"ah...."
"Lagian kamu kenapa sih berantem?," Hanna bertanya serius sambil membersihkan luka Taka.
Taka yang hanya menatap Hanna selagi Hanna mengomelinya.
"Kamu ada masalah apa sih sama gala?." "Aku gak mau lihat kamu begini lagi."
"Kenapa?," Tanya Taka.
"Pokoknya aku gak mau."
Taka pun tersenyum melihat Hanna mengkhawatirkannya.
"Kamu kenapa senyum-senyum? sudah gak sakit lagi?," Tanya Hanna kepada Taka.
"Masih," jawab Taka jujur.
"Mana lagi yang sakit?."
Taka memegang perutnya yang terkena pukulan Gala, Hanna pun ingin melihat luka yang ada di perut Taka.
Di angkatlah baju Taka dan terdapat luka memar lecet di bagian kiri perutnya. Hanna pun mengompresnya dengan air hangat lalu mengoleskan salep untuk meringankan gejala sakit.
Sedangkan Gala berada di ruang tim basket bersama pelatihnya. Sambil mengompres kepalanya dengan es batu, pelati marah besar kepada Gala.
Apalagi beberapa berita telah muncul
"Pemain basket MVP Gala Dirgantara melakukan perkelahian."
"Aksi perkelahian atlet basket Gala Dirgantara dengan suporter tunggal di luar pertandingan."
"Lakukan perkelahian setelah pertandingan basket dengan suporter tunggal."
"Diduga masalah pribadi perkelahian antara Gala Dirga dengan suporter tunggal."
Selain mendapatkan marah dari pelatihnya, Gala di kenai hukuman untuk setiap hari melakukan latihan tiga kali lipat dari latihan normal selama satu pekan dan tidak di perbolehkan bermain di pertandingan selanjutnya dalam waktu dekat.
Mendengar tidak mendapatkan posisi untuk pertandingan selanjutnya, Gala sangat tertekan dengan keputusan pelatihnya itu, padahal Gala selalu berusah sebaik mungkin agar menjadi pemain basket yang hebat.
Gala lebih memilih basket dari pada sekolah, itu sebabnya Gala masuk sekolah dengan seenaknya karena dia lebih memilih untuk terus latihan basket.
Gala juga lebih memilih tinggal di rumah kakek neneknya yang sudah meninggal karena lebih dekat dengan sekolah dan asrama pelatihan di bandingkan tinggal bersama orang tuanya di luar negeri dan meneruskan perusahaan bisnis orangtuanya.
Gala berlatih basket dari pagi hingga sore, dia hanya istirahat jika sedang makan atau mandi saja.
Menjadi pemain basket terbaik di dunia adalah impian Gala sejak kecil, maka dari itu yang dia punya hanyalah Pelatihnya, yang selalu mendidik dia dan menjadikannya pemain basket profesional.
Tapi hari itu, Gala melakukan kesalahan besar, sebagai atlet terkenal di kalangan basket, Gala mendapatkan issue yang buruk di media.
Hal itu membuat manager tim basket memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi perkelahian Gala dengan Taka yang diduga suporter tunggal itu.
Dalam konferensi pers, manajer tim Gala menjelaskan bahwa terdapat kesalahpahaman di antara Gala dengan suporter sehingga terjadi baku hantam.
Manajer tim juga sudah berupaya menyelesaikan masalah perkelahian itu dengan cara kekeluargaan dan meminta maaf kepada pihak yang bersangkutan.
Media pun mudah menerima pengakuan dari manajer tim Gala dan masalah Gala telah terselesaikan dengan berita-berita yang beredar saat ini.
"Atlet basket Gala Dirgantara telah meminta maaf kepada suporter tunggal."
"Konferensi pers tim basket Gala Dirgantara."
"Pengakuan manajer tim basket Dirgantara Gala dalam konferensi pers."
Namun apa yang di katakan tim Gala kepada pers adalah kebohongan, bahkan mereka tidak pernah menemui Taka, apa lagi meminta maaf kepada Taka.
Karena Gala tidak menuruti pelatihnya untuk meminta maaf secara terbuka kepada Taka, maka manajer tim basket Gala menyiasati dengan cara memberi pengakuan palsu kepada media.
Mengetahui berita itu, Taka tidak begitu peduli, sedangkan Gala menerima apa pun yang telah diatur oleh manajemen asalkan dia tidak meminta maaf kepada Taka.
Sejak kejadian di lapangan basket Minggu lalu, Hanna tidak pernah lagi bertemu Gala di sekolah, Hanna senang karena gala tidak lagi merepotkannya tapi disisi lain Hanna ingin tahu keadaan Gala.
