Iyan merasa isterinya berubah, atau mungkin ini hanya perasaannya saja. Semalam dia mencoba membelai Kayla namun tak mendapat respon. Semarah-marahnya Kayla jika tubuh sensitifnya disentuh pasti akan bereaksi.
Pagi ini Iyan mencoba bertanya namun melihat Kayla yang tidak seperti biasanya akhirnya pertanyaannya hanya bisa tersangkut dilidah dan tak bisa dia keluarkan.
Kayla terkesan menghindarinya, bahkan ketika mereka berpapasan Kayla pura-pura melihat kearah yang berbeda.
Iyan tak tahan akhirnya memeluk Kayla dengan erat.
"Sayang, jangan diam begitu, sungguh aku sangat merindukanmu"
"Lepaskan aku bang, aku sangat lelah. Di kota H aku bahkan kurang tidur, harus mengecek kesiapan semua lokasi" Kayla berusaha melepaskan pelukan Iyan.
Pagi ini Iyan terpaksa membatalkan jadwal pemotretan demi mengambil hati isterinya.
Kayla tau suaminya tak bisa diberi hati, kapan itu terjadi maka Kayla siap-siap merana. Sekuat tenaga Kayla menahan hasratnya, siapa yang tidak akan bergairah jika suaminya terus menempel bagaikan prangko.
"Abang akan pijitin ya ?"
Tanpa menunggu jawaban Iyan mangangkat tubuh isterinya, lalu dibaringkannya di atas kasur.
Ah sial....Kayla menelan ludah tatkala Iyan membuka seluruh pakaiannya tanpa sehelai benang pun.
Iyan mengunci pintu kamarnya, diambilnya minyak zaitun di atas meja rias di kamar itu, lalu dengan perlahan dibukanya seluruh pakaian yang dikenakan Kayla. Kini mereka sama-sama dalam keadaan bugil, Kayla diam saja, dia enggan membuka matanya. Dia menanti apa yang akan dilakukan suaminya pagi ini.
Ternyata Iyan menuangkan minyak zaitun ke telapak tangannya, lalu layaknya pemijat profesional, diawali dari telapak kaki lalu begerak perlahan ke betis naik turun. Pijatannya lumayan terasa, Iyan memang mahir memijat. Kayla tahu hal itu.
Telepon berdering berkali-kali namun Iyan enggan membuka matanya, dan Kayla jualah yang bangun, dia tertegun tatkala melihat nama Faika tertera dilayar ponsel suaminya. Diapun lalu mengangkatnya, namun dia diam menunggu apa yang akan dikatakan Faika.
"Hallo bang Iyan, ada Kayla gak" Terdengarlah suara Faika dari seberang telepon.
"Hallo, iya ini aku, ada apa Faika ?"
"Teleponmu kok gak aktif, akhirnya aku hubungi lewat suamimu. Ini loh Kay, aku sudah ceritakan perihal dirimu pada dokter kandungan, katanya hari ini kamu bisa datang ke tempat prakteknya, nanti dia akan kasih resep kesuburan"
Kepedulian Faika membuat Kayla jengah, dia yang tadinya sudah mulai berpikir buruk jadi merasa tidak enak hati.
"Hei..hallo, apa kau masih mendengarku ?"
"Iya Faika, aduh gimana ya ? aku pingin istrahat full hari ini, kau bisa bayangin gimana lelahnya aku" Tolak Kayla dengan halus.
"Kan nanti sore, sekarang kau bisa istrahat. Sore aku bisa menemanimu atau kau bisa pergi bareng suamimu, soalnya dokter Kenan sudah bersedia meluangkan waktunya untukmu loh"
"Ok deh nanti aku usahain, makasih ya ?"
Setelah menutup telepon, Kayla lalu meletakkan ponsel ketempat semula. Dia duduk ditepi ranjang masih dengan tak berbalut sehelai benang pun.
"Siapa ?"
Suara Iyan mengagetkannya. Tangan Iyan merengkuh pinggangnya agar berbaring kembali.
"Faika mengajakku ke dokter kandungan nanti sore"
Kayla tak menolak ketika suaminya mulai mencumbunya.
"Apakah kau ingin punya anak ?"
Pertanyaan yang salah, pikir Kayla. tidak ada pasangan menikah yang tak ingin dikaruniai anak. Bahkan pasangan yang belum menikahpun terkadang berpikir ingin punya anak .
Melihat Kayla yang hanya diam saja, Iyan memeluknya erat dan membisikkan kata-kata mesra.
"Tetaplah jadi isteri yang baik bagiku, jika kau ingin punya anak, kita bisa mengadopsinya"
Kayla menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya, betapa dia ingin merasakan menjadi seorang ibu seutuhnya. Ingin merasakan bagaimana rasanya hamil itu, Kayla terbayang pada dua sahabatnya yang sekarang lagi hamil, mengapa Tuhan memberikan mereka anak lagi dan dia tidak.
