Satu bulan setelah Hanna bertemu ayahnya, sejak itu ayah Hanna tidak memberikan kabar, di hubungipun juga tidak bisa, Hanna cemas dan berbicara pada nenek, meminta ijin untuk mengunjungi ayahnya di desa, tapi nenek berkata bahwa Hanna harus ijin terlebih dulu pada ibunya.
Hanna tidak mungkin meminta ijin kepada ibunya, karena Hanna tahu bahwa ibunya tidak akan mengijinkan.
Solusi dari nenek hanya satu, yaitu, menunggu Indra berkunjung.
Hanna pun berspekulasi bahwa dia tidak akan mungkin bisa pergi ke desa jika meminta ijin, jadi Hanna berencana untuk pergi mengunjungi ayahnya sendiri tanpa kakek, nenek dan ibunya tahu, pada hari Minggu pagi-pagi Hanna bersiap-siap untuk pergi ke desa menemui ayahnya, nenek dan ibu yang sedang menyiapkan sarapan pagi itu bertanya kepada Hanna karena Hanna sudah berpakaian rapi "mau kemana Han pagi-pagi udah rapi?." Hanna yang berbohong berkata "mau ke sekolah Bu, ada acara." "sepagi ini?."
Hanna buru-buru, dia berlari keluar rumah sambil berkata "Hanna pergi dulu... Assalamualaikum." "waalaukumsalam, kamu gak makan dulu?," teriak nenek.
Hanna tidak menjawab pertanyaan neneknya, dia berjalan menuju halte, pergi ke stasiun, dia pergi ke desa naik kereta sendirian, beberapa jam kemudian Hanna pun sampai di desa tempat kelahirannya, dia berjalan menuju rumah ayahnya, di depan rumah, Hanna melihat ada palang yang bertulisan, rumah dan bangunan ini dalam pengawasan Bank / di sita.
Ayah Hanna adalah seorang petani sayur yang dulunya sukses, dia adalah salah satu distributor sayur terbesar di wilayah sekitarnya sejak pandemi ayah Hanna mengalami kerugian yang sangat besar hingga saat ini, dia berusaha mencoba untuk memulihkan perekonomiannya tapi itu bukanlah hal yang mudah, Hanna yang tidak tahu apa-apa membuka pintu rumahnya tapi terkunci, Hanna pun bertanya pada tetangganya, ada apa dengan rumahnya, lalu tetangganya yang bernama Bu Siti bercerita bahwa Haris mempunyai pinjaman di Bank sebesar lima ratus juta rupiah dan sampai saat ini masih belum di bayar, sehingga untuk sementara rumahnya di sita, sampai Haris melunasi pinjamannya.
Lalu Hanna bertanya "sekarang ayah tinggal di mana Bu kalau tahu?."
Bu Siti memberi tahu bahwa Haris sekarang tinggal di kontrakannya Bu Nur, mengetahui itu, Hanna berterimakasih kepada Bu Siti, atas informasinya dan segera pergi menuju kontrakan Bu Nur.
Selama perjalanan ke kontrakan Bu nur, Hanna merasa senang karena akan bertemu ayahnya, di sisi lain Hanna sedih karena ayahnya melalui kesulitan hidup sendiri. Hanna pun tiba di kontrakan Bu nur dan bertemu dengan ayahnya.
Hanna pun bertanya kenapa ayahnya tidak bisa di hubungi
"ayah kenapa gak ada kabar, Hanna telfon tapi gak bisa." "maaf kan ayah nak, handphone ayah rusak, ayah akan berkunjung tapi masih banyak yang harus ayah kerjakan jadi ayah tidak bisa memberi kabar ke kamu." "gakpapa ayah, yang penting ayah baik-baik saja, Hanna sudah gak khawatir lagi."
Karena sudah lumayan lama berdiri di depan pintu, mereka pun masuk kedalam rumah, Haris menanyakan apakah Hanna sudah makan atau belum, Hanna pun menjawab belum karena tadi pagi pergi buru-buru dan tidak sempat sarapan, mereka berdua pun memasak bersama.
Selesai masak mereka berdua menyarap sambil berbincang.
"gimana sekolah kamu di kota?." "baik ayah, Hanna betah sekolah di sana." "Alhamdulillah, ayah senang mendengarnya, apa ada yang naksir kamu jadi betah?," Haris bercanda.
Hanna yang malu jika mengakui dia sudah mempunyai pacar di hadapan ayahnya, hanya bisa berkata "apaan sih ayah."
Mereka berdua pun tertawa, dan melanjutkan percakapan mereka.
"jadi kamu lebih suka tinggal di mana? Di kota atau di desa?."
mendengar pertanyaan Haris, Hanna pun menjawab jujur "Hanna tinggal dimana aja suka ayah, asalkan kita bisa kumpul lagi."
Haris merasa sedih dan menahan air matanya mendengar jawaban dari Hanna dan berkata
"kamu sabar ya sayang, sebentar lagi kita akan bersama kembali." "iya ayah, Hanna akan menunggu berapapun lamanya asal kita bisa kembali bersama."
Haris mengusap rambut anak kesayangannya itu dan melanjutkan makan. Sebelum sore, Haris mengantar Hanna pulang kembali ke kota tapi Hanna menolak, Hanna tidak ingin merepotkan ayahnya.
Karena Hanna sangat bersi keras menolak ayahnya, sehingga Haris hanya mengantar Hanna sampai stasiun saja.
Sesampainya mereka di stasiun, Haris memberikan uang saku untuk Hanna meski uang itu tidak banyak, tapi Hanna menolaknya.
Haris pun bersi keras seperti halnya Hanna menolaknya saat Haris ingin mengajaknya pulang ke kota, maka dengan terpaksa Hanna menerima uang pemberian dari ayahnya.
Kereta pun sudah bersiap untuk berangkat, Hanna yang dari kaca kereta melambaikan tangannya pada Haris.
Sesampainya Hanna di rumah, dia berencana akan membantu ayahnya, tapi dengan uang sebesar itu, akan Hanna dapat dari mana?
Lalu Hanna mulai mencari kerja part time untuk membantu meski itu tidak seberapa, Hanna yakin keluarganya akan kembali utuh seperti semula.
Saat mempunyai waktu luang, Hanna mencari lowongan pekerjaan di Internet, semua lowongan pekerjaan di Internet kebanyakan membutuhkan pekerja full time, ada pun kerja part time tetapi hanya berada di luar kota.
Hanna yang baru beberapa bulan tinggal di kota masih bingung dan tidak tahu harus bekerja apa.
"Ternyata mencari kerja part time lebih sulit dibanding mencari kerja full time," kata Hanna berbicara sendiri
Sambil menjatuhkan badannya di atas kasur, Hanna berpikir "apa aku fokus sekolah dulu ya, baru nanti bisa gampang cari kerja."
Hanna megurungkan niatnya untuk membantu ayahnya yang dalam kesulitan itu, Hanna hanya bisa teriak di dalam kamarnya "aaaaaaaaaaa...."
.....