Pagi pagi sekali Kayla bangun setelah semalam mengatakan pada suaminya jika pagi ini dia akan ke Kota H.
Kayla sebenarnya sangat mendambakan disentuh suaminya, namun sampai dia bangun subuh, suaminya tak kunjung merespon.
Sampai Kayla selesai memasak dan mandi namun Iyan tak juga bangun,
"Bang, ayo bangun dah pagi" Kayla menggoyang-goyang tubuh Iyan.
Yang dibangunkan malah menarik selimut, membuka mata sebentar lalu kembali tidur.
"Emang semalam ngapain kok jam segini lom bangun juga" Omel Kayla.
Mendengar omelan isterinya, Iyan melempar selimut dan bangun dengan tergesa-gesa.
"Semalam abang nonton bola jadi kepagian, maaf !"
"Pantesan aku dianggurin" Sungut Kayla.
Iyan ingin mencium isterinya tapi dia tahu jika Kayla pecinta kebersihan, menyentuhnya harus mandi, paling tidak gosok gigi dan cuci muka. Ia segera pergi ke kamar mandi. Semalam dia memang menghabiskan waktu nonton bola walau dia tahu isterinya akan berangkat pagi tapi karena fansnya yang berlaga jadi dia mengabaikan isterinya.
Kayla memastikan semua pakaian yang dibutuhkan sudah masuk dalam koper, lalu duduk memainkan ponselnya.
Iyan keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Kayla menatapnya dengan seksama.
"Kira-kira ditinggalin selama dua hari Iyan merasa sepi gak ya ?"Gumamnya.
"Kalau ngomong itu yang keras, jangan kayak orang yang lagi kumur-kumur"
Iyan duduk disebelah Kaylan, mengalungkan tangan dileher isterinya, meraih kepalanya dan mendekapnya. "Aku akan merasa kesepian" Bisiknya.
Mendengar penuturan Iyan, jantung Kayla berdetak cepat. Dia tersenyum bahagia, rupanya suaminya mendambakannya. Kayla mengangkat kepalanya, dan mengecup bibir suaminya. Pagi ini Kayla ingin memulai lebih dulu, diliriknya jam tangannya. Lumayan masih 30 menit lagi sebelum jemputan datang.
Disela-sela pagutan mesra terdengarlah ketukan dan suara ribut ribut diluar. Kayla dan Iyan segera melepaskan pagutannya dan sama-sama berdiri. Iyan segera mengenakan celana pendeknya, dan Kayla merapikan pakaiannya yang sempat kusut dan berjalan keluar.
Saat dia membuka pintu, dilihatnya ketiga sahabatnya sudah berdiri dengan dandanan yang sama.
"Kalian juga ikut ?" Tanya Kayla Sumringah.
"Tidak, kami hanya akan mengantarmu pergi" Jawab mereka bersamaan.
"Ayo masuk, kayak aku mau pergi jauh saja. Kota H dekat kok, empat jam dah nyampe"
Kayla membuka pintu lebar-lebar, padahal tadi dia ingin saja mengumpat orang yang mengetuk pintunya karena dianggap telah mengganggu aktivitas paginya. Namun karena ketiga sahabatnya yang datang, akhirnya gairah yang sudah sampai diubun-ubun sirna seketika.
Iyan keluar sebentar menyapa mereka lalu masuk kembali kedalam kamar untuk bersiap-siap mandi.
"Jangan lama-lama di kota H, nanti suamimu diambil orang loh" Seloroh Faika.
"Langkahi dulu mayatku" jawab Kayla sambil tertawa. Lalu keempat sahabat itu saling berpelukan.
Iyan masih sempat mendengar obrolan mereka sebelum masuk ke kamar mandi. Dia hanya geleng-geleng kepala lalu memulai rutinitas mandinya.
Hanya selang beberapa menit kemudian terdengar suara klakson berbunyi nyaring.
"Itu pasti Gaply"
Dugaan Kayla benar, karena setelah terdengar suara pintu mobil yang ditutup, terlihatlah Gaply dengan pakaian santai memasuki rumah Kayla.
"Dah siap belum ?" Tanpa mengucap salam, Gaply mengangkat keningnya kepada Kayla dan masih tetap berdiri dipintu.
"Aku sudah siap sejak tadi, masuk dulu" Sahut Kayla lalu berdiri menyambut ketua panitia Popda.
"Tanggung, malas buka sepatu lagi. Aku tunggu di mobil ya ?" Tolak Gaply lalu berjalan ke arah mobilnya.
Kayla masih harus menunggu suaminya selesai mandi, tak mungkin dia pergi tanpa sepengetahuan suami. Kayla masuk ke dalam kamar dan menyeret kopernya keluar, lalu duduk kembali bersama teman-temannya menunggu suaminya.
Terdengar suara pintu kamar dibuka, Iyan kini berdiri disana dengan pakaian santai dan wajah yang segar, dengan bau parfum citrus yang menenangkan.
"Bang, aku berangkat dulu ya ? pak Gaply sudah menungguku di mobil" Kayla berdiri mencium tangan suaminya dan tak lupa pula memeluknya.
Iyan merasa risih dipeluk erat Kayla di depan teman-temannya.
