Bela dan Indah melakukan tugas yang berbeda, memberi beberapa perlengkapan olahraga, tentunya tugas yang diberikan cukup ringan, hanya memilih warna kaus panitia, melihat beberapa alat olahraga dan menyesuaikan dengan harga yang sudah ditetapkan.
Bela dan Indah ketika melihat pemilik toko yang cukup tampan saling mengangkat kening, tanpa dikomando keduanya mulai merayu pemilik toko.
"Koko, bola ini berapa harganya ? jika kita beli dalam jumlah yang banyak bisa diskon gak ?" Merasa Senior Bela yang lebih dulu bertanya.
Pemilik toko yang dipanggil Koko oleh Bela segera menoleh, dan tersenyum melihat kedua gadis cantik yang menyentuh bola yang sedang di pajang di etalase. Dia menghampiri mereka berdua.
"Bola yang ini kualitasnya bagus, harganya 7 ratus ribu, yang ini lima ratus. Kalo mau yang murah ada dua ratus lima puluh"
"Yang harganya tujuh ratus saja koko, kalo beli sekitar dua puluh buah harganya bisa turun kan ?" Kali ini Indah yang menawar.
"Boleh, untuk kalian berdua saya kasih harga lima ratus"
Kemudian Bela dan Indah bergeser lagi ke arah bola basket dan bola voly, keduanya saling mengerling berusaha melakukan penawaran yang sama. Koko mengikuti mereka dia sengaja berjalan di belakang kedua gadis cantik ini, memperhatikan pinggul Bela yang sengaja digoyang goyang bak peragawati.
Mereka berdua sepertinya punya kesamaan, jika atasannya tau mereka berdua pintar berbelanja dan melakukan penawaran mungkin saja akan diberi tugas yang sama.
Dari tempat pajangan Bola, keduanya menuju tempat reket badminton, terakhir baru melihat pakaian olahraga.
"Koko, kaus jersey itu berapa harganya kalau selusin ?" Tanya Bela sambil menunjuk kaus berwarna biru motif merah dan putih di beberapa bagian.
"Beli dalam jumlah yang banyak ya ?"
"Iya, sekalian sablon" Jawab Indah.
"Kalau sekalian dengan sablon satu juta dua ratus" Ujar koko yang dengan sengaja menyentuh tangan Bela, berpura-pura tak sengaja.
Indah mengerling dan mengerjapkan matanya penuh arti, Bela hanya mengangkat kening cuek dan serius membolak balik salah satu kaus jersey.
Setelah yakin semua keperluan sudah selesai, keduanya lalu duduk menggeser kursi di depan meja pemilik toko, keduanya disodorkan air mineral botol ukuran mini.
"Terima kasih" Ucap keduanya bersamaan.
Pemilik toko menghitung semua perlengkapan olahraga yang sudah ditawar kedua gadis cantik ini, totalnya seratus dua puluh tiga juta.
"Kemahalan koko, apa gak dikurangi ? kita sudah mesan yang banyak loh, terus untuk desain sablonnya juga kita sudah siapkan" Bela meraih Nota pesanan yang ditulis koko.
"Baiklah untuk gadis cantik aku kasih 115, ini penawaran terakhir, gak bisa ditawar lagi. Bisa-bisa bangkrut saya kalo pembelinya seperti kalian berdua"
Ketiganya tertawa, masa menjual tak ada untungnya, dimana-mana penjual sudah menghitung untung dan ruginya. Jadi tak masalah jika ada pembeli yang menawar barang seperti kedua gadis cantik ini. Hanya saja untungnya tidak terlalu besar, hadiah untuk dua gadis manis dan seksi.
Disela-sela perbincangan dengan pemilik toko, Bela mengirim pesan melalui watshapp kepada ketua panitia harga pembelian. Dan balasan pesannya mereka diminta menunggu ditoko tersebut karena ketua panitia akan datang membawa beberapa kontrak yang harus ditanda tangani pemliki toko. Karena pembeliannya di atas lima puluh juta jadi harus menggunakan kontrak.
Sambil menunggu ketua panitia datang, Bela dan Indah berdiri untuk melihat-lihat sepatu olahraga.
"Yang itu bagus" Indah menunjuk sepatu yang berwarna Grey dengan garis merah muda melintang di atasnya.
"Iya, cocok juga kalau dipakai untuk aerobic"
Tak berapa lama ketua panitia yang bernama Gaply tiba di toko tersebut dan menghampiri mereka berdua.
"Kalian mau sepatu itu ?" tanya Gaply sambil menaruh tangan kanannya di bahu Bela.
"Pingin sih, mau empat pasang untuk kita berempat" Jawab Bela yang tak risih ketika tangan Gaply memegang pundaknya.
"Ya...ya siapa yang gak tau persahabatan kalian, buruan ambil biar dicatat sekalian dalam nota" Titah Gaply.
Sontak saja kedua gadis itu tertawa bahagia.
"Terima kasih, pak ketua baik sekali" Puji indah sambil mengerjapkan matanya ke arah Gaply.
Cuaca diluar sana mulai terlihat mendung, artinya sebentar lagi akan turun hujan, ketiga rekan kerja ini menuju meja pemilik toko dan mulai menyelesaikan semua urusan kontrak.
Kontraknya sudah siap karena sebelumnya sudah ada pembicaraan antara Gaply dan pemilik toko melalui sambungan telepon yang meminta nama lengkap dan kode rekening. Semua persyaratan sudah dikirim melalui watshapp tanpa sepengetahuan Bela dan Indah.
Ketika melihat kontrak yang sudah tertera nama pemilik, Bela memalingkan wajahnya ke arah Gaply.
"Dikantor nanti aku jelasin"
Setelah semua urusan selesai ketiganya keluar dari toko menuju area parkir. Indah yang menyetir dan Bela duduk disampingnya. Sedangkan Gaply mengendarai mobilnya sendiri.
Mobil mereka tiba bersamaan di area kantor. Sepasang kaki mulus turun dari mobil, siapa lagi kalau bukan Bela dan Indah. Keduanya menuju ruangan disusul Gaply.
Jatah makan siang mereka sudah ditaruh di masing-masing meja, semua pegawai mendapat jatah makan siang, jadi mereka ke kantin jika merasa bosan melihat menu yang itu-itu saja. Tapi kali ini Bela dan Indah memilih menyantap makanan dalam kotak yang sudah tersedia.
Mungkin karena terlalu lapar keduanya makan dengan lahap tanpa ada komentar seperti yang sering dilakukan Bela jika membuka kotak makanannya.
Belum juga habis makanan Bela, tiba-tiba dia merasakan sakit perut yang melilit, bukan hendak buang air besar tapi asam lambungnya naik. Rupanya dia lupa minum obat maag sebelum makan. Penyakitnya dan Kayla sama, asam lambung kambuh jika makan makanan yang pedas.
Sakit perut ini adalah kesalahannya sendiri, sudah tau tak boleh makan pedas, dia tetap memakannya, jika saja Kayla ada disini sudah pasti dia akan memperingatkannya lebih dulu. Menu kali ini sangat lezat, ayam goreng mentega. Tentu saja menggugah selera Bela, sehingga dia tak perduli dengan pedasnya makanan itu. Dia bisa saja makan yang pedas tapi harus didahului dengan minum obat. Kali ini dia lalai.
Melihat wajah Bela yang sudah pucat, Indah segera mengetuk ruang Kepala Bidang meminta izin untuk membawa Bela ke Rumah Sakit. Sontak saja Kepala Bidang kaget dan segera keluar. Melihat Bela yang nampak pucat, dia segera membantu memapah Bela menuju mobil. Semua mata para pegawai yang berada di luar memandangi mereka dengan penuh tanya.
"Apa yang terjadi padanya ?" Salah satu pegawai senior di kantor itu bergumam.
"Iya, wajahnya kelihatan pucat" Pegawai yang satunya menimpali.
"Dia dan Kayla itu punya penyakit asam lambung, mungkin sakitnya itu kambuh lagi"
Siapa yang tak tau Bela dan Kayla, dari pejabat senior sampe cleaning service tahu kedua gadis cantik itu. Namun rata-rata pegawai disana lebih menyukai Kayla karena pembawaannya yang humoris dan ramah, serta suka membantu orang.