Chereads / Menang Telak / Chapter 13 - Curiga

Chapter 13 - Curiga

Disisi lain isterinya bahkan tak pernah menaruh kecurigaan apapun padanya, walau Kayla merasa gelisah, namun dia mengabaikannya. Perasaannya mengatakan jika kegelisahannya hari ini karena telat makan sehingga sakit maagnya kambuh. Jika dia menelusuri lebih lanjut arti dari kegelisahannya, maka dia akan menemukan fakta jika suaminya ternyata selingkuh.

Tatkala Iyan dan kekasihnya mencapai pelepasannya bersamaan, teleponnya kembali berbunyi. Kali ini bukan Kayla tapi ibunya.

"Halo Iyan, mama menyuruh adikmu kerumahmu sekarang. Lampu dikamar mandi putus, mama liat ada balon lampu yang gak kepakai di lemarimu"

Iyan buru-buru menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari luar, dia sendiri melilitkan handuk dipinggangnya dan membuka pintu rumah tatkala terdengar ketukan di pintu.

Tanpa banyak tanya Iyan menyodorkan balon lampu pada adiknya, Iyan tak perduli dengan tatapan penuh tanya diwajah adik lelakinya itu. Dia segera menyuruhnya pergi dengan tak lupa memberinya uang seratus ribu.

Iyan membuka pintu kamarnya, gadis yang sempat dikuncinya di dalam kamar itu nampak berbaring dengan wajah cemberut.

"Maaf aku terpaksa menguncimu di kamar, tadi adik lelakiku"

Iyan menghampiri gadisnya dan memberinya kecupan-kecupan mesra sebagai bentuk permintaan maaf. Hal yang sering dia lakukan ketika Kayla marah, hal ini pula yang dia lakukan pada gadisnya untuk meredam kemarahannya.

"Iya..iya, aku harus pulang. Aku lewat pintu belakang saja takutnya dilihat tetangga" Gadisnya segera bangun menuju kamar mandi yang terdapat di kamar itu.

"Tidak masalah dilihat tetangga, bukankah mereka sudah sering melihatmu keluar masuk rumah ini ?" Canda Iyan lalu mencomel pinggul yang terlihat menantang membelakanginya.

Tatakala Iyan seorang diri di rumah, ibunya tiba-tiba menelpon.

"Iyan, dengan siapa kau di rumah ?"

"Aku sendiri ma, ada apa ?"

"Kau jangan bohong, kata adikmu dia mencium bau percintaan di rumahmu"

Deg...Iyan tau Nathan sudah besar, pasti dia bisa mencium bau percintaannya di ruang tamu. "Anak kecil itu tau bau percintaan ? mama percaya padanya ? anak ingusan seperti dia tau apa soal percintaan ma, mama ada-ada saja, Kayla baru saja ke Kota H sudah pasti sebelum itu ya..gitu deh, apa aku harus menceritakan detiaillnya ma ?"

"Dengar Iyan, jangan coba-coba kau bermain api di belakang Kayla. Dia itu wanita yang baik, mama sudah mulai curiga, jangan-jangan kau mengkhianatinya"

"Ih...mama ada-ada saja, curiga boleh tapi menuduh jangan ma, masa' mama menuduh anak mama sendiri !"

Iyan berusaha meyakinkan ibunya. Terdengar telepon di tutup. Iyan segera bergegas membersihkan sisa-sisa percintaannya dengan kekasihnya. Dia tahu ibunya pasti akan ke rumah untuk memastikan semuanya.

Iyan mengambil pengharum ruangan dan menyemprot semua tempat-tempat dimana dia melakukan hal menegangkan itu. Lalu dia mulai mengambil sabun pembersih lantai. Deru motor berhenti di halaman rumah membuat Iyan segera buru-buru menyimpan alat pel lantai dan pengharum ruangan. Diapun lalu masuk ke dalam kamar mandi, menggosok semua sisa-sisa pelepasan yang masih membekas.

Benar dugaan Iyan, ibunya masuk begitu saja tatkala dia sedang mandi. Iyan masih mendengar omelan ibunya di dalam kamar lalu tak lama kemudian keluar.

Iyan keluar dengan handuk yang masih melilit di tubuh. Lalu dia mengambil kaus dan celana pendeknya. Buru-buru ganti baju dan keluar menemui ibunya.

"Ada apa ma, kan tadi aku sudah berikan balonnya pada Nathan" Iyan menghampiri ibunya yang sedang duduk menunggunya dengan gusar. Saat Iyan melihat Nathan yang duduk dengan ibunya dia bertanya. "Balon lampu tadi nyala gak ?"

"Duduk Iyan, jangan mengalihkan pembicaraan" Ibunya duduk bagaikan seorang hakim yang siap menjatuhkan hukuman pada terdakwa.

"Katakan siapa wanita itu" Mata Ibu Sarah melotot penuh selidik.

"Wanita mana ma, Nathan kau jangan mengarang-ngarang cerita ya ? emang tadi kau lihat ada perempuan lain dirumah ini ?!" Iyan pura-pura memarahi adiknya.

Iyan tahu ibunya ini tak bisa dibohongi, sebagai pensiunan guru SD tentulah tahu bagaimana jika muridnya berbohong, apalagi ini anak kandungnya sendiri.

