Hari jumat pukul sepuluh pagi, hari dimana ujian akhir semester berakhir, semua murid keluar dari kelas masing-masing setelah bell kelas berbunyi.
Beberapa nilai ujian sudah terpampang di mading sekolah, Hanna dan yang lain melihat nilai ujian mereka masing-masing.
Tidak lupa Hanna melihat nilai ketiga anak bandel yang telah mendapatkan bimbingan belajar darinya.
Nama Gala, Darren dan David tidak satu pun dari nama mereka masuk dari daftar murid gagal dalam ujian. Bahkan nilai mereka semua diatas delapan puluh.
Hanna memberi tahukan hal itu kepada Sesha, Sesha yang belum melihat nilai ujian, langsung mengeceknya di mading.
Sesha melihat sendiri nilai Gala, Darren dan David, seperti apa yang di katakan Hanna, mereka bertiga berhasil mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Hanna dan Sesha pun berlompat kegirangan, karena merasa berhasil membuat ketiga anak bandel itu belajar dengan benar.
Keputusan sekolah untuk tidak menaikkan kelas pada ketiga anak itu di batalkan, karena mereka mempunyai potensi untuk memperbaiki nilai yang tertinggal.
Setelah selesai melihat pengumuman nilai ujian, Hanna dan Sesha pun pulang kerumah, mereka mulai berpisah tepat di gerbang sekolah. Hanna naik angkutan umum sedangkan Sesha naik mobil jemputannya.
Sesampainya di rumah, Hanna mengganti bajunya dan bersantai menonton televisi. Mengetahui ibunya di rumah, Hanna bertanya.
"Hari ini ibu tidak pergi ke kantor?."
"Hari ini ibu mengambil cuti karena ada keperluan," sambil bersiap membawa tas yang biasa dia pakai untuk bekerja.
"Keperluan apa?," Tanya Hanna sambil memakan keripik pisang.
"Ibu berangkat dulu ya, Assalamualaikum," berjalan keluar rumah.
Karina tidak menjawab pertanyaan terakhir Hanna dan langsung pergi meninggalkannya, Hanna yang tidak tahu keperluan apa yang sedang ibunya selesaikan hanya bisa menjawab salam dari ibunya dan menyuruh ibunya untuk berhati-hati di jalan.
Suara ringtone telepon handphone Hanna berbunyi, di raihnya handphone yang ada di meja dan mengangkat telepon dari Gala.
"Halo, kenapa Ga?," Jawab Hanna.
"Gak kenapa-kenapa, cuma mau ngingetin, hari Minggu aku akan jemput kamu di rumah jam satu siang."
"Ah iya... Mulai pertandingannya jam tiga sore kan?," Tanya Hanna.
"Iya, besok santai aja, jangan terburu-buru."
"Em... Ngomong-ngomong, kamu sudah lihat hasil ujian belum?," Tanya Hanna.
"Belum, memangnya sudah keluar?," Tanya Gala yang tidak pernah tahu kapan pengumuman ujian dan bisa dilihat dimana.
"Kalau kamu tahu pasti kamu tidak akan menyangka deh Ga," suara Hanna yang sedikit bersemangat dari sebelumnya.
"Gak nyangka gimana?," Tanya Gala santai.
"Hasil nilai ujian kamu yang terpampang di mading, semuanya di atas angka delapan puluh, itu artinya kamu berhasil dan tidak perlu mengulang ujian lagi."
"Ha? Yang benar kamu Han?," Gala tidak menyangka karena selama ini nilai Gala tidak pernah mencapai angka lima puluh.
Saat mengerjakan soal ujian, Gala tidak merasa ada perbedaan sebelum belajar maupun setelah belajar kelompok bersama Hanna dan teman lainnya. Karena, dia tetap dengan tenang dan menyelesaikan ujian dengan cepat seperti ujian sebelum-sebelumnya.
Perbedaannya mungkin tidak di sadari oleh Gala, bahwa dia telah menjawab lebih dari delapan puluh persen soal dengan benar, karena Gala sudah terbiasa dengan jawaban soal-soal yang di bahas saat bimbingan belajarnya dengan Hanna, Sesha dan yang lain.
Karena jawaban soal sudah ada di luar kepalanya, dengan tenang, Gala dapat menyelesaikan ujiannya dengan cepat.
Dibandingkan dengan sebelum dia belajar kelompok, Gala juga mengerjakan soal ujian dengan tenang dan cepat namun semua jawabannya belum tentu benar, karena, dia hanya mengira bahwa semua jawaban soal yang dia kerjakan itu benar namun kenyataannya tidak.
"Selamat ya Ga, ini semua berkat usaha dan kerja keras kamu," kata Hanna mendukung Gala.
Gala terdiam karena masih tidak menyangka bisa mendapatkan nilai terbaiknya padahal usaha dia untuk belajar biasa-biasa saja.
Dalam hati, Gala berkata, "kalau begini, tidak lama lagi, aku akan mengalahkan nilai Taka yang menduduki peringkat pertama di sekolah ini."
Yang tidak di ketahui Gala mengenai posisi Taka yang menduduki peringkat pertama di sekolah adalah, poin nilai Taka yang sempurna.
Terhitung rata-rata poin nilai ujian maupun nilai tugas harian Taka selama belajar di sekolah sejak kelas sepuluh adalah seratus atau bisa di bilang sempurna.
Sedangkan Gala, di hitung dari nilai ujian dan nilai tugas harian, nilainya tidak mencapai dari setengah dari rata-rata poin Taka.
Namun kepercayaan diri Gala sangatlah tinggi, dia ingin sekali bisa menggeser posisi Taka yang menyandang peringkat pertama di sekolah.
Alasannya simpel, yaitu, mengalihkan perhatian Hanna sepenuhnya kepadanya dan tidak lagi kepada Taka.
"Han," kata Gala memanggil.
"Iya?."
"Bagaimana caranya agar nilai ku bisa menjadi peringkat nomor satu di sekolah?."
"Maksud kamu, kamu ingin mengalahkan nilai Taka?."
"Iya," jawab Gala duarius.
"Gak tahu lah, sepertinya tidak ada yang bisa mengalahkan nilai Taka di sekolah, Viona yang satu kelas dengan Taka saja mengeluh bahwa dia tidak bisa sepintar dan secepat Taka dalam memecahkan masalah soal, padahal dia belajar empat belas jam perhari, bahkan di hari libur."
"What...???," Gala yang tidak habis pikir.
"Jadi kamu habis di ruqyah dimana sehingga tiba-tiba ingin menggeser peringkat Taka di sekolah? Bukannya kamu jarang masuk sekolah dan tidak pernah mau mengerjakan tugas sekolah?," Hanna tertawa.
"Gak lucu tuh," jawab Gala kesal.
Mendengar itu, Hanna semakin tertawa dan berkata.
"Lagian kamu tiba-tiba banget," sambil terus tertawa.
Gala tersenyum, menundukkan kepalanya saat mendengar suara tertawa Hanna di telepon.
Tidak terasa, mereka berbicara di telepon hingga satu jam lebih, Hanna meminta ijin untuk menutup teleponnya karena merasa ngantuk dan harus sholat terlebih dulu.
Setelah Hanna menutup teleponnya, Gala merasa hari ini adalah hari paling bahagia baginya. Dia berharap waktu berjalan lambat agar kebahagiaan ini tidak cepat berlalu.
.....