Keesokan harinya, Jam 05:00 wib, Hanna terbangun mendengar Nenek dan ibunya sudah berisik pagi-pagi.
"Sampai kapan kamu dan Haris bertengkar?."
"Sampai mas Haris berubah ma," jawab Kirana.
"Kasihan Hanna jika seperti ini," nenek memberi tahu Kirana, tapi Kirana tetap saja bicara seolah-olah Hanna mengerti
"Aku yakin Hanna bisa mengerti," begitulah kata Kirana.
Nenek mengetuk pintu Hanna untuk membangunkannya.
"Hanna bangun nak."
"Iya Nek," jawab Hanna.
Kirana melanjutkan apa yang dia bicarakan kepada nenek "kami juga sudah membicarakan perceraian."
Hanna membuka pintu kamar dan keluar mendatangi nenek di dapur. Nenek dan Kirana pun berhenti berbicara.
"Masak apa Nek?," tanya Hanna.
"Masak sayur sop, kamu sudah bangun?," tanya nenek.
Hanna pun menjawab "sudah."
Lalu Hanna ingin membantu nenek memasak maka Hanna menawarkan bantuan kepada nenek.
Sebelum nenek menerima bantuan dari Hanna, nenek bertanya terlebih dahulu, apakah Hanna sudah sholat subuh atau belum.
Namun, karena Hanna belum sholat subuh, nenek pun mengusirnya kembali dan menyuruhnya sholat subuh.
Hanna pun menurut dan kembali, dengan muka datar Hanna berjalan sambil melihat ibunya.
Jam 6:15 Hanna berangkat sekolah, hari itu dia tidak terburu-buru seperti sebelumnya.
Hanna merefresh kan pikirannya dari persoalan tentang ibunya dan menggantinya dengan memikirkan persoalan sekolah.
Sesampainya Hanna di sekolah, Hanna di ganggu lagi oleh Hesa.
"Ada anak desa Dateng tuh," kata teman-teman Hesa.
Lalu Hesa berjalan menuju Hanna dan menghadangnya.
"pulang sekolah mau tidak jalan-jalan sama kita?," kata Hesa menggoda.
Hanna tidak peduli omongkosong Hesa, yang Hanna bisa lakukan adalah menghindari Hesa.
Tapi Hesa tetap menghadang menghalangi jalan Hanna .
"Eits mau kemana? sombong banget."
Dari parkiran, Taka yang baru datang melihat Hanna sepertinya di bully oleh Hesa beserta temannya lagi, menghampiri Hanna untuk mengeluarkan Hanna dari situasi itu.
Taka tidak ingin melihat Hanna terjatuh karena Hesa untuk yang ke dua kali.
"Sudah sa jangan ganggu Hanna lagi," Taka menarik tangan Hanna dan berjalan melewati Hesa.
"Perempuan sombong begitu mana ada yang suka, beruntung saja di tolongin Taka karena Taka orangnya memang baik sama semua orang," teriak Taka kepada Hanna.
"Jangan mengira kamu itu cantik terus bisa menolak ajakan aku, lihat, kamu itu hanya orang ndeso," begitulah omongan Hesa yang berusaha menyakiti hati Hanna karena menolak ajakannya.
Langkah Hanna terhenti mendengar perkataan Hesa, Hanna merasa, jika dia diam, dia akan selalu di tindas oleh Hesa.
Hesa juga akan mengira dia lemah dan takut padannya, jadi Hanna memberanikan diri untuk melawan Hesa.
Hanna adalah perempuan pendiam dan sedikit cuek tapi dia bukan perempuan yang penakut jika ancaman yang dia terima hampir melewati batas.
Tanpa basa-basi Hanna menghampiri Hesa dan memposisikan kaki kuda-kudanya, seperti mau kamekameha.
Dengan tangan mengepal, Hanna meninju perut Hesa dengan sekuat tenaga, Hesa mungkin terlihat baik-baik saja terkena tinjuan tangan kecil Hanna tapi rasa sakit di perutnya jelas terasa.
Setelah mendaratkan tinju ke perut Hesa, Hanna pun meninggalkan Taka yang terheran-heran melihatnya.
Taka beserta teman-teman Hesa tentu saja kaget, ekspresi wajah mereka pun masing-masing berbeda, ada yang melotot dan ada juga yang mulutnya menganga.
Sedangkan Taka hanya menatap dan mengikuti pergerakan Hanna yang sedang melewatinya, sambil bertanya pada Hesa "kamu tidak apa-apa Sa?."
Hesa yang sambil mengelus-elus perutnya berkata "urus saja temenmu yang tukang tinju itu."
Taka berlari mengejar Hanna menuju kelas.
Di perjalanan menuju kelas, Hanna menyesal dan over thingking "kenapa tadi aku gak ngalah aja sih!." "Kenapa sampe meninjunya?." "tapi aku merasa lega setelah meninjunya." "tapi gimana kalo hal ini menjadi besar dan aku masuk ruang BP?." "ribet nih kalo sampai melibatkan orang tua," begitulah over thingking Hanna.
