Chereads / Hanna's first love (Bahasa Indonesia) / Chapter 11 - Lomba Puisi

Chapter 11 - Lomba Puisi

Hari Senin, pagi-pagi Hanna terlihat lemas, kantung matanya cekung dan kelopak matanya cembung alias bengkak, saat berdiri di lapangan bersiap untuk upacara, Sesha menepuk bahu Hanna dari belakang. saat Hanna menoleh, Sesha menjerit kaget melihat wajah Hanna yang tidak jauh beda dengan hantu, karena sama seramnya,

"aaaaa....!," teriak Sesha

Hanna pun sama kagetnya dan berteriak

"aaa...!! Kenapa sih kamu Sha." "Han... Wajah kamu... Serem banget." "emang aku ini hantu apa..."

Selesainya upacara, Hanna pergi ke kantin bersama Sesha, melewati dinding Mading, Hanna tidak sengaja melihat pengumuman lomba membuat puisi.

Hanna menyuruh Sesha untuk lebih dulu ke kantin, sedangkan dia tertarik untuk melanjutkan membaca pengumuman lomba itu.

Lomba Cipta puisi untuk SMA dan sederajat

18 November - 28 November 2021

Tema: nasionalisme

Pendaftaran GRATIS: bit.ly/puisianakbangsa

Kirim karya melalui email: puisi.anakbangsa@gmail.com

1 Juta untuk pemenang pertama

800 ribu untuk pemenang ke dua

600 ribu untuk pemenang ke tiga

"Lomba cipta puisi, hadiah satu juta untuk pemenang pertama, delapan ratus ribu untuk pemenang ke dua dan enam ratus ribu untuk pemenang ke tiga, tingkat SMA sederajat, pendaftaran gratis di website ini dikirim di email ini," dengan suara lirih, Hanna membaca.

Setelah membaca Hanna mengecek tanggal di layar handphonenya, dia mempunyai 7 hari lagi untuk mengikuti lomba, dia memotret pengumuman lomba itu dan menyusul Sesha ke kantin. Di kantin dia membaca ulang pengumuman lomba.

"Tema nasionalisme, pengumuman pemenang akan di umumkan di Instagram @puisianakbangsa."

Sesha yang sedang memperhatikan Hanna bertanya "lagi baca apa sih Han?." "lomba puisi." "kamu mau ikut lomba puisi yang tertempel di Mading itu?." Hanna pun menjawab "iya."

Sesha yang penasaran bertanya "kamu bisa bikin puisi?." lalu dengan pede Hanna menjawab "belum pernah sih, tapi aku pengen coba."

Di jam istirahat Sesha menuju bangku Hanna, setelah dia di depan bangku Hanna, Hanna yang selesai membereskan bukunya di atas meja langsung berdiri menuju perpustakaan

"Han mau kemana?." "Mau ke perpus cari referensi buat puisi."

Goji yang sedang menuju bangku Taka bertanya pada Sesha "Hanna kemana tuh?." "ke perpus cari buku referensi buat bikin puisi." "sejak kapan tertarik bikin puisi?." "Sejak ada lomba cipta puisi tertempel di Mading."

Taka yang masih duduk di kursi memperhatikan Hanna yang keluar dari kelas, mendengar perkataan Sesha, Taka menduga-duga apakah Hanna sedang butuh uang? Tapi untuk apa?, Tapi seketika pikiran Taka yang menduga-duga Hanna itu di hilangkan dari pikirannya.

Hanna masuk ke perpustakaan, dia mencari buku kumpulan puisi nasionalisme dan buku-buku tentang nasionalisme, dia duduk di pojok belakang dan membaca buku-buku referensinya itu sendirian.

"Satu Kata Merdeka

Hingga detik ini ribuan darah telah tertumpah

Hingga detik ini ribuan nyawa telah melayang

Hingga detik ini ribuan belulang telah berserakan

Sebuah harga yang harus dibayar

Demi terwujudnya kemerdekaan bangsa

Demi terwujudnya satu kata

Merdeka."

Di tengah Hanna membaca puisi bertema nasionalisme, terdengar Isak tangis Steffy yang berada di seberang mejanya, namun Hanna tetap saja terus membaca "Serta jiwa-jiwa yang terkorbankan Demi satu kata Merdeka."

Karena Hanna tetap mendengar suara tangisan, maka Hanna pun berhenti membaca dan menoleh kearah suara tangis itu terdengar.

Dilihatnya seorang perempuan berambut panjang, bergelombang, berkulit putih dan tinggi, Hanna meresa dia pernah melihatnya tapi dimana? Beberapa detik Hanna mengingat, bahwa perempuan itu adalah perempuan yang bersama Taka di depan kelas waktu itu, Hanna pun mendekatinya, dan bertanya kenapa dia menangis.

Mendengar pertanyaan Hanna, Steffy malah meminta maaf karena merasa sudah mengganggu dia membaca, dia pikir tidak ada orang yang memperhatikannya menangis.

Namun Hanna berkata bahwa dia sama sekali tidak terganggu.

Steffy mengusap air matanya dan berkenalan dengan Hanna, Steffy seperti Taka yang supel dan gampang bergaul, dia memperkenalkan diri pada Hanna.

Mendengar nama Steffy, Hanna berbicara di dalam hati "jadi perempuan yang bersama Taka waktu itu namanya Steffy, dia juga yang kemarin mengirim pesan pada Taka."

Lalu Hanna pun memperkenalkan dirinya kepada Steffy, bahwa dia berada di kelas yang sama dengan Taka.

Steffy pun memastikan dan bertanya "10A Teman sekelas Taka?." Hanna pun menjawab "iya."

Dari situ, Steffy ingin berteman dengan Hanna, menanyakan apa yang sedang Hanna lakukan di perpustakaan sendirian.

Hanna pun memberitahu bahwa dia ingin mengikuti lomba puisi di Mading. dan kebetulan Steffy juga suka menulis.

Hanna mendapatkan banyak inspirasi dari Steffy untuk penulisan puisinya, mereka pun mulai akrab dan saling bertukar nomor telepon.

Setelah perbincangannya bersama Steffy soal puisi, Hanna pun bertanya bagaimana dia bisa kenal dengan Taka, lalu Steffy memberitahu bahwa Taka adalah teman sekelasnya dulu waktu SMP.

Mengetahui itu, Hanna merasa lebih tenang, ternyata Steffy bukan siapa-siapa Taka.

Hanna juga tidak sungkan menanyakan kenapa tadi sia menangis, steffy pun dengan tidak basa-basi memberi tahu Hanna bahwa penyebab dia menangis adalah karena sedang bertengkar dengan pacarnya.

Mendengar itu Hanna makin yakin bahwa Taka dan Steffy hanyalah teman biasa, karena Hanna tidak ingin mencampuri urusan Steffy dan pacarnya lebih dalam, Hanna tidak bertanya macam-macam.

Hampir 20 menit mereka berbincang, bell masuk kelas pun berbunyi, Hanna dan Steffy masuk kelas masing-masing.

Sebelum mereka berpisah, Steffy menitipkan salam untuk Taka. Hanna pun tidak keberatan untuk menyampaikannya kepada Taka.

"Nanti aku akan sampaikan pada Taka," begitu jawab Hanna.

Hanna menuju kelas dengan perasaan senang, akhirnya dia mendapatkan inspirasi untuk membuat puisi, Hanna pun tidak sabar nanti di rumah akan segera membuat puisi..

Hanna berharap dia mendapatkan juara dalam lomba menulis puisi, agar uang yang ingin dia berikan pada ayahnya terkumpul cepat.

sekolah pun selesai, Hanna pulang kerumah. Di rumah Hanna membuka laptonya dan bersiap untuk membuat puisi

"oke, kita mulai... Pertama tulis judul puisinya.... Emm kira-kira apa ya.... Pahlawanku?..... Para pahlawanku? Iya, para pahlawanku aja untuk judul puisinya," kata Hanna berbicara sendiri.

Hanna mengetik kata demi kata dengan perlahan, jam menunjukkan pukul 10, Hanna masih saja tetap mengetik puisinya, berkali-kali dia menghapus kata dan mengetik lagi kata baru, hingga sampai jam dua belas, dia sudah menyelesaikan satu puisinya yang berjudul para pahlawanku itu

Para pahlawanku

Hai engkau para pahlawanku

Kau tumpahkan darah

Berjuang sekuat tenaga

Untuk bangsa merdeka

Hai engkau para pahlawanku

Hari ini ku berdiri di tanah tercinta

Membela segenap raga

Untuk negara Indonesia

Kau tinggalkan kami sawah dan ladang

Kau tinggalkan kami hak dan kekuasaan

Atas semua jasa-jasa yang kau berikan

Sampai darah penghabisan

Engkau kan selalu ku kenang

"Apa segini cukup ya untuk puisi, dah lah coba kirim aja dulu," kata Hanna.

Sebelum mengirim, Hanna membuka website "bit.ly/puisianakbangsa" untuk mendaftar terlebih dahulu, lalu dia mengirimkan puisinya di alamat email puisi.anakbangsa@gmail.com "klik" begitula suara mouse yang di pegang Hanna, saat mengirimkan puisinya ke email.

Setelah mengirimkan email, Hanna pun bersiap untuk tidur.

Setelah berbaring ditempat tidur, Hanna memejamkan matanya dan langsung menuju alam mimpi.

.....