Bela menepati janjinya, minggu pagi dia kerumah Kayla, dia ditemani suaminya. Awalnya Kayla merasa risih tapi untunglah suaminya berada dirumah, sehingga suaminya itu menemani Ari ngobrol.
Bela masuk ke kamar Kayla, dia tak perduli dengan suami Kayla yang menatapnya, toh dia dan Kayla sudah layaknya seperti saudara. Bela menyuruh Kayla berdandan seperti dirinya, memakai kaus warna putih dan jeans biru langit. Lalu keduanya keluar dan duduk bersama Ari dan Iyan.
Kayla hendak berdiri mengambil minuman namun Bela mencegahnya.
"Gak usah Kay, kita langsung jalan saja"
Kayla menatap Bela, seakan tahu apa yang dipikirkan Kayla, Bela langsung berkata. "Suamiku cukup mengantar kita di tempat itu, nanti kalau sudah selesai baru dijemput"
"Oh"
Kayla pamit pada suaminya dengan tak lupa mencium tangan suaminya di depan Bela dan Ari. Iyan tau isterinya akan pergi kemana, karena semalam kayla sudah menceritakan hal itu.
Iyan berdiri di pintu rumah sambil melambaikan tangannya. Bela duduk didepan samping suaminya dan Kayla duduk di belakang.
Kayla membuka pesan yang dikirimkan suaminya.
"Jangan lama ya, abang gak tahan ditinggal sendiri di rumah"
Awalnya Kayla ingin curhat pada Bela perihal suaminya namun ketika melihat pesan mesra suami, akhirnya dia membuang jauh-jauh prasangka buruk yang hinggap dihatinya saat ini. Meninggalkan suami seorang diri di rumah jadi merasa was was sendiri.
Dunia seakan terbalik, yang harusnya khawatir itu suami ketika pergi meninggalkan isteri di rumah sendiri, tapi ini malah Kayla yang khawatir. Ada-ada saja.
Ari menatap Kayla dari kaca mobil, gadis yang sedang duduk dibelakangnya ini terlihat sangat cantik, putih bersih dan mulus, dia tak bisa membayangkan bagaimana mulusnya Kayla jika dalam keadaan bugil.
Karena terlalu larut memikirkan Kayla, Ari nyaris saja menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya.
"Hati-hati ayah !" Teriak Bela.
Ari segar menekan rem mendadak, sontak saja Kayla yang sedang asik membalas pesan suaminya tersungkur.
"Aduh...!"
"Maaf..., apa kau tidak apa-apa ?" Ari menengok kebelakang.
Kayla segera duduk kembali, sambil menepuk nepuk pahanya.
"Ayah sih, tidak hati-hati, emang lagi mikirin apa sih" Sungut Bela.
Ari diam saja dan mulai menjalankan mobilnya perlahan. Sejak melihat Kayla siang itu dia tak pernah berhenti memikirkan sahabat isterinya ini. Andai saja Kayla memberikan sedikit sinyal padanya maka dia tak akan melepaskan gadis itu walau harus menceraikan Bela. Ari mengakui jika Bela cantik dan bisa mengimbangi libidonya, namun dia lebih menyukai gadis yang bertubuh putih mulus seperti Kayla. Andai dia lebih dulu bertemu Kayla, mungkin saja dia akan menikahi gadis itu.
Mereka sampai di tempat dukun beranak yang diceritakan Bela. Terlihat rumah yang sangat sederhana dan bersih, keduanya segera turun.
"Terima kasih pak" Kayla menundukkan badan sebagi bentuk rasa terima kasihnya pada Ari.
"Jika sudah selesai kabari, nanti ayah jemput" Pesan Ari pada Bela sambil menganggukan kepalanya pada Kayla.
Bela dan Kayla mengucapkan salam lalu terdengarlah sahutan dari dalam. Keduanya dipersilahkan masuk.
Rumah yang sederhana dan bersih, terdapat empat kursi kayu dan sebuah meja. karena belum dipersilahkan duduk keduanya masih tetap berdiri. Lalu dari arah dapur nampaklah seorang ibu berusia sekitar 50 tahun menyambut mereka dengan ramah dan mempersilahkan keduanya duduk.
"Ini loh bu teman saya, yang saya pernah ceritakan saat itu" Bela memperkenalkan Kayla.
Jika dilihat sekilas ibu ini nampaknya bukan seorang dukun, dia memakai jilbab dan di sudut kanan rumah, Kayla melihat sejadah dan mukena juga beberapa Alqur'an.