Jadi, waktu sekolah di desa, Hanna pernah mendapatkan surat peringatan orang tua dari BP karena dia berkelahi dengan teman laki-laki di sekolahnya waktu SMP.
Dan itu membuat ibunya marah karena bagi ibunya anak perempuan itu harus manis, baik, dan sopan, anak laki-laki yang berkelahi saja sudah di cap sebagai anak berandal di desa, apalagi anak cewek.
Sebenarnya Hanna perempuan yang manis, baik dan sopan hanya saja dia pemarah, begitulah kalo dia marah.
Taka berlari menghampiri Hanna yang masih setengah jalan menuju kelas.
"Han, kamu tidak apa-apa?." "Tadi kamu keren banget, belajar dari mana pukulan itu?," tanya Taka.
Hanna tidak mendengar Taka karena masih sibuk dengan over thingkingnya.
Merasa dia tidak di dengarkan oleh Hanna, Taka pun memanggil nama Hanna sambil menepuk pundaknya,
"Han..."
"iya?," jawab Hanna.
"Kamu dengar aku kan?," Taka memastikan.
Hanna yang berpura-pura telah mendengar Taka pun menjawab "eh... iya aku dengar kok."
Mendengar itu Taka tersenyum dan berkata "jadi aku gak perlu khawatir kalo punya anak nanti seperti apa."
Tidak mengerti apa maksud omongan Taka, Hanna pun menoleh ke arah Taka dan cuma bisa melongo mendengar perkataannya.
.....
Hari demi hari Hanna belajar dan mengerjakan tugas kelompok bersama Taka dan teman lain, serasa menjalani hidup seorang remaja yang normal pada umumnya.
Hesa juga sudah tidak lagi merundung nya, sejak itu Taka dan Hanna semakin akrab, saling bertukar nomer handphone, membeli buku atau meminjam buku di perpus untuk referensi tugas bersama, makan di kantin bersama, dan pulang sekolah bersama bila mereka tidak ada keperluan lain.
Karena Taka sering ke rumah Hanna untuk mengerjakan tugas kelompok bersama dan juga setiap hari Taka menjemput Hanna untuk pergi ke sekolah bersama. Keluarga Hanna pun sudah mengenal Taka, dan sudah percaya pada Taka kalo Taka adalah anak yang baik, sopan dan pintar, akan sangat berpengaruh baik untuk Hanna.
Hari sabtu, bell pulang sekolah berbunyi, di dalam kelas, Taka dan Hanna yang masih duduk di bangku masing-masing membereskan buku-bukunya masuk kedalam tas, lalu Taka pun mengajak Hanna menonton bioskop.
"Han, pulang sekolah kita nonton yuk." "Sorry ka aku tidak bisa sekarang," jawab Hanna.
Lalu Taka membalas "tapi ini film Spiderman no way home tayang perdana hari ini Han."
"Apa? Spiderman udah tayang?," tanya Hanna serius.
"Iya, ini aku udah beli tiketnya," sambil tersenyum, Taka memperlihatkan dua tiket bioskopnya.
Dengan menyesal Hanna tetap menolak ajakan Taka
"Tapi aku tidak bisa hari ini ka, aku duluan ya," Hanna pun bergegas pulang.
Hanna buru-buru, sehingga Taka tidak bisa melanjutkan kalimatnya apa lagi melihat Hanna yang sudah keluar dari kelas dan berlari.
Dua bulan berlalu setelah Hanna tinggal di kota, Hari itu Hanna senang karena ayahnya datang untuk menemuinya.
Haris sedang duduk menunggu Hanna di cafe dekat sekolah, dengan perasaan senang Haris pun tersenyum lebar ketika melihat Hanna yang berada diluar menuju ke dalam cafe.
Hanna dan Haris terlihat asyik mengobrol dan saling menanyakan keadaan masing-masing.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, Haris mengantar Hanna pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Hanna menawarkan ayahnya untuk menginap, tapi Haris menolaknya karena Haris tidak ingin membuat Kirana tidak senang dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
Sambil memeluk ayahnya, Hanna berkata "Hanna harap kita bisa berkumpul lagi ayah."
"Ayah janji akan memperjuangkan kalian, kita berdoa sama-sama ya nak, agar bisa kembali bersama secepatnya," jawab Haris dengan perasaan sedih.
Tidak sadar Hanna dan ayahnya terlihat oleh nenek di cendela rumah, nenek pun merasa sedih melihat Hanna dan ayahnya terpisah dan jarang bertemu.
Nenek dan kakek hanya bisa menasehati kirana dan Haris supaya akur seperti sebelumnya, namun mereka tidak ingin ikut campur lebih dalam persoalan rumah tangga anak-anaknya.
Langit mulai gelap, Haris pamit kembali pulang ke desa dan Hanna pun masuk kedalam rumah.
Di rumah Hanna menanyakan ibu dan kakeknya kepada Nenek
"Ibu sudah pulang nek?."
"Ibu mu akan pulang telat karena ada acara di kantor," jawab nenek.
"Kalau kakek?."
"Kakek sedang berada di perjalanan pulang."
Karena Hanna sudah makan bersama ayahnya, maka Hanna hanya membantu nenek menyiapkan makanan di meja saja, lalu masuk ke kamar untuk mandi dan berganti baju.
Waktu menunjukkan pukul 18.10 wib, Kakek dan nenek sedang makan malam, sedangkan Hanna baru siap untuk mandi.
Melihat Hanna tidak ada di meja makan, kakek pun berteriak memanggil Hanna
"Han ayok makan malam."
Karena sedang mandi, Hanna tidak mendengar suara kakek yang memanggilnya.
Nenek pun memberi tahu bahwa Hanna sudah makan bersama ayahnya. Dan menceritakan bahwa tadi sore nenek melihat Haris sedang mengantar Hanan pulang sekolah.
Mendengar itu, kakek merasa kasihan kepada Hanna karena keadaan orang tuanya yang tidak harmonis. Nenek pun sama sedihnya Karena Hanna jauh dari ayahnya.
Hanna selesai mandi mengambil handphonenya dan mengecek ternyata ada lima belas Miss call dan 5 pesan dari Taka.
"Han kamu dimana?."
"Ada perlu apa sih tadi buru-buru banget?."
"Udah sampai rumah belum Han?."
"Han?."
"Kalau sudah buka pesan dari aku, bales cepat ya..," Begitulah isi ke lima pesan dari Taka.
Hanna pun membalas pesan dari Taka karena Taka terlihat khawatir.
"Sorry ka baru balas pesan kamu, tadi aku ada perlu, sekarang aku sudah di rumah."
Taka yang sedang makan malam menunggu kabar dari Hanna langsung mengambil handphonenya saat handphonenya berbunyi, dilihatnya ternyata bukan pesan dari Hanna melainkan pesan dari mama minta pulsa.
Selang beberapa menit handphone Taka berbunyi, untuk kali ini Taka mendapat pesan dari Hanna, Taka senang akhirnya ada kabar dari Hanna, Taka langsung membuka pesan dan membacanya.
Karena Taka penasaran keperluan apa yang membuat Hanna terlihat senang dan buru-buru tadi, sehingga Taka memutuskan untuk menelepon Hanna.
Hanna yang sedang duduk di tempat tidur dengan laptop di pangkuannya mendapat telepon dari Taka. Hanna pun mengangkat telepon dari Taka.
"Halo kenapa ka?."
Taka yang sebenarnya mempunyai banyak pertanyaan dan ada banyak hal yang mau di sampaikan tertahan karena tidak ingin Hanna merasa tidak nyaman dengan ke posesifannya Taka pun tidak jadi bertanya macam-macam.
"Tidak apa-apa Han, aku hanya ingin mendengar suara kamu saja."
"Apa sih kamu tidak ada kerjaan banget," jawab Hanna.
Taka pun menanyakan bagaimana urusannya tadi dan Hanna yang cuek hanya berkata "sudah beres."
Karena Taka masih penasaran urusan apa yang membuat Hanna terlihat senang dan buru-buru tadi, taka pun berkata "jadi bagaimana?."
Yang dimaksud Taka adalah bagaimana urusannya bisa selesai, tapi Hanna yang tidak peka malah balik bertanya "bagaimana apanya?."
Karena Taka mengetahui Hanna yang tidak peka, maka Taka menanyakan soal pergi ke bioskop.
Sedangkan di sisi Hanna, dia tidak ingin memberi tahu Taka tentang apa yang telah dia lalui selama ini, apa lagi bercerita tentang keluarganya, menurut Hanna menceritakan soal keluarganya bukan suatu hal yang harus di beritahukan kepada Taka.
"Nonton Spiderman no way home nya bagaimana?."
"Ah iya.. bagaimana kalau besok?," jawab Hanna.
"Besok kita kan mengerjakan tugas bareng sama temen-temen dirumah aku," balas Taka.
"Nontonnya kan bisa selesia kita mengerjakan tugas, besok teman-teman pasti mengajak kita nonton juga, biasanya begitu kan," Hanna yang menjelaskan kebiasaan mereka pada Taka.
Karena Taka tidak ingin seperti yang biasanya, maka Taka menyiasati bahwa belajar kelompok di mulai pada pukul 7 malam karena seharian dia ada perlu, jadi dia tidak ada waktu untuk nonton bioskop pada hari itu. Dengan sedikit gagap Taka menjelaskan pada Hanna.
"Ga... gaak bisa Han!."
"kenapa?," tanya Hanna.
Dengan gagap, Taka pun menjawab "b..besok seharian aku.. aku ada perlu jadi belajar nya kita mulai pukul 7 malam."
Mendengar itu, Hanna bertanya keheranan "seharian??."
Dan Taka menjawab Tersendat-sendat "i i iiya seharian."
"Sok sibuk banget sih kamu," Hanna mengejek.
"Begitulah," kata Taka sambil tertawa.
Taka menyadari sepertinya Hanna tidak mencurigainya. akhirnya mereka menonton bioskop pada hari Sabtu depannya sepulang sekolah.
Hanna pun menutup teleponnya.
.....