Chereads / Menang Telak / Chapter 5 - Sisi Lain Faika

Chapter 5 - Sisi Lain Faika

Perhelatan Pekan Olahraga Pelajar Daerah sudah di depan mata, pagi ini semua panitia dikerahkan mengunjungi lokasi kegiatan. Tim Delagasi ikut serta memastikan Venue layak atau tidak untuk digunakan saat lomba nanti.

Hari itu Kayla dan Faika mendapat tugas menemani tim delegasi turun ke lapangan. Kayla dan Faika menggunakan mobil kantor dan tim delegasi menggunakan mobil lain yang disewa.

Sepanjang jalan tak ada pembicaraan yang berarti, Kayla fokus melihat jalan raya dan Faika sibuk memencet ponsel. Kayla sesekali melirik Faika yang duduk disebelahnya. Yang dilirik sedang asyik melihat layar handphonenya, dan sesekali tersenyum penuh arti.

Jelas, jika Kayla mulai penasaran dengan sosok Faika, mengingat cerita Bela tentangnya membuat Kayla mulai sangsi. Dia tak mau jika sematan pelakor padanya benar-benar terjadi diantara mereka.

Tujuan pertama adalah kantor Bupati, sekedar melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat, ketika sampai di pintu masuk, dia melihat petugas keamanan sedang berjaga bersama yang terdiri dari polisi dan satpol pp.

Ketika keduanya turun untuk melakukan koordinasi, petugas keamanan menghampiri Faika dan memberi hormat.

"Selamat siang bu"

Kayla menoleh ke sumber suara.

Terlihat Faika berbasa basi sebentar dengan polisi itu lalu mulai menyusul Kayla yang mulai melangkah perlahan menuju lantai dua.

"Itu tadi bawahan suamiku" tanpa ditanya Faika menjelaskan siapa polisi itu.

Kayla hanya manggut-manggut, saat ini mereka harus menunjukan profesionalitas dalam bekerja sehingga hal-hal yang dianggap kurang penting diabaikan sesaat dan fokus pada tujuan. Rupanya Faika menyadari itu, tentu saja dia mengetahui apa yang ada dalam pikiran Kayla saat ini.

Menurut pandangan Faika tentang Kayla, ternyata ada saatnya dia bercanda dan ada saatnya dia terlihat sangat serius seperti yang terlihat sekarang. Betapa antusiasnya Kayla berbicara dengan Kepala Biro Humas dan Protokoler tentang kesiapan pemda menjadi tuan rumah saat POPDA digelar.

Koordinasi selesai, lalu keduanya segera bergabung dengan tim delegasi meninjau venue yang akan digunakan untuk bertanding. Terdapat sepuluh cabang olahraga yang akan dipertandingkan nanti.

Bukan tugas Faika dan Kayla untuk menetapkan layak dan tidaknya lokasi pertandingan, sehingga mereka hanya diam dan ikut berjalan kemana saja tim delegasi bergerak.

"Kamu mungkin sudah mendengar tentang aku" Suara Faika mengagetkan Kayla yang asyik mengambil gambar beberapa lokasi.

"Sedikit sih" Jawab Kayla sambil tetap fokus mengambil beberapa gambar.

"Apakah menurutmu aku bukan wanita yang baik ?"

Hah ? Kayla berhenti mengambil gambar dan menatap Faika dengan tajam.

"Aku pernah dituduh sebagai perusak rumah tangga orang" Faika melangkah mendekati Kayla yang sedang berdiri menatapnya.

"Penilaian masing-masing orang itu berbeda" Kayla kaget juga dengan penuturannya sendiri. Sejak kapan dia bijak untuk hal-hal begitu.

"Kamu benar, tapi aku tidak menyalahkan mereka, resiko isteri kedua itu harus menelan pil pahit tentang pelabelan itu"

"Yah, begitulah. aku yakin kau pasti punya alasannya"

Sepertinya perbincangan ini akan memakan waktu lama, akhirnya Kayla mengajak Faika untuk duduk di sebuah cafe yang tak jauh dari lokasi, sambil menunggu tim delegasi menyelesaikan pengecekannya.

Agar tidak diusir pemilik cafe, Kayla dan Faika memesan minuman dingin, sambil menunggu pesanannya datang Faika melanjutkan penuturannya yang sempat terjedah beberapa saat.

"Sebenarnya aku menikah ketika suamiku sudah menceraikan isteri pertamanya"

Kayla mendongak, jika dilihat dari matanya Faika berkata benar, tak ada kebohongan disana.

"Terus, suamimu masih bertugas di Kota H ?"

