Chereads / Menang Telak / Chapter 2 - Pertengkaran

Chapter 2 - Pertengkaran

Falsh Back On

Menjelang subuh Kayla bangun menjalankan semua rutinitas paginya, dari sholat, menyapu, mencuci piring dan memasak. Setelah memastikan semua selesai Kayla dengan semua peralatan mandinya menuju kamar mandi yang terletak di bagian belakang.

Pagi ini Kayla siap-siap akan ke kantor Gubernur menerima sumpah setia sebagai abdi Negara, Kayla tak mempersoalkan penempatan kerja, baginya ditempatkan dimana saja sudah merupakan anugerah baginya.

Sebelum Kayla melangkahkan kakinya keluar, terdengar keributan dari arah dapur.

"Ma, Kayla itu isteriku, tolong perlakukan dia dengan baik" Terdengar perdebatan antara Iyan dan Ibunya.

"Kenapa ? Kau membela isteri mandulmu itu ? dengar Iyan aku menolak menantu mandul itu tinggal di rumah ini. Titik !"

Kayla tertegun, hatinya sakit mendengar pertengkaran itu, apa salahnya dengan diriku ? jika saat ini aku tak punya anak, artinya Tuhan belum menganugerahkannya saat ini.

Dengan hati yang pilu Kayla menuju dapur, memohon pamit pada suami dan mertuanya.

"Bang, aku ke kantor, hari ini penyerahan SK CPNS"

Kayla mencium tangan suaminya, lalu saat dia hendak mencium tangan ibu mertuanya, sang ibu langsung berdiri masuk ke kamar.

"Sudah, jangan di ambil hati, ayo aku antar"

Hari ini Kayla ingin menegur suaminya terkait pertengkaran itu, tapi karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.30, Kayla memendamnya. Pulang kantor barulah dibicarakan. Begitu kata hatinya.

Dari SK CPNS yang diterima tahulah Kayla jika ia ditempatkan di Dinas Kepemudaan dan Olahraga, tak apalah toh sarjana ekonomi ditempatkan di instansi manapun bisa. Saat itu juga Kayla melaporkan diri, sebagian pegawai menyambutnya dengan hangat namun tak sedikit juga yang mencibir melihatnya.

Kayla mencoba melihat pantulannya di kaca pintu ruangan kepala dinas, tak ada yang salah dengan penampilannya, memakai blouse putih dan rok hitam sebatas lutut, kaki mulusnya tertutup stoking yang panjang, sepatu hitam hak rendah. Tak ada yang aneh, rambutnya juga dibiarkan tergerai sebahu. Memakai makeup tipis terlihat natural tak terlalu mencolok. Bahkan asisten kepala dinas menyapanya dengan sebutan cantik.

Ah...bodoh amat, biarkan mereka tetap dengan pemikirannya.

Karena ini baru hari pertama, Kayla memohon izin untuk pulang, dia berjanji besok pagi akan datang lebih awal.

Kayla ingin menyelesaikan masalah antara suami dan ibunya, dia segera menelpon suaminya agar segera di jemput di kantor Dispora.

Mengendarai motor matic Honda, mereka tiba di rumah. Jarak antara kantor dan rumah hanya ditempuh dalam waktu 10 menit perjalanan.

Kayla segera membuka baju hitam putihnya, lalu memanggil suaminya yang saat itu sedang mengambil air minum di dapur.

"Iya sayang ada apa ?"

Kayla menatap suami tampannya ini, dia sungguh bersyukur berjodoh dengan suami yang sangat menyayanginya. Walau perkenalan mereka hanya melalui dunia maya tapi nyatanya suaminya dari keluarga baik-baik.

Kayla menarik tangan suaminya untuk duduk ditepi ranjang bersamanya.

"Masih pagi, apa jatah semalam belum puas ?" Seloroh suaminya.

"Tidak lucu ah, aku hendak membicarakan sesuatu yang penting"

Kayla berkata dengan memonyongkan mulutnya, sebisa mungkin dia mencari kata-kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan suaminya.

"Apa itu ? anak lagi ? sudahlah Kayla, aku bosan membicarakan soal anak"

Kayla menjitak kepala suaminya manja. "Dengar dulu penjelasanku baru itu ngomel"

"Ya...ya, ada apa ?"

Kini Iyan menatapnya dengan serius, Kayla jika sudah bicara tak bisa dibantah lagi, cerewet namun penurut.

