"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi perempuan!" ujung pedang itu menekan dada Kedasih. Namun wanita itu yang memang tidak bermaksud melukai, mengukur dengan baik agar ujung pedang tidak menembus sweater Kedasih.
"Aku…aku…namaku Kedasih. Aku tidak sengaja berada di sini. Tiba-tiba saja aku sudah bergabung dengan kalian di telaga ini." Kedasih menjawab dengan gugup. Ngeri melihat pedang yang berkilat-kilat terkena pantulan cahaya matahari saking tajamnya.
Wanita itu menyarungkan pedangnya kembali. Perempuan di depannya ini sama sekali tidak berbahaya.
"Bawa dia ke padepokan. Kita laporkan ke Nyai." Wanita itu memerintahkan keempat kawannya. Kedasih langsung digiring berjalan menuju markas padepokan msiterius itu.
Meskipun ketakutan setengah mati, namun dalam hatinya Kedasih juga penasaran. Ini kesempatan langka bisa bertemu dengan murid-murid Padepokan Sekar Halimun. Terutama lagi dia bisa melihat markas padepokan secara langsung. Dari buku sejarah yang dipelajarinya, hanya segelintir orang luar yang tahu keberadaan padepokan sampai terjadinya penyerbuan puputan mereka ke Bubat.
Mereka berjalan dengan langkah pasti dipimpin oleh wanita tadi. Kedasih berada di belakang pemimpin wanita. Di belakangnya berturut-turut 4 wanita muda lainnya. Jalan yang dilalui tak lebih dari jalan setapak. Sebelah kanan kiri adalah hutan lebat yang sangat menyeramkan bagi Kedasih.
Tidak lama mereka berjalan, sesampainya di pinggiran sungai tidak terlalu besar namun berarus deras, mereka berhenti. Suara gemuruh yang mengerikan terdengar dari arah depan. Kedasih tidak tahu itu apa. Tapi dia mencoba menepis dugaan menakutkan yang berkelebat di pikirannya. Pemimpin wanita itu menoleh kepada Kedasih.
"Kau bisa panjat tebing dan berenang?"
Hah?
Melihat keterkejutan dan ketakutan di sorot mata Kedasih, pemimpin wanita itu memberi isyarat untuk mengikat tubuh Kedasih ke tubuhnya. Setelah itu dengan sangat lincah, meskipun ketambahan beban 50 kg berat Kedasih di punggungnya, pemimpin wanita itu meraih sulur akar dan menuruni tebing di hadapan mereka. Diikuti oleh yang lainnya dengan menggunakan sulur rotan dan akar yang banyak terdapat di puncak tebing ini.
Kedasih menutup mata dan menggigit bibirnya. Tidak sanggup melihat bahwa mereka sedang menuruni tebing tegak lurus yang cukup dalam dengan air terjun raksasa berada di samping kiri mereka. Kabut yang ditimbulkan dari percikan air terjun itu semakin menambah basah kuyup pakaian dan wajah Kedasih. Gila! Ini lebih gila dibanding arung jeram di sungai bawah tanah Bubat!
Saat perjalanan tinggal 20 meter lagi. Pemimpin wanita itu menjejakkan kakinya ke tebing dan mulai berayun. Kedasih tak tahan lagi untuk tidak menjerit. Setelah berayun lurus beberapa kali dan menjejakkan kaki ke tebing untuk mendapatkan daya lenting yang pas, wanita itu berayun ke samping dengan kecepatan tinggi. Menyusup masuk dengan tepat di sisi kiri air terjun raksasa yang paling sedikit terkena jatuhnya limpasan air.
Wanita itu mendarat dengan mulus di sebuah mulut goa persis di belakang air terjun! Kedasih belum berani membuka matanya meski ikatan telah dibuka dan kakinya sudah menjejak tanah lagi karena suara dahsyat air terjun raksasa itu betul-betul sangat terasa dekat.
Setelah semuanya melakukan hal yang sama dan telah berada di dalam goa. Barulah Kedasih membuka matanya. Masih dengan hati yang sangat kecut.
Mereka berada di dalam goa yang tidak terlalu luas. Anehnya goa ini terasa hangat dan kering. Tidak dingin dan lembab seperti seharusnya karena berada di belakang air terjun besar. Terdapat dua lorong di kanan dan kiri di hadapan mereka. Kedasih mengikuti wanita di depannya dengan langkah tergesa. Tentu saja dia tidak mau ditinggal di tempat yang sangat misterius dan mengerikan ini sendirian!
Perjalanan menelusuri lorong tidak lama. Mereka bertemu lagi dengan ruangan luas dan terdapat 2 lorong lagi di depan! Kedasih mengeluh dalam hati. Kapan perjalanan ini berakhir?
Pemimpin para wanita itu kali ini masuk lorong sebelah kiri. Perjalanan dilanjutkan kembali. Di sepanjang lorong terpasang obor-obor yang menyala menerangi jalan. Kedasih coba menebak dalam hati.
Benar saja! Mereka ketemu ruangan yang sangat luas dan terdapat 2 lorong lagi di depan!
Enam wanita itu masuk ke lorong sebelah kanan. Berjalan kira-kira 100 meter dan sampailah mereka di sebuah tempat yang membuat Kedasih terpana dengan mata tak berkedip saking takjubnya.
Pintu keluar goa adalah pinggiran tebing yang sangat terjal. Tidak nampak dasarnya karena tertutup oleh halimun yang sangat pekat. Kedasih seolah berada di pinggir lautan halimun. Hati gadis ini kembali menguncup. Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tubuh Kedasih tidak diikat ke punggung pemimpin wanita lagi tapi tetap saja pinggangnya dilingkari oleh sebuah tali berukuran sedang yang nampak kuat. Tali itu terhubung ke sebuah tali besar yang menjulur di sepanjang tebing hingga ke bawah. Semacam tali safety. Tidak mungkin ini jalan turun! Kedasih menjerit dalam hati.
Mereka menuruni ngarai dalam yang tak nampak karena tertutup halimun itu dengan hati-hati. Terdapat tangga yang merupakan tebing yang dipahat. Memang tidak tegak lurus tapi diagonal dengan kemiringan 45 derajat. Tetap saja Kedasih merasakan jantungnya melorot dari rongga dada karena perjalanan turun ini sangat curam.
Sekitar setengah jam lebih Kedasih harus berpacu jantung menuruni tebing. Setelah entah sudah berapa ratus anak tangga, barulah mereka sampai di dasar ngarai. Halimun masih ada namun sangat tipis sehingga Kedasih bisa melihat dengan jelas keajaiban lain di hadapannya.
Sebuah bangunan megah yang sangat terawat dengan taman-taman asri dan sungai kecil yang mengalir membelah taman, membuat Kedasih terpana untuk kesekian kalinya. Luar biasa!
Padepokan ini ternyata terletak di sebuah ngarai dalam yang tidak nampak dari atas sana karena tertutup kabut abadi. Matahari hanya samar sampai di tempat ini. Kedasih menggeleng-gelengkan kepala. Pantas saja jarang orang yang mengetahui letak Padepokan Sekar Halimun yang sesungguhnya. Untuk mencapainya saja memerlukan upaya keras dengan taruhan nyawa.
Kedasih tersadar dari lamunan panjangnya ketika sebuah suara menegurnya halus.
"Kau gadis dari seberang waktu yang jauh. Aku tahu kenapa kau dihembuskan Gerbang Waktu hingga ke sini nak."
Kedasih nyaris pingsan saking kagetnya!
*******