Chereads / Hanna's first love (Bahasa Indonesia) / Chapter 52 - Di Rumah Kontrakan Haris

Chapter 52 - Di Rumah Kontrakan Haris

"Nak Taka, apakah kamu pacaran sama Hanna?," Tanya Haris baik-baik.

"Tidak om," sambil menggeleng sopan.

"Begitu ya rupanya," mendengar pengakuan Taka, Haris sedikit merasa lega.

"Tapi sebenarnya, saya sedang berusaha mendekati Hanna om," Taka memberanikan diri untuk berkata jujur.

"Jika boleh, saya ingin meminta ijin kepada om Haris untuk dekat dengan Hanna lebih dari sekedar teman," sambil menundukkan kepala.

"Saya salut dengan kejujuran kamu, pertama saya ingin mengucapkan terimakasih atas niat baik kamu terhadap anak saya, saya merasa senang jika ada seseorang yang menyukai Hanna, namun disisi lain, sebagai ayah, saya merasa sedih dan takut jika Hanna nantinya merasakan kekecewaan karena cinta, jadi om minta kepadamu, tolong jaga Hanna baik-baik," kata Haris jujur.

"Saya janji akan menjaga dan tidak akan pernah menyakiti Hanna om," sambil menatap mata Haris.

Haris menganggukkan kepala yang berarti menerima permintaan Taka untuk mendekati Hanna.

"Tapi ada satu hal yang saya ingin bicarakan lagi kepadamu," kata Haris serius.

"Apa itu om?," Taka mendengarkan dengan seksama.

"Malam ini, saya ijinkan kamu beristirahat menginap di rumah bersama anak saya, tapi awas saja kalau kamu macam-macam dengannya, mengerti?!."

Ekspresi Haris berubah seratus delapan puluh derajat, yang tadinya ramah dan berbicara baik kepada Taka, kini tatapannya lebih tajam dan menyeramkan.

"B... Baik om, saya janji," jawab Taka gugup.

"Baik, kalau begitu, kamu hati-hati di jalan."

"Saya permisi dulu om."

Taka tidak menyangka, Haris bisa seseram itu, seperti bapak-bapak galak yang tidak ingin anak perempuannya di sentuh.

Maka Taka pun teringat ciumannya dengan Hanna semalam, dalam benak Taka berkata.

"Bagaimana ini, padahal sebelum bertemu om Haris aku sudah mencium anaknya kemarin. Ah... Perjanjian ini membuatku semakin takut saja," sambil menghela napas.

Hanna yang sedang duduk menunggu, segera berdiri melihat Taka keluar dari ruangan ayahnya, dan bertanya.

"Ayah tadi bilang apa?."

"Tidak apa-apa, dia baik-baik saja."

Mendengar itu, Hanna pun mengajak Taka untuk segera pulang dan istirahat.

Hanna dan Taka pulang dengan hanya berjalan kaki, karena, selain jarak antara rumah sakit menuju rumah kontrakan Haris dekat, di rumah kontrakan Haris juga tidak mempunyai lahan yang cukup luas untuk memarkirkan mobil. Maka dari itu mereka berjalan kaki.

Di perjalanan, Hanna melewati rumah yang dulu pernah dia tempati bersama ayah dan ibunya.

Hanna melihat rumah besarnya yang masih terdapat papan bertuliskan rumah ini disita dan terlihat lusuh, kotor, lantai yang penuh debu karena tidak di sapu oleh penghuninya itu membuat Hanna berpikir bahwa harapan untuk tinggal bersama kedua orang tuanya sudah tidak ada lagi.

Mengingat Haris dan Kirana tidak lama lagi akan sah bercerai, dan Kirana juga akan menikah setelah perceraiannya dengan haris. Usaha dan harapan Hanna untuk mempersatukan kembali Haris dan Kirana pun sirna.

Taka memperhatikan Hanna yang sedang melihat ke arah rumah yang entah itu rumah siapa, Taka tidak tahu.

Yang ada di benak Taka melihat rumah itu adalah seperti rumah hantu. Taka tidak melihat bahwa di rumah itu terdapat papan bertuliskan rumah ini disita.

"Kamu kenapa Han, melihat ke arah rumah tadi terus menerus? Apakah ada yang aneh dari rumah itu?," Tanya Taka penasaran apakah perempuan yang dia sukai itu bisa melihat sesuatu yang gaib.

"Tidak apa-apa," Hanna menjawab santai sambil membuka kunci pintu rumah kontrakan ayahnya.

Mereka berdua pun masuk kedalam rumah.

Dan langsung bersiap untuk menyiapkan makan malam.

Karena selama di rumah sakit, Hanna dan Taka hanya makan sekali sewaktu pagi di kantin rumah sakit.

Selagi Hanna mencari bahan makanan yang bisa di masak di lemari kulkas, Hanna menyuruh Taka untuk mandi terlebih dahulu.

Hanan juga menyiapkan baju dan handuk untuk Taka.

Karena hanya ada mereka berdua di dalam rumah itu, sesungguhnya hati mereka sama-sama tidak karuan.

Di dalam kamar mandi, Taka membuka sedikit pintu dan menerima baju ganti dari Hanna, hati Taka pun berdebar, tak jauh beda dengan Hanna.

Diluar, Hanan pun merasa deg-degan mengetuk pintu kamar mandi dan menjulurkan tangannya yang membawakan handuk dan baju ganti untuk Taka kedalam kamar mandi sambil kepalanya menghadap ke arah yang berlawanan dengan pintu.

Setelah baju dan handuk di terima Taka, Hanna pun melanjutkan aktifitas memasaknya.

Saat Hanna sedang menumis, Hanna Terkaget karena Taka yang tiba-tiba berada di belakangnya sedang berdiri dan berkata

"Biar aku gantiin Han."

"Kamu ngagetin aku aja," kata Hanna sambil mengerutkan badannya terkaget.

"Maaf, aku tidak bermaksud ngagetin kamu, ini biar aku yang urus, kamu mandi saja dulu," pinta Taka.

"Ah iya, tolong kamu tumis sampai harum ya, jangan sampai gosong, lalu kasih air yang ada di gelas yang sudah aku siapkan itu, kalau sudah mendidih masukkan sayurnya, oke," sambil tersenyum menatap wajah Taka yang berada di atas kepalanya.

"Oke Hanna ku," kata Taka sambil mendekatkan hidungnya ke hidung Hanna.

Hanna yang hanya bisa terdiam melihat perlakuan Taka terhadapnya dan sudah lama sekali Hanna tidak mendengar kata-kata itu.

Ya, kata "Hanna ku" itu mengingatkan Hanna saat duku mereka masih berpacaran. Setelah itu, Hanna melangkah kan kakinya menjauh dari Taka dua langkah. Sebelum pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Hanna berbicara kepada Taka.

"Oh iya aku akan mandi dengan cepat, jadi kamu tidak perlu memasukkan sayurnya."

"Jangan selalu merepotkan dirimu sendiri, mandilah dengan santai, serahkan semua ini padaku," kata Taka sambil melirik Hanna dan tersenyum.

Hanna pun ikut tersenyum dan meninggalkan Taka bersama sayur-sayuran ayahnya itu.

.....