Hari Senin, jam istirahat. Hanna berjalan sendiri menuju toilet sambil sibuk melihat handphonenya.
Hanna tidak mengetahui bahwa sebenarnya sedari tadi Gala sudah berjalan berada di sampingnya.
Hanna berhenti berjalan, menahan nafasnya dan menghela nafas panjang saat mengetahui Gala tiba-tiba sudah berada di sebelahnya.
Hanna mengangkat tangannya sejajar dengan perutnya dan berkata "Gala...!," Kaget.
Gala pun ikut berhenti berjalan dan tetap berdiri di samping Hanna yang sedari tadi menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Kamu, bikin aku kaget saja," kata Hanna sambil memegang dadanya.
"Semalam kamu dari mana?," Tanya Gala.
"Ha?," Balas Hanna.
"Em... Saat aku lewat semalam aku melihat kamu di dalam mobil yang sedang terparkir di depan rumahmu."
"Ah... Iya aku baru saja pulang dari acara, memangnya semalam kamu habis dari mana?."
"Kemarin aku ada pertandingan basket, aku kira kamu datang."
"Ah... Maaf, aku sungguh tidak tahu."
"Tidak apa-apa, lain kali datanglah dengan Sesha, untuk tiket masuknya, kalian berdua free kok, aku tunggu bulan depan ya," kata Gala sambil berlari meninggalkan Hanna.
Hanna yang belum mengatakan apapun hanya bisa berdiri mematung sambil berkata "Insyaallah," dengan suara pelan saat Gala sudah pergi jauh dari hadapannya.
Hanna menghela napas panjang pasrah dan berjalan memasuki toilet.
"Halo, kenapa Sha?," Hanna mengangkat telepon dari Sesha.
"Aku masih di toilet," kata Hanna.
"He.em," lanjut Hanan menjawab telepon dari Sesha yang akan menghampirinya ke toilet.
Tak lama suara pintu toilet terbuka, Sesha datang dan memanggil nama Hanna.
"Han?."
"Hem?," Jawab Hanna.
"Kamu masih lama?."
"Enggak, aku sudah selesai kok," Hanna keluar dari pintu kloset dan mencuci tangannya.
Melihat Sesha senyum-senyum sendiri Hanna pun bertanya.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?," Tanya Hanna yang juga ikut tersenyum melihat Sesha.
"Aku pengen cerita ke kamu, kemarin Alex main basketnya keren banget, lihat deh, nama dia muncul di semua berita olahraga basket," sambil memperlihatkan berita-berita di handphonenya kepada Hanna.
Sambil mengeringkan tangan, Hanna membaca beberapa beritanya.
"Keren juga ya Alex," kata Hanna berkomentar.
"Iya dong siapa lagi kalau bukan pacar aku," jawab Sesha bangga.
"Jadi kemarin kamu pergi menonton pertandingan Alex?," Tanya Hanna.
Sesha pun menceritakan semua aksi pacarnya itu sedang mendribble bola, dengan penuh semangat Sesha pun memperagakan Alex saat memasukkan bola kedalam ring.
Hanna tersenyum melihat tingkah temannya itu, namun Sesha juga menceritakan betapa takutnya dia jika kehilangan Alex, karena tidak sedikit penggemar Alex yang mengatakan.
"Alex ganteng banget."
"Nomor punggung enam, jadilah pacarku."
"I love you Alex."
Semua teriakan itu keluar dari mulut perempuan muda pendukung Taka.
Mendengar itu, Hanna mengingat sewaktu menjadi asisten pribadi Gala, dia juga mendengar teriakan yang lebih fulgar dari pada yang Sesha dengar, seperti.
"Gala, aku ingin mengandung anakmu."
Sebagai teman yang baik, Hanna memberikan pengertian kepada Sesha, bahwa sudah pasti ada resiko jika mempunyai pacar se keren Alex.
Sesha harus menerima komentar-komentar penggemar yang kadang membuat hatinya kesal.
"Iya Han, tapi aku tetap tidak suka mendengar perempuan-perempuan itu berkata seperti itu," kata Sesha.
"Ya sudah, terus, mau kamu bagaimana Sha?," Tanya Hanna sambil keduanya berjalan menuju kantin.
"Aku sih maunya, hubungan aku dan Alex di publikasi."
"Ya sudah, publikasikan saja hubungan kalian di insta story. Followers kamu kan banyak tuh."
"Tapi aku takut Han, jika banyak orang yang tidak mendukungku dan malah menjelekkan ku bagaimana?, Yang ada aku di serang penggemar Alex dan mendapatkan komentar-komentar pedas dari mereka."
"Di dunia ini tuh pasti ada pro dan kontra, ada yang suka ada juga yang tidak suka, lagian kamu jangan negatif thinking dulu kenapa, siapa tahu banyak orang yang mendukung hubungan kalian."
"Enggak ah Han, selain aku belum siap, di asrama pelatihan basket Alex juga, pemain tim basket nasional tidak di perbolehkan mempunyai pacar, karena takut mengganggu konsentrasi latihan," lanjut Sesha dengan nada lemas.
"Emm... Ya sudah kalau begitu terima saja keadaan ini, lagian, ini loh yang di namakan dunia tidak berputar mengelilingi kita."
"Dari tadi jawaban kamu ya sudah, ya sudah melulu deh."
"Masak sih eggak ah... Baru sekali doang kok."
"Apanya sekali, dasar pikun," Sesha menjulurkan lidah dan berlari meninggalkan Hanna.
"Eh... Awas kamu ya..," Hanna pun mengejar Sesha.
Sesha berlari sambil tertawa, tak jauh beda dengan Hanna, dia pun tersenyum karena Sesha menjulurkan lidah kepadanya.
Dari jauh, Taka dan Gala melihat Hanna yang berkejar-kejaran dengan Sesha di tempat yang berbeda, Taka melihatnya di lorong setelah dari kantor kepala sekolah, sedangkan Gala melihatnya di depan kelas.
Dalam hati Gala berkata "Hanna tidak hanya akrab kepada teman laki-laki, dengan Sesha pun dia tidak kalah akrab."
Gala pun terus saja memperhatikan tingkah Hanan dan Sesha yang masih berkejaran.
Hanna dan Sesha berselonjor di tengah lapangan setelah mereka capek saling mengejar. Tak lama kemudian, kepala Goji menutupi kedua badan Hanna dan Sesha dari teriknya sinar matahari di siang hari itu dan berkata.
"Hei, kalian ini anak kecil yang bermain di taman ya?," kata Goji.
Hanna dan Sesha mendongak keatas melihat Goji yang berdiri sambil berkacak pinggang, Hanna dan Sesha menjulurkan tangannya masing-masing meminta bantuan Goji untuk menolongnya berdiri.
Dengan santai Goji pun menolong mereka dengan tangan kanan yang menarik tangan kiri Hanna dan tangan kirinya menarik tangan kanan Sesha.
Mereka bertiga, menuju ke kantin dan makan bersama.
Mengetahui itu, Gala tidak lagi secemas kemarin melihat keakraban Hanna dan Taka. Dia berpikir bahwa seperti itulah karakter Hanna yang selalu baik kepada semua teman dan tidak membeda-bedakan teman laki-laki maupun teman perempuan.
.....