"Duh segitunya, kayak mau berpisah lama aja" Canda Bela karena melihat Kayla tak juga melepas pelukannya dari Iyan.
"Takut suaminya ditinggal sendiri, nanti diambil orang...hehehe" Seloroh Indah.
Lalu ketiga sahabatnya itu turut berdiri menemani Kayla menuju mobil yang terparkir diluar. Kayla melambaikan tangannya kepada ketiga sahabatnya, juga kepada suaminya yang pagi ini terlihat sangat tampan.
Mobil melaju perlahan memecah jalanan, Kayla tak ragu meninggalkan ketiga sahabatnya di rumahnya, karena dia yakin setelah kepergiannya pasti ketiga sahabatnya itu akan kembali ke rumah masing-masing.
Iyan menutup pintu rumahnya setelah memastikan ketiga sahabat Kayla pulang. Dia mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan.
"Aku menunggumu di rumah, mmuaach..!"
Dua puluh menit kemudian, seseorang membuka pintu kamar Iyan. Dia sengaja tak menguncinya karena dia tahu wanita yang dinantinya pasti akan datang.
"Aku merindukanmu" Ucap Iyan lalu mengunci pintu kamarnya.
"Seberapa rindunya dirimu padaku dan Kayla ?" Wanita cantik ini memeluk Iyan dengan erat.
"Sudah pasti aku lebih merindukanmu, aku sudah bosan pada isteriku sayang" Iyan melumat bibir sensual wanita itu.
Wajah Kayla terus ditekuk, entah sudah sepersekian menit teleponnya tak kunjung diangkat. Dia menghembuskan nafasnya dengan keras.
Gaply yang sedang menyetir sesekali melirik kegelisahan teman kantornya ini.
"Ada apa ? suamimu tak mengangkat telepon ya ? hehehe...baru juga ditinggal beberapa menit"
Kayla tak menggubris peryataan Gaply, matanya dipejamkan, lalu menarik kursi sedik kebelakang agar dia bisa besandar dengan nyaman.
"Katakan jika harus balik lagi mumpung baru separuh perjalanan" Tawar Gaply.
Kayla mendelik kesal, "Jangan mancing emosi pak, perjalanan sudah lumayan jauh, gimana bisa balik lagi ?"
"Yah aku cuman nawarin mumpung belum terlalu jauh. Atau aku turunin disini mau ? nanti aku carikan mobil yang melintas untuk kau tumpangi ke rumah" Gaply tersenyum. Dia tahu Kayla tak mungkin mengorbankan pekerjaannya hanya untuk kepentingan pribadi.
"Pak Gaply ada-ada saja, udah ah hati-hati nyetirnya pak jangan sampai masuk lubang" Kayla mengingatkan Gaply lalu memilih tidur sambil duduk menyandarkan badannya lebih ke belakang.
Dua jam kemudian mobil yang ditumpangi Gaply dan Kayla memasuki sebuah hotel yang nantinya akan digunakan para tamu VIP menginap.
Setelah mendapatkan kunci kamar, Kayla menyeret kopernya masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuhnya diatas ranjang tanpa membuka pakaian. Badannya terasa pegal, empat jam duduk lumayan membuat pinggangnya sedikit kesemutan.
Kayla meraih ponselnya, pesannya belum tercentang biru, berarti suaminya belum membaca pesannya. Kayla semakin gelisah, kira-kira apa yang dilakukan suaminya selama empat jam ini.
Saat mata Kayla terpejam tiba-tiba ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari suaminya.
"Bang, kenapa dari tadi pesanku tak dibalas, teleponku tak diangkat" Kayla yang nyaris tertidur membuka matanya lebar-lebar.
Dari nadanya Iyan tau jika isterinya ini sedang marah.
"Maaf sayang, tadi abang ketiduran. Kan kau tahu semalam abang nonton bola sampai subuh"
Sesaat hati Kayla terasa damai, dia ingat jika semalam club sepakbola idaman suaminya berlaga. Kayla tahu jika pertandingan bola dimulai Iyan pasti akan mengabaikan seluruh pekerjaannya termasuk dirinya. Iyan termasuk penggemar yang paling fanatik dalam permainan yang mendunia itu.
"Terus sekarang abang dimana ?" Kayla bertanya, intonasi nadanya terdengar lembut sekarang.
"Aku dirumah sayang nih lagi nonton televisi" Iyan tak berbohong, dia sedang menonton acara di televisi hanya dengan memakai bokser.
Wanitanya sedang membersihkan diri dikamar mandi. Gadis ini mendengar pembicaraan Iyan bersama isterinya lalu datang menghampirinya hanya dengan handuk yang melilit tubuh.
"Terus abang ngapain, aku video call ya ?"
Tanpa menunggu persetujuan, Kayla melakukan panggilan video.
Wanita yang berdiri di pintu kamar dengan balutan handuk menatap Iyan yang sedang mengobrol dengan isterinya.
Iyan melihatnya dan hanya memonyongkan mulutnya sebagai tanda kecupan dan menggerakkan tangannya mengajak wanita itu duduk disampingnya.
Tangan kiri Iyan memegang ponsel di telinga kiri lalu tangannya merengkuh bahu wanitanya agar bersandar di dadanya.