Chereads / Menang Telak / Chapter 16 - Kemarahan Ayah Mertua

Chapter 16 - Kemarahan Ayah Mertua

Saat Kayla keluar dari ruang praktek dokter kandungan, Iyan sudah duduk diluar menunggunya.

"Maaf, aku pikir kau pasien yang kelima, tapi ternyata kau sudah dipanggil lebih dulu" Iyan menggandeng tangannya.

Dokter Kenan melihatnya dari balik kaca ruangannya. Akan kelihatan orang-orang yang berada dilluar ruangan, namun yang diluar tak bisa melihat ke dalam.

"Tampan juga suaminya" Gumam dokter Kenan.

"Ntar dulu bang, aku harus mengambil resep"

Kayla menuju ke apotik yang tak jauh dari ruang praktek, Iyan tetap tak melepaskan tangannya. Dia seakan menunjukkan pada semua orang jika dirinya adalah suami siaga, siap antar jaga.

Saat semuanya selesai, keduanya segera pulang ke rumah, sepanjang jalan Iyan menanyakan proses pertemuannya dengan dokter kandungan dan Kayla menjawab apa adanya. Kayla berharap ketika dia membubuhi ceritanya, Iyan akan merasa cemburu, tapi nyatanya, suaminya menanggapi ceritanya biasa-biasa saja. Begitulah cara dokter kandungan memperlakukan pasiennya. Kata suaminya yang membuat Kayla diam dan memilih menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.

Sesampainya di rumah, ternyata ayah mertua sudah menunggu kedatangan mereka di teras rumah.

Dari wajahnya terlihat jika keadaan akan tidak baik-baik saja, namun begitu, Kayla tetap menyapa ayah mertuanya dengan ramah.

Dia mempersilahkan ayah mertuanya masuk ke dalam rumah disusul Iyan yang sudah selesai memarkirkan mobilnya di dalam garasi.

Kayla membuatkan teh untuk ayah mertuanya yang kini ditemani Iyan duduk di ruang tamu.

"Bapak, mari diminum tehnya"

Jika Iyan memanggil ayah dan ibunya dengan sebutan papa dan mama maka Kayla terbiasa memanggil ayah mertuanya dengan sebutan bapak, dan ibu mertuanya dipanggil ibu olehnya.

"Kalian dari mana ?"

Kayla melirik suaminya sesaat, namun karena melihat suaminya hanya diam saja akhirnya dia yang menjawabnya.

"Tadi kami ke rumah sakit permata bunda"

"Apakah Iyan menemanimu ?"

Pertanyaan ayah mertua membuat kening Kayla mengernyit. "Iya" jawabnya singkat.

"Lalu yang aku lihat sedang berdua dengan seorang wanita di Apotik Kimia Farma siapa ?"

Bugh...! Jantung Iyan seakan hendak copot. Ternyata ayahnya melihat jika dia sedang menemani sang kekasih di apotik.

Kayla semakin terheran-heran, dia benar menebus obat di apotik tapi bukan apotik yang disebutkan ayah mertuanya.

"Bapak mungkin salah lihat, tadi aku dan Iyan mengambil obat diapotik tapi itu di apotik rumah sakit"

"Berhenti menutupi kesalahan suamimu Kayla, apa kau tahu apa yang dilakukan suamimu di luar sana ?"

Kini Kayla menatap Iyan tak berkedip, dia butuh penjelasan, Iyan meninggalkannya di rumah sakit, katanya bertemu seseorang untuk urusan proposal, apakah orang itu yang dimaksud ayah mertuanya ?

Iyan salah tingkah namun dia tak bisa berkata apa-apa, kemarahan ayahnya lebih ditakutkan dibanding kemarahan Kayla. Isterinya itu akan memaafkannya ketika dia mulai menggerayanginya, itulah kelemahan isterinya itu. Namun ayahnya, mantan anggota TNI tak bisa sama sekali di bohongi.

"Katakan apa yang kau lakukan Iyan ?" Kali ini suara ayah mertuanya semakin meninggi.

Iyan melirik Kayla yang matanya semakin membelalak tak percaya. Kemudian dia menatap ayahnya dengan perasaan takut yang mendalam.

"Dia isteri temanku, tadi suaminya sedang di dalam bersama dokter dan aku berdiri menunggunya"

Hanya alasan itu yang dia berikan, ia tau ayahnya tak mungkin percaya, tapi dengan begitu setidaknya Kayla akan bisa memakluminya.

