Seperti biasanya, sebelum Taka mengantar Hanna pulang ke rumah, dia mengajak Hanna untuk makan terlebih dahulu. Hanna pun menerima ajakan Taka dengan menganggukkan kepala.
Taka menanyakan kepada Hanna, makanan apa yang sedang ingin dia makan sekarang, Taka pun menyebutnya satu persatu.
Hanna tidak seperti biasanya yang menerima apa saja makanan yang nantinya akan dia makan, namun kali ini Hanna menolak ajakan Taka saat menyebutkan makanan sate, soto maupun bakso, Hanna pun tidak tahu makanan apa yang nantinya tidak mengotori pakainya.
Jika memakan makanan yang berkuah atau terdapat bumbu kacang atau sambel, Hanna takut nantinya jika kuah dan bumbu itu jatuh dan mengenai pakaian mahalnya atas kecerobohannya yang biasanya dia lakukan.
Maka Hanna pun menemukan makanan yang tepat untuk dia makan saat ini, makanan itu adalah.
"Nasi goreng! aku ingin makan nasi goreng."
"Apa kamu sedang sekepingin itu makan nasi goreng sehingga mengatakannya saja begitu bersemangat?," Jawab Taka.
Hanna berkata "iya," sambil melihat kearah jalan yang ada di kaca depannya saja.
Taka pun mengajak Hanna ke suatu restoran yang menyajikan nasi goreng paling enak yang biasanya dia kunjungi bersama keluarga. Namun restoran itu sudah tutup karena jam menunjukkan pukul sepuluh lewat.
"Sudah tutup ya," kata Taka sambil melihat jam tangannya.
Sebagai gantinya, Hanan menunjuk nasi goreng tuk-tuk Yang berada tidak jauh dari restoran tersebut.
"Bagaiman kalau nasi goreng yang itu saja?," kata Hanna sambil menunjuk.
"okeh, kita kesana," jawab Taka.
Mereka pun memesan dua porsi nasi goreng. Hanna menduduki kursi dengan hati-hati agar tidak merusak dress yang di pakainya.
Beberapa menit kemudian, Taka
Menerima pesanan nasi gorengnya.
"Terimakasih pak," kata Taka.
Hanna memakan makanannya tidak seperti biasanya, dia begitu perlahan dan hati-hati agar tidak ada satu biji nasi goreng yang jatuh di atas pakaiannya.
Meminum es teh manis juga sama, Hanna dengan perlahan mengenyampingkan badannya hanya untuk meminum es teh manisnya.
Setelah meminum, es teh manis pun di taruhnya jauh dari hadapannya agar tidak tersenggol oleh kecerobohannya lalu menumpahkannya sehingga mengenai baju yang dipakainya itu.
Dari awal Hanna terlihat aneh di mata Taka, namun Taka hanya mengamatinya saja. Dalam hati Taka tertawa melihat cara makan Hanna yang tidak seperti biasanya itu.
Setelah keduanya menyelesaikan makannya, Hanna merasa lega karena tidak ada kecerobohan sama sekali yang dia lakukan.
"apakah kamu sudah menyelesaikan makananmu?," tanya Taka.
"Em, aku sudah selesai," jawab Hanna.
"kita pulang sekarang?," ajak Taka.
Hanna pun menganggukkan kepala dan mereka pun berdiri untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Saat berdiri, Hanna tidak sengaja dress bagian depannya robek terkena tonjolan paku yang ada di meja, untung saja, tonjolan paku itu tidak terkena kulit Hanna dan hanya merobekkan dressnya saja.
Taka pun panik jika paku itu tergores mengenai kulit Hanna, namun untung saja, karena ketebalan dress yang di pakai Hanna cukup tebal, maka, kulit Hanna tidak sampai terkena goresan paku tersebut.
Hanna pun sama paniknya dengan Taka, namun panik keduanya sungguh dalam konteks yang berbeda.
Jika Taka panik karena takut Hanna terluka, maka Hanna panik dan berteriak karena dressnya yang robek.
"Bagaimana ini," Hanna panik.
"Apa kamu tidak apa-apa Han," tanya Taka sambil mengecek apakah kulit Hanna tidak terkena paku.
"Aku tidak apa-apa Ka, tapi dressnya robek."
"Syukurlah jika hanya dressnya," Taka menenangkan Hanna dengan melepaskan jas miliknya untuk menutupi bagian baju Hanna yang robek yang terlihat Kulit pahanya.
Sesampainya di depan rumah Hanna, Hanna membuka pintu mobil namun Taka menahannya karena ada mobil yang sedang lewat.
Kecerobohan Hanna akan selalu melekat di dalam diri Hanna, jika saja Taka tidak menahan Hanna saat membuka pintu mobil, mungkin saja bisa terjadi tabrakan.
Untung saja mobil yang lewat itu berjalan dengan perlahan, sehingga Taka menyadari bahwa ada mobil yang sedang melaju dan menahan Hanna untuk keluar dari mobilnya.
Mereka berdua berdiam di dalam mobil sejenak. beberapa detik kemudian, Hanna pun pamit untuk keluar dari mobil Taka, kali ini Taka masih menahan Hanna untuk keluar dari mobilnya.
"Tunggu Han," kata Taka menahan.
Hanna yang menutup kembali pintu mobil Taka dan menoleh kearah Taka.
"Iya?," balas Hanna bertanya.
"Aku ingin meminta sesuatu darimu."
Mendengar itu perasaan Hanna tidak karuan, karena terpikir di benaknya yang tidak-tidak.
"Iya?," tanya Hanna sok tenang.
"Aku mau meminta jas ku kembali, agar kamu tidak perlu repot-repot untuk mengembalikannya," jawab Taka santai.
"Ah... jas... iya benar," Hanna melepaskan jas Taka yang masih di pakainya menutupi bagian pahanya yang terlihat karena robek.
Setelah mengembalikan jas Taka, Hanna pun masuk kedalam rumah dan Taka pun kembali pulang.
dalam perjalanan menuju kamar, Hanna berbicara dalam hati.
"Benar juga, jasnya kan masih aku pakai, tidak mungkin kan Taka meminta sesuatu yang tidak masuk akal."
Hanna menyingkirkan pikiran yang tidak-tidak sebelumnya terhadap Taka.
Di kamar, Hanna berjalan lemas, menutup pintu kamar dan merebahkan badannya di atas kasur. Menaruh telapak tangan di atas dahinya.
Memegang handphonenya lalu menaruhnya kembali dan berkata.
"Bahkan baju ini seharga tiga puluh kali lipat dari harga handphone ku."
"Tapi aku sudah merobeknya, betapa cerobohnya aku ini," sambil menggosok-gosokkan kepalanya dengan tangan
"Ah sudah lah, lebih baik aku istirahat dan tidur."
Hanna pun bangun dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.
.....