"Iyan, ibu mengenalimu lebih dari dirimu sendiri. Kayla itu wanita yang baik, kekurangannya hanyalah dia belum bisa memberimu anak, tapi bukankah pernikahan kalian baru berjalan dua tahun ? masih ada kesempatan untuk memiliki momongan tapi bukan harus menyelingkuhinya. Ingatkah kau bagaimana mama sulit menerima Kayla dan kau yang terus membelanya ? lalu sekarang kenapa kau mengkhianatinya. Ingat dosa Iyan" Ibu Sarah menasehati Iyan panjang lebar.

"Mama kan tahu bagaimana aku mencintai Kayla, jadi jangan meragukanku ma, " Dengan susah payah Iyan menjelaskan namun ibunya terus menggeleng.

"Akhirilah semuanya Iyan, sebelum papamu tahu. Mama lebih tahu dirimu dari siapapun. Kayla itu anak yatim piatu, dia meninggalkan kampung halamannya dan hidup sebatang kara di daerah ini demi mencari ridho suami. Jangan sampai suatu saat kau menyesali perbuatanmu sendiri. Saat dia mengetahui perbuatanmu, mama yakin dia tak akan memaafkanmu"

"Ih mama apa-apaan sih, bukan mendukung anaknya malah mendoakan yang aneh-aneh"

Iyan tetap tak mau mengaku pada ibunya, jika dulu dia begitu terbuka pada ibunya namun kini dia harus menutup rapat-rapat perselingkuhannya. Ketika ibunya menyebut papanya, nyalinya sempat menciut. Papanya itu jarang bicara dan jarang marah, namun sekali marah singa di hutan bukan tandingannya.

Sudah beberapa bulan ini Ibu Sarah mencurigai anaknya, belum informasi dari tetangga yang memergokinya dan melaporkan hal itu padanya, namun baru kali ini dia memiliki kesempatan untuk menanyakan langsung pada anaknya.

Suasana kembali hening, Ibu Sarah menatap horor anaknya. "Kota ini kecil Iyan, apapun yang kau lakukan diluar sana pasti akan ketahuan, pejabat yang selingkuh di luar daerah saja ketahuan apalagi di daerah yang sekecil ini"

Iyan terus berusaha meyakinkan ibunya. Ternyata lebih mudah meyakinkan Kayla ketimbang ibunya. "Ma, tolong jangan meragukan anakmu ini, kasihan jika Kayla tahu mama mencurigaiku, dia akan sangat kecewa ma"

Ditengah-tengah perbincangan itu tiba-tiba Kayla menelpon.

"Iya sayang, ini abang lagi di rumah bareng mama"

Ibu Sarah menatap Iyan yang sedang bicara melalui telepon dengan isterinya. Tatapannya tajam menusuk, Sarah tak mendengar apa yang dikatakan Kayla namun dari jawaban Iyan dia bisa menyimpulkan pembicaraan mereka.

"Iya, mama tadi mau bertemu kamu, gak taunya kamu keburu pergi"

Ibu Sarah melotot melihat Iyan menjadikannya tameng.

"Iya..badan abang pegal sayang, kan kau tahu semalam ngapain. Cepat pulang ya ? gak kuat nih berpisah lama-lama"

Nathan yang mendengar obrolan kakaknya itu hanya mencibir, dia yang sudah baligh pasti bisa membedakan berbagai macam jenis bau. Walau dia belum pernah menyentuh wanita tapi dia sudah pernah bermimpi basah, jadi bisa tau mana bau pengharum ruangan mana bau pelepasan.

Malam itu Ibu Sarah terus menasehati anaknya, Nathan hanya menjadi pendengar yang setia. Walau Iyan tak mengakuinya namun ibu Sarah tetap mengingatkannya.

"Selingkuh itu perbuatan dosa, itu zina namanya. Jika kau ingin melakukan poligami dengan alasan ingin punya anak, setidaknya mintalah izin isterimu, jika dia setuju untuk berpoligami maka lakukanlah jika kau mampu daripada kau harus berbuat dosa. Ingat, anak yang lahir diluar nikah itu termasuk anak haram. Apalagi kalau selingkuhanmu itu punya suami"

Dugghh ! Ibunya ini bagaikan paranormal, sekali ngomong selalu tepat sasaran. Iyan harus bisa bermain cantik, dia akan memanfaatkan keluguan isterinya untuk menutupi perselingkuhannya. Kepalang tanggung, Iyan tak bisa melepaskan selingkuhannya begitu saja, namun diapun tak bisa meninggalkan isterinya walau isterinya itu mandul.

"Begitu Kayla kembali dari tempat tugas, ajaklah dia berbulan madu, dan jangan lupa konsultasi ke dokter. Lakukan program kehamilan, yang harus konsultasi itu bukan hanya Kayla tapi dirimu juga. Percuma melakukan program kehamilan kalau tidak didampingi suami"

Iyan hanya bisa mengangguk dan berjanji akan mengikuti semua saran ibunya. Sampai tak terlihat lagi bayangan ibunya diujung gang, baru lah Iyan menarik nafas lega.