"Nama saya Kayla bu" Kayla mengangguk dengan sopan.
"Sudah berapa lama menikah ?"
"Hampir dua tahun bu" Jawab Kayla.
"Oh belum apa-apa, ada yang enam tahun menikah baru punya anak. Anak itu adalah titipan, saat ini mungkin saja belum di berikan tapi Insha Allah jika rajin berdoa dan berusaha pasti dapat juga"
"Mudah-mudahan bu"
"Ayo ikut saya ke kamar, saya hanya ingin melihat letak kandungan, biasanya posisi kandungan yang salah karena terlalu melakukan pekerjaan berat atau berolahraga yang berlebihan sehingga posisi rahim kita bergeser"
Kayla dan Bela mengikuti ibu yang bernama Minah ke dalam kamarnya. Kamar yang bersih, terdapat sebuah ranjang kecil namun cukup untuk dua orang.
Kayla diminta untuk membuka celana jeansnya lalu ibu itu memberikannya sebuah sarung, kemudian Kayla diminta berbaring dan ibu Minah duduk disampingnya. Kaus Kayla diangkat sedikit ke atas. Bela duduk disebelah kanan Kayla.
Ibu Minah memegang perut Kayla, dan menekan dengan pelan perut yang terdapat dibawah pusat.
"Sepertinya rahimnya bergeser, apakah sering melakukan olahraga yang berat ?"
Kayla hanya mengangguk, dia tak mungkin mengatakan jika olahraga beratnya itu bercinta dengan bermacam-macam gaya. Mungkin Ibu Minah benar, bagaimana rahimnya tidak bergeser jika gaya bercintanya kayak orang yang sedang melalukan senam aerobic.
Ibu Minah membetulkan posisi rahim Kayla dan berkata. "Jika nanti melakukan hubungan suami isteri, taruhlah bantal dipinggul dan ketika sperma suami telah keluar tariklah bantal itu dan jangan bergerak. Biarkan sperma melakukan pembuahan"
Kata-kata Ibu Minah persis seperti apa yang dikatakan Faika. Setidaknya Kayla bersyukur dukun yang dikatakan Bela bukan dukun yang suka menjampi-jampi dan meminta syarat ini dan itu.
Setelah itu, Kayla kembali mengenakan celana jeansnya dan kembali duduk dikursi diruang tamu. Ibu Minah berjalan kedapur dan kembali membawa ramuan berwarna kuning disebuah gelas.
"Ini ramuan kencur dan kunyit, harus rajin minum untuk kesuburan, ini bisa dibuat sendiri dirumah, diminum teratur, cukup tiga hari saja setiap bulan" Ibu Minah memberikan jamu itu kepada Kayla.
"Ini diminum ?" Kayla menerima jamu itu.
Ibu Minah tertawa melihat wajah Kayla yang tersenyum kecut "Iya diminum"
Kayla memencet hidungnya dengan tangan kiri lalu menenggak jamu itu sekali teguk.
Raut wajah Kayla terlihat asam, Bela yang melihatnyapun ikut memicingkan matanya. Dia juga pernah merasakan ramuan itu, rasanya seperti jamu sih, jika sudah terbiasa meminumnya tidak akan terasa kecut.
Bela segera mengirim pesan kepada suaminya untuk dijemput secepatnya. Setelah berbasa basi sebentar, Bela pamit disusul Kayla yang tak lupa menyelipkan sebuah amplop ketangan ibu Minah sebagai ucapan terima kasih.
Ari telah menunggu di depan. Setelah memastikan keduanya naik ke mobil dia segera menjalankan mobilnya perlahan.
"Langsung pulang atau mampir dulu di restoran ?" Tawar Ari.
"Langsung pulang saja pak, kasihan suami saya sendirian di rumah" Tolak Kayla dengan halus.
"Dia kan bukan anak kecil" Ari melihat kayla dari balik kaca mobil.
"Hehehe...iya sih, maksud saya, biar makan bareng suami. Gak enak makan sendiri sendiri"
Bela hanya diam saja menyimak obrolan Kayla dan suaminya, dia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Karena Kayla menolak, akhirnya Ari membelokkan mobilnya ke arah kawasan rumah Kayla. Tak sampai 5 menit mereka sudah tiba dirumah Kayla.
"Kami tidak mampir lagi, sampaikan salam kami untuk suamimu"
"Iya pak, makasih" Kayla melambaikan tangannya.