"Kau harus minta maaf pada ibumu" Kata Kayla pelan.

"Apa ? dengar Kayla, mama berkata buruk tentangmu dan kau ingin aku minta maaf ?" Iyan dibuat keheranan.

"Emangnya salah ? dengar bang ! Kau bisa mendapatkan seribu Kayla diluar sana tapi tidak seorang ibu. Ingat ! Sorga ada di bawah telapak kaki ibu" Kayla menjelaskan panjang lebar maksud dan tujuannya.

Iyan menatap Kayla tak percaya, tadi pagi ibunya mengata-ngatainya bahkan hendak mengusirnya dari rumah ini lalu, sekarang bukannya protes tapi malah memintanya minta maaf. Memang mereka tidak lama pacaran, agak sulit mengetahui karakter masing-masing, tapi gadis yang diketahuinya suka emosian itu kini malah terlihat tabah. Apa dia tidak salah ?

"Kau...!"

"Sudah sana, minta maaf. Dengar, kau tau jika selama ini aku tak pernah menuntut uang darimu karena aku pikir sudah sebaiknya uang itu kau berikan pada ibu. Beliau melahirkan dan membesarkanmu sampai seperti ini tampa pamrih loh. Jadi aku yang datang setelahnya tak akan menuntut lebih jika itu untuk keperluan ayah dan ibu"

Ayah ibunya yang tadinya hendak datang untuk mengata-ngatai Kayla, tertegun di depan pintu. Mereka mengira Kayla akan memprovokasi anaknya tapi ternyata kata-katanya sangat menyentuh hati.

Itulah awal yang baik antara menantu dan mertua. Kayla sangat disayangi, bahkan tak ada lagi obrolan mengenai anak di dalam keseharian mereka.

Kayla pun tak lagi merasa sedih, bahkan sekarang ketika dia bangun tidur ibu mertua melarangnya memasak, tak ingin menantunya ini terlambat masuk kantor.

Saat Kayla mengutarakan ingin membeli sebuah rumah, mertuanya memberi dukungan. Suaminya saja yang sedikit protes karena tak punya uang yang banyak untuk beli rumah.

"Bang, aku akan pinjam uang di bank, bunganya kecil kok, nanti setoran bulanannya dipotong dari gajiku"

Flash back Off.

Mereka kini menempati rumah baru yang dibeli Kayla dari hasil pinjaman di bank, tentunya dengan menggadaikan SKnya sebagai pegawai Negeri Sipil.

Kayla kini menata rumahnya dengan rapi, isi rumah dibelinya dari hasil kredit. Iyan tak sedikitpun merogoh kocek untuk keperluan sehari-hari. Kayla yang terus cari modal untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.

Setiap bulan Kayla tak mampu menyisihkan sedikitpun untuk sekedar persiapan biaya tak terduga. Gajinya selalu habis dalam sebulan, bayar listrik, air pdam, beli beras lauk pauk dan keperluan sehari hari.

Kini Kayla mengeluh kelelahan, karena selain pekerjaan rumah, pekerjaan di kantor pun mulai menumpuk. Kayla tak mampu membayar pembantu, minta uang pada suami takut malah menyinggung perasaannya. Akhirnya Kayla menanggung pil pahit ini sendirian, untung di kantor dia sudah menemukan seorang sahabat baik yang selalu mengerti dirinya. Sahabat baiknya yang bernama Bela itu setiap saat berkunjung ke rumahnya, jika dia kehabisan uang maka Bela yang meminjamkannya, bahkan terkadang Bela berkata "Tak usah dikembalikan"

Nyaris setiap bulan seperti itu, membuat Kayla malu. Karena tak ingin membebani orang lain, terpaksa Kayla makan sehari sekali. Tapi suaminya malah protes jika tak ada menu di atas meja. Menu harus sesuai selera suami, Kayla hanya mengutuk kebodohannya. Bodoh karena terlalu berlagak perduli dan tak ingin menyulitkan suami. Semua kebutuhan rumah tangga dipenuhinya, dia layaknya seorang kepala rumah tangga. Diluar sana orang berpikir jika mereka adalah pasangan berduit, tak sedikit masayarakat setempat datang meminta bantuan mereka. Jika sudah begitu Kayla hanya bisa tersenyum dan memenuhi semua keinginan masyarakat.