"Kau tak bisa membohongiku, cepat atau lambat kebusukanmu akan terbongkar, jika kau tidak menghentikannya dari sekarang, bukan hanya Kayla, tapi aku dan ibumu tak akan bisa memaafkanmu"

Kata-kata ini yang Iyan takuti, dia bisa mendapatkan isteri di luar sana tetapi ayah dan ibunya tak akan dia dapatkan walau dia harus keliling dunia sekalipun.

Untuk meredam kemarahan ayahnya, Iyan berlutut memohon ampun, Kayla mematung menatap suaminya. Jika sudah begitu apa yang dikatakan ayahnya benar. Iyan memilih menemani wanita lain dibanding dirinya, tak terasa air matanya menetes perlahan.

Ayah mertua melihatnya, lalu berkata, "Aku sudah menganggap Kayla seperti anakku sendiri, tak akan ada menantu lain selain Kayla di rumah ini"

Kalimat itu seakan menenangkan Kayla, tapi tidak, hatinya terlalu sakit. Kenapa harus ayah mertuanya yang melihat Iyan dan bukan dirinya. Setidaknya dia ingin meyakinkan omongan tetangga tentang suaminya.

Berhubung sudah memasuki waktu magrib, ayah mertua mengajak mereka bertiga untuk sholat berjamaah, untuk meredam kemarahan, Kayla berusaha menjalani ibadahnya dengan khusu'. Ditengah ayahnya membacakan surat Alfatihah pada rakaat pertama, air mata Kayla mengalir deras.

Isak tanginya yang tertahan didengar Iyan membuatnya semakin merasa sangat bersalah terhadap isterinya. Apa mau dikata, ada sebuah kehidupan yang dia tak bisa tinggalkan dari kekasihnya. Disisi lain diapun tak bisa meninggalkan isterinya, isteri yang menemaninya dari mereka tak punya apa-apa sampai kini mereka memiliki semuanya, walau bukan tergolong keluarga yang kaya, tapi setidaknya mereka sudah tergolong mapan.

Setelah sholat magrib selesai, Iyan memeluk isterinya erat, keduanya menangis sesenggukan. Ayahnya menceramahinya, mengingatkannya tentang tanggung jawab besar seorang suami. Iyan berjanji dalam hati untuk membahagiakan Kayla, dia bertekad tidak akan melukai hati isterinya lagi. Isteri yang menerima kekurangannya, isteri yang selalu mencukupi semua kebutuhannya, bahkan terkadang isterinya harus rela tidak memiliki apapun demi dirinya.

"Maafkan aku ayah, dan maafkan aku sayang, ini tidak seperti yang kalian bayangkan, aku berjanji untuk memperbaiki semuanya"

Iyan berjanji dengan bersungguh-sungguh. Ayahnya merasa lega mendengarnya, lalu setelah memberikan wejangan yang banyak, ayahnya pamit pulang.

Kini hanya tinggal mereka berdua, Kayla tidak butuh penjelasan, dia ingin suaminya sendiri yang menceritakan padanya, ada apa sebenarnya, apa yang dilakukan suaminya diluar sana yang dia tidak ketahui.

Selama ini Kayla selalu mengintosprksi diri, yang kurang dari dirinya hanyalah tak punya anak saja, kalau untuk urusan anak itu diluar dari kuasanya sebagai manusia biasa. Saat ini dia sedang berusaha untuk menutupi kekurangannya, jika hal itu yang membuat Iyan berpaling darinya rasanya dia pasrah. Tapi Iyan selalu mengatakan hal yang sama, Iyan selalu menghiburnya dengan kata-kata indah.

"Cukuplah seperti ini, aku tidak membutuhkan apa-apa lagi darimu, jika Tuhan belum memberi kita anak, itu bukan kesalahanmu. Mari kita jalani kehidupan ini seprti dulu, tanpa anak sekalipun aku tetap akan mencintaimu seumur hidupku"

Entah benar kata-kata Iyan ini atau hanya sekedar menutupi kesalahannya, Kayla tidak tahu. Dia meraih Alqur'an dan membacanya perlahan, dengan melantunkan ayat-ayat itu akan membuat hati tenang dan damai. Kayla menghabiskan waktunya membaca Alqur'an sampai kumandang azan Isya terdengar. Dia mencium mushaf itu lalu masuk ke dalam kamar menunaikan sholat empat rakaat seorang diri. Dia meninggalkan suaminya sendiri diluar merenungi semua kesalahannya. Masih terbesit harapan dihatinya jika suaminya tidak berselingkuh, itu hanya kesalah pahaman saja.