Anak menjadi impian setiap pasangan, Kayla meneteskan airmata"
"Ikutilah saran Faika, sore nanti aku yang akan menemanimu"
Kayla mendongak, betapa bahagianya jika Iyan mendukung semua upayanya. Hari ini kemarahannya sirna, jika menyangkut urusan anak, Kayla siap melakukan apa saja. Bayangannya menggendong seorang bayi mungil membuatnya semakin bergairahi sehingga dia semakin memeluk erat suaminya.
Sore itu Kayla bersiap-siap menemui dokter kandungan, Iyan menemaninya. Dengan menggunakan mobil baru, keduanya menuju Rumah Bersalin Permata Bunda. Kayla mengikuti antrian, dia termasuk pasien yang ke lima.
Sambil menunggu empat pasien lain, Kayla mengirim kabar kepada Faika jika dia sudah berada di tempat praktek.
Lain lagi dengan Iyan, terlihat dirinya mengangkat telepon dan menjauh dari Kayla, lalu beberapa menit kemudian datang menghampiri Kayla.
"Sayang, aku tinggal sebentar ya ? pasiennya kan masih empat orang lagi, aku harus menemui seseorang"
"Siapa ? apa tak bisa ditunda ?"
"Tidak bisa sayang, ini terkait dengan proposal yang ku ajukan. Aku janji tak akan lama"
Kayla terpaksa hanya mengangguk, tak apa toh masih empat orang lagi, mudah-mudahan ketika tiba gilirannya, suaminya sudah tiba disisinya. Hiburnya dalam hati.
"Nyonya Kayla"
Kayla terkejut, namanya sudah dipanggil. Dia menengok kiri dan kanan, dilihatnya pasien nomor satu sedang duduk menunggu namanya di panggil, dia tak berdiri sampai terdengar lagi namanya dipanggil, akhirnya dia sadar jika dirinya yang dipanggil.
Kayla masuk ke ruang praktek, matanya bertatapan dengan seorang dokter yang sangat tampan, kulit sawo matang dengan hidung yang sangat mancung bagaikan pemuda blasteran. Atau memang dia benar-benar dari hasil perkawinan campuran.
Melihat wanita muda yang cantik itu masih tetap berdiri, perawat mempersilahkannya duduk.
Dokter mengamatinya sesaat.
"Nyonya Kayla ? ibu Faika sudah menceritakan tentang anda" Dokter yang dari papan namanya bertuliskan Muhammad Kenan ini berkata.
Oh, tahulah Kayla kenapa namanya dipanggil lebih dulu. Dia terlalu gugup karena dokter Kenan menatapnya tak berkedip.
Rumah Sakit Permata Bunda merupakan rumah bersalin yang baru beroperasi selama setahun, rumah sakit ini merupakan rumah bersalin khusus ibu dan anak terbesar di kotanya. Struktur bangunan tiga lantai dengan dinding bercat putih dan lantai dari tegel berwarna putih.
Di bagian depan bangunan utama terdapat ruang tunggu yang besar, dengan bangku-bangku dari kayu yang dibungus busa empuk, cocok diduduki wanita hamil. Seluruh bangunan nampak baru dan tetap terawat dengan baik.
Ini untuk pertama kalinya Kayla menginjakkan kakinya di rumah sakit khusus ibu dan anak ini, karena ditatap dokter tampan membuat Kayla tak tahu harus bicara apa, dia menunggu saja apa yang akan dikatakan dokter.
"Sudah berapa lama menikah ?"
"Mau masuk dua tahun dok" Kayla menjawabnya pelan nyaris tak terdengar.
Dokter Kenan manggut-manggut, sekali lagi ditatapnya wanita cantik ini, matanya sangat indah, sekali ditatap, sesuatu seakan mengalir mengisi relung hatinya. Dokter tampan yang belum menikah ini sudah banyak bertemu dengan wanita cantik tapi tak sekalipun dia tertarik bahkan orang tuanya menjodohkannya dengan seorang anak pejabat yang sangat cantik namun dia menolaknya dengan halus. Kini, hanya dengan menatap Kayla, dia seakan telah menemukan seseorang yang dia cari selama ini. Tubuh yang indah dan menggairahkan. Dokter Kenan menelan udah, dan kembali bersikap profesional.
"Apakah haidnya teratur ?"
"Iya dok"
"Apakah selama ini pernah terlambat bulan ?"
Pertanyaan yang umum dan Kayla merasa bosan menjawabnya, dia membutuhkan sesuatu yang baru yang bisa mengarahkannya pada proses kehamilan.
"Pernah sekali terlambat bulan selama seminggu"
"Hmmm, apakah anda dan suami pernah memeriksakan kesuburan ?"
Kayla ingat jika dia pernah memeriksakan kesuburan untuk pertama kalinya pasca menikah. Karena terllau dirongrong oleh ibu mertua perihal keturunan, dia dan Iyan pernah kerumah sakit untuk memeriksakan kesuburan.
"Sudah dok, dan hasilnya menurut dokter, saya maupun suami saya baik-baik saja, tak ada kelainan dalam organ reproduksi kami"
"Baiklah, jika begitu saya akan melakukan pemeriksaan USG Transvaginas, ini sedikit tidak nyaman"
Cara menatap dokter kali ini berbeda terhadap pasien, sebisa mungkin dia meredam gejolak yang muncul tiba-tiba di dalam hatinya.
Perawat mempersilahkan Kayla berbaring di atas ranjang, sebelumnya diminta melepaskan pakaian diganti dengan pakaian pasien. Kayla menurut, lalu berbaring terlentang dengan posisi kaki menggantung pada penopang khusus seperti wanita yang mau melahirkan.
Kayla merasa risih, dia lalu menutup gua yang menganga dengan kedua tangannya, dia belum pernah telanjang di depan laki-laki manapun kecuali suaminya.
Dokter Kenan sempat melihatnya, dia sudah bisa menduga jika Kayla belum pernah dijamah laki-laki manapun kecuali suaminya.
"Rileks bu, ini memang agak sedikit tidak nyaman karena saya akan memasukkan alat melalui vagina, bernafaslah dengan normal" Dokter Kenan duduk tepat didepan gua yang sedang menganga. Dia menelan ludahnya dengan susah payah, dia sudah sering melihat berbagai macam bentuk dan warna alat kelamin wanita tapi tak sekalipun terbesit keinginannya untuk menjamahnya, namun pada wanita ini, baru melihat saja sudah membuat tonjolan dibalik celananya mengeras. Untung saja dia memakai jas yang cukup panjang sehingga bisa menutupi tonjolan yang ingin segera melesat keluar.
Jika perawat tak ada disitu, dia tak ingin menggunakan sarung tangan, karena dia ingin merasakan permukaan lembut yang berbulu sangat lebat itu, wanita ini pastilah sangat hyper. Pikirnya.
Setelah menggunakan sarung tangan dan menggeser kursinya lebih dekat ke arah komputer, dokter mulai memasukkan alat USG ke vagina Kayla.
"Tahan sebentar bu, bisa lihat gambar layarnya" Dokter menggerak gerakan alat itu di dalam sana membuat jantung Kayla berdegup sangat kencang. Ada sesuatu yang berkedut di bawah sana, namun dia sekuat tenaga berusaha menahan desahan yang nyaris keluar dari bibirnya.
Dokter Kenan kembali menggerak gerakan alat di bawah sana dan sebelah tangannya menekan tombol keyboard, Kayla memejamkan matanya, entah menghayati gesekan itu atau malu karena gemuruh yang tiba-tiba melanda hatinya.
"Rahim, tuba fallopi, indung telur dan vagina, semuanya baik" Ucap Dokter Kenan lalu pelan-pelan mengeluarkan alat itu dari area sensitif Kayla.
Terdengar helaan nafas lega Kayla dan dokter Kenan hampir bersamaan, keduanya terkejut dan saling memandang satu sama lain.
Perawat segera membantu Kayla berbenah diri, dokter Kenan melihat rona merah di wajah pasiennya. Dia sendiri sedang menetralkan tonjolan besar dibalik celananya, dia hanya menggeser kursinya tanpa berdiri ke balik meja. Tentu saja dia tak ingin perawat memperhatikan perubahan yang terjadi dibalik celananya.
Kayla kini sudah duduk kembali dihadapan dokter Kenan, dilihatnya dokter sedang mencatat sesuatu, walau catatannya sangat jelas Kayla tak akan bisa mengerti apa yang ditulis dokter itu, namanya tulisan dokter hanya kalangan medislah yang bisa membaca tulisan cakar ayam itu.
"Saya meresepkan obat kesuburan ini untuk anda, sebaiknya sebulan sekali anda perlu memeriksakan diri ke dokter, ini kartu nama saya, anda sewaktu-waktu bisa menelpon, jika saya tidak sedang menangani pasien, saya akan meluwangkan waktu untuk anda".
"Terima kasih dok" Kayla menerima resep obat yang disodorkan dokter.
Melihat Kayla yang sudah berdiri, dia ingin menanyakan nomor telepon namun ketika dia membuka catatan medis, ternyata perawat telah mencatat nomor dan alamatnya. Dokter Kenan tersenyum, asistennya ternyata melakukan pekerjaannya dengan baik.