"Tidak, suamiku dipindah tugaskan ke Kota T, makanya aku harus ikut pindah"

Oooh...ternyata ini kisahnya. Ah Bela pasti mendengarkan cerita dari kubu lawan...Memikirkan itu Kayla cengengesan.

"Kenapa ?" tanya Faika.

Pesanan mereka diantar waiters, sambil menyeruput orange jus Kayla berkata.

"Yang kudengar tentangmu, mungkin saja itu dari mereka yang tidak menyukaimu"

"Hehe...kau benar, sejak aku menikah teman-teman seakan menjauhiku. Aku hanya bersabar dan terus berdoa yang terbaik untuk keluarga kami, akhirnya seperti yang kau tahu sekarang, aku akhirnya bisa bertemu denganmu"

"Benar, ini adalah rencana Tuhan yang kita tidak tau, oh ya, apa dari pernikahan sebelumnya suamimu memiliki anak ?"

"Itulah salah satu alasan kenapa suamiku bercerai dari isteri pertamanya, lalu bertemu denganku setelah sebulan bercerai"

Kayla mendengar penuturan Faika mulai gerah, berarti salah satu faktor terjadinya perceraian itu karena tak punya keturunan.

Faika menyentuh tangan Kayla yang terasa dingin, mungkin karena memegang jus yang dingin jadi seperti itu, atau mungkin juga karena cerita Faika membuatnya was-was.

"Kamu mengkhawatirkan suamimu ?"

"Oh...ti..tidak !" Kayla terbata-bata.

"Jangan terlalu dipikirkan, bukankah usia pernikahan kalian baru berjalan setahun ? aku juga ketika menikah, dua tahun baru bisa punya anak"

"Benarkah ?" Ada sebuah harapan baru yang tergambar di wajah Kayla saat ini.

"Mungkin saja suamiku hanya bisa memberikan alasan itu padaku, tapi kita kan tidak tau kehidupan mereka yang sebenarnya, bisa saja perceraian itu karena faktor yang lain"

"Aku hanya bisa menyarankan padamu, teruslah berdoa dan berusaha, jangan putus asa"

"Terima kasih" Kayla menghabiskan semua jusnya lalu mengambil tisu dan menyeka bibirnya.

Faika menggenggam tangan Kayla "Jangan sungkan-sungkan jika kau membutuhkan sesuatu, katakan padaku, aku akan berusaha membantumu semampuku"

Senyum tulus Faika membawa kedamaian di hati Kayla. Mungkin Tuhan punya rencana untuk membiarkan mereka berdua saling mengobrol satu sama lain, sebenarnya Kayla jika melakukan perjalanan dinas selalu berdua dengn Bela. Namun hari ini surat tugasnya berubah karena Bela dan Indah ditugaskan membeli perlengkapan olahraga.

Menjelang petang Tim Delegasi telah menjalankan tugasnya, dan kini mereka bersiap-siap kembali ke Kota T.

Saat Kayla menuju parkiran tak sengaja sudut matanya menangkap keakraban salah satu tim delegasi dengan Faika. Mereka terlihat sudah saling kenal, tawa dan tangan Faika yang sesekali memukul lengan salah satu tim delegasi yang cukup tampan itu membuat Kayla mulai meragukan Faika.

Apakah seperti ini cara bergaulnya ?

Kayla tak ambil pusing, lalu segera masuk kedalam mobil. Sambil menunggu Faika, Kayla membuka watshapp, rupanya ada sebuah pesan yang membuat Kayla ingin muntah.

"Lagi dimana sayang ?"

Pesan dari suami Bela ini pasti bukan nyasar tapi sengaja. Kayla kesal, ingin memakinya namun menjaga persahabatannya dengan Bela akhirnya hanya menjawab singkat.

"Bapak salah sambung"

Lalu balasan pesannya malah emotion love. Ihhh....tak sadar saking kesalnya tangannya memukul setir mobil sehingga menyentuh klakson yang berbunyi sangat nyaring.

Faika terkejut dan segera membuka pintu mobil dan duduk disamping Kayla. "Maaf telah membuatmu menunggu"

"Aku yang harusnya minta maaf, tadi itu aku sedang kesal dengan pesan nyasar dan tak sadar membunyikan klakson"

Faika menatapnya, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman Kayla menyodorkan ponselnya. Faika melihat sesaat pesan watshapp Kayla yang masih terbuka.

"Bukankah ini suami Bela ?" Pertanyaan Faika menggantung.

Kayla hanya mengangguk dan menjalankan mobilnya dengan perlahan meninggalkan area parkiran. Disusul iring-iringan mobil tim delegasi di belakangnya.