Yuki melihat wanita itu duduk di kursinya dan mengerjakan ntah apa.
"bu, saya boleh baca itu?" Yuki bertanya dengan baik, suaranya rendah karena takut mengganggu guru yang lain.
Guru itu menatap Yuki "ohh kamu mau liat ini? Boleh... tapi mungkin kamