan. Hanya saja mama dan papa kesini mau memberitahu kalian jika Nadia sudah lulus di Fakultas Kedokteran"

Kayla mendongak mendengar kalimat yang diucapkan ibu mertuanya. Ujung-ujungnya pasti biaya masuk kedokteran. Kayla melirik suaminya, Iyan hanya diam tak bergeming. Dulu ketika Nathan masuk perguruan tinggi, mertuanya menyampaikan hal itu dan Kayla yang membayar biayanya. Untunglah biaya Fakultas Teknik Informatika tidak semahal kedokteran.

"Papa sudah mengajukan pinjaman di bank untuk biaya masuknya, jadi kalian tidak usah pusing dengan hal itu, tetapi papa dan mama mau kalian membantu untuk biaya setiap semesternya"

Kayla menelan ludah, mobil baru mahasiswa baru semuanya serba baru. Iyan seakan menyerahkan semua beban padanya. Kayla mulai berpikir penghasilan Iyan kemana saja ? dia ingin menanyakan pada ibu mertuanya apakah Iyan sering memberikan uang bulanan pada ibunya, namun takut mereka tersinggung. Akhirnya dengan berat hati dia berkata.

"Insha Allah jika Tuhan memberi kami rezeki, kami akan membantu membayar biaya kuliah Nadia"

Terlihat helaan nafas lega Iyan, berarti dari tadi dia diam hanya menunggu kata-kata keluar dari mulut isterinya. Badan Kayla terasa remuk, hari ini kepulangannya disambut dengan hal-hal baru. Jika bukan karena kerinduannya pada belaian suami, dia tak mungkin pulang. Kini kerinduannya hilang entah kemana.

Ketika kedua orang tuanya pulang, Kayla masuk kedalam kamar, tak lupa dia berwudhu. Dia sadar jika selama ini dia sudah jauh dari Allah, mendekatkan diri pada yang kuasa adalah pilihan yang terbaik.

Ketika selesai melaksanakan sholat Isya, Kayla pura-pura tidur, dia lelah, saat ini dia tak ingin dipeluk atau dibelai. Bahkan ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit suami, dia malah bergidik ngeri. Dia tak lagi mendambakan sentuhan, saat ini yang dia dambakan adalah uang. Bagaimana dia memperoleh uang untuk menutupi semua kebutuhan sehari-hari, bagaimana dia bisa membayar cicilan mobil dan bagaimana dia bisa membayar uang semester adik iparnya. Malam ini dia benar-benar mengharapkan petunjuk dari Tuhan untuk nasibnya di kemudian hari.