Di kantin Hanna yang sedang mengulik-ngulik kuah baksonya sambil melamun, tersadar saat Sesha memanggilnya
"Halo Han..," sambil melambaikan tangan ke wajah Hanna.
"Iya Sha?," Jawab Hanna
"Kamu kenapa dari tadi melamun?."
"Aku kepikiran Gala Sha."
"Memangnya Gala kenapa?."
"Sejak kejadian Minggu lalu Gala tidak pernah lagi masuk sekolah."
"Gala gak masuk sekolah itu sudah biasa, lagian kenapa sih gala sama Taka berantem?."
Hanna menggelengkan kepala untuk pertanyaan Sesha yang memang sungguh tidak di ketahuinya.
"Apa mereka berantem gara-gara kamu."
"Kok gara-gara aku?," Hanna yang tidak terima dengan pernyataan Sesha.
"Ya kali saja Gala suka sama kamu."
"Tidak mungkin lah Sha, orang suka itu tidak seperti itu."
"Jadi maksud kamu orang suka itu orang yang sikapnya seperti Taka ke kamu?."
Mendengar itu, Hanna terdiam.
"Orang suka itu sikapnya beda-beda kali Han."
Hanna yang kurang setuju dengan perkataan Sesha hanya terdiam dan melanjutkan makannya.
Pulang sekolah Hanna menghubungi Gala untuk menanyakan kabar, tetapi Gala tidak mengangkat teleponnya ataupun membalas pesan Hanna.
Hanna pun meminta alamat rumah Gala kepada teman satu kelasnya, tidak di sangka rumah Gala hanya berjarak enam rumah dari rumahnya.
Tidak heran waktu pertama kali Hanna bertemu Gala sedang jogging di daerah dekat rumahnya.
Jam tujuh malam Hanna pergi ke rumah Gala, di rumah Gala Hanna mengetuk pintu hingga lima kali, tetapi tidak ada jawaban.
Hanna Apun mencoba membuka pintu rumah Gala, tidak di sangka pintu rumah gala terbuka.
Maka Hanna pun masuk ke dalam, di dalam Hanna mendapati Gala yang sedang tidur di sofa.
"Ga kamu tidak apa-apa?," Tanya Hanna khawatir.
Terlihat wajah Gala pucat dan berkeringat, Hanna pun memegang kepala Gala untuk mengecek apakah Gala sedang demam.
Dan saat di cek Hanna memang suhu badan Gala sangat panas, saat itu Gala hanya bisa mengigau.
"Kamu demam tinggi Ga, bentar aku kompres ya."
Hanna pun bergegas mengambil air dan handuk untuk mengompres kepala Gala.
Hanna juga membeli obat dan bahan untuk membuatkan Gala bubur.
Hanna pun menyuapi gala bubur dengan perlahan dan memberikan obat.
"Sudah Han, kamu pulang saja, aku tidak apa-apa," kata Gala dengan suara lemas.
Namun Hanna tidak memperdulikan perkataan Gala, Hanna terus menunggunya hingga demam Gala menurun.
Jam menunjukkan pukul sembilan, sedangkan panas Gala belum juga turun.
Hanna yang sendirian tidak tahu cara membawa Gala ke rumah sakit.
"Ga, kamu harus di bawah ke rumah sakit."
"Tidak usah Han, aku tidak apa-apa."
"Aku telepon Taka ya buat minta bantuan."
"Jangan Han, aku baik-baik saja."
Namun Hanna tetap memaksa dan ahirnya Hanna pun menelepon Taka untuk meminta bantuan.
Taka pun bergegas pergi ke alamat rumah yang di kirimkan oleh Hanna yang Taka pun tidak tahu rumah siapakah itu.
Setelah sampai, Taka masuk kedalam dan mendapati Hanna yang sedang mengompres Gala.
Hanna pun meminta tolong untuk membawa Gala ke rumah sakit, Taka tidak keberatan dan dengan susah payah Taka menggendong Gala di punggungnya.
"Dengar ya ga, aku tidak akan mau Gendong kamu kalau bukan Hanna yang memintanya."
"Kamu kira aku mau di gendong oleh mu kalau bukan Hanna yang memaksa."
Gala pun di bawa ke rumah sakit, dan dirawat inap karena sakit tifusnya yang sudah parah.
Setelah Gala sudah di rawat, Hanna dan Taka kembali pulang ke rumah pukul sepuluh malam.
.....