Hanna berada di taman dekat rumahnya yang dimana terdapat ayunan. Di situlah Hanna duduk berayun seperti anak kecil.
Tak lama, Hanna menjerit setelah mendengar suara berat laki-laki yang berteriak.
"Waaaaaaaaaaa!!!."
Laki-laki itu adalah Gala yang terkaget melihat Hanna yang dia kira adalah rumor anak kecil yang berayun di ayunan malam-malam.
Dengan rambut acak-acakan terurai kedepan, Gala tidak bisa melihat wajah Hanna yang sedang duduk di ayunan, apa lagi lampu taman itu berkedip-kedip.
Lampu taman memang kadang menyala normal kadang berkedip-kedip tidak normal.
Rumor yang dibilang Tetangga itu adalah tentang anak kecil yang meninggal tertabrak motor saat menyeberang ke arah taman tersebut.
Konon sampai sekarang arwah anak kecil itu masih bergentayangan bermain ayunan disaat malam hari.
Karena sama berteriak, Hanna dan Gala menyadari bahwa mereka adalah teman satu sekolah.
"Hanna," kata Gala menyapa.
"Gala?," Hanna bertanya apakah dia benar Gala.
"Iya, ini aku Gala, kamu ngapain malam-malam disini?," Kata Gala.
Hanna tidak menjawab pertanyaan Gala, melainkan memarahi Gala karena membuat dirinya kaget.
"Kamu tuh ngaget-ngagetin saja, jantung ku hampir copot tahu."
"Kamu sih serem banget, mana tadi enggak kelihatan mukanya lagi, aku pikir, arwah anak kecil tabrak lari yang di bilang tetangga itu benar."
"Dasar, jadi kamu kira aku itu hantu," sambil memukul bahu Gala.
Hanna dan Gala duduk di taman bersama, dan meminum minuman yang kebetulan di bawanya pulang dari mini market.
"Kamu ngapain Han duduk sendirian disini, kamu sedang ada masalah?," Tanya Gala yang sebenarnya tidak kalah introvert dari Hanna.
Rasa sedih yang melanda hati Hanna tadi yang sempat menghilang karena teriakan Gala, kini kembali lagi sebab pertanyaan Gala.
Hanna tidak menjawab pertanyaan Gala melainkan mendongakkan kepalanya ke atas melihat langit, agar air matanya tidak terjatuh.
Gala yang tidak begitu peka, malah ikutan melihat keatas langit.
Keheningan itu membuat Hanna semakin sedih, air matanya mengalir dari samping. Kebetulan Gala yang sedang melihat Hanna tahu bahwa Hanna sedang menangis.
Gala ingin sekali menanyakan kesedihan Hanna, namun tidak dia katakan, yang dia lakukan adalah, mengusap air matanya yang mengalir ke samping menuruni pipi.
Hanna yang menyadari itu, langsung membersihkan air matanya dan berkata.
"Angin malam perih juga ya Ga," sambil mengucek matanya.
"Angin malam apanya, jelas-jelas kamu sedang menangis," kata Gala mengejek dengan muka datarnya.
Hanna yang malu tidak ingin Gala mengetahui kesedihannya, dia pun menyangkal Gala dengan berbagai alasan.
"Tin... Tin...," Suara klakson motor Taka.
Hanna dan Gala menoleh kearah suara klakson itu. Melihat Taka menghampiri mereka berdua. Hanna dan Gala pun berdiri dari tempat duduknya.
"Taka...," sapa Hanna.
"Bisa ikut aku sebentar?," Pinta Taka sambil menarik tangan Hanna meninggalkan Gala.
Melihat sikap Taka yang seenaknya saja, Gala juga menarik tangan Hanna agar Hanna tidak meninggalkannya.
Langkah Taka pun tertahan karena tangan Hanna yang satunya di tarik oleh Gala. Taka dan Gala pun untuk kesekian kalinya bertatapan di bawah lampu taman yang berkedip.
Melihat mereka berdua, Hanna pun memutuskan untuk mengikuti Taka saja, alih-alih memisahkan mereka dari kemungkinan terjadinya perkelahian.
"Aku tidak apa-apa Ga, terimakasih untuk minumannya, aku pergi sama Taka dulu ya," Hanna berpamitan, meyakinkan Gala.
Barulah Gala melepaskan tangan Hanna yang telah di tariknya tadi. Gala mengepalkan tangannya ketika melihat punggung Hanna berjalan bersama Taka dan berbicara sendiri.
"Aku gak bisa melihat orang yang seenaknya sendiri seperti itu," sambil berlari menghampiri Taka.
"Taka," teriak Gala memanggil nama Taka.
Taka pun berhenti berjalan dan menoleh kebelakang.
"Lain kali aku tidak ingin melihat kamu tidak sopan lagi dengan menarik tangan Hanna, mengerti?!."
"Ha? Emm..... Baiklah," Taka terbengong dan menganggukkan kepalanya yang berarti mengiyakan.
Barulah Gala meninggalkan mereka berdua dan kembali pulang. Untuk kedua kalinya Gala membiarkan Hanna pergi bersama Taka.
Hanna pun tidak kalah terbengongnya, disisi lain Hanna bersyukur karena tidak terjadi sesuatu yang membahayakan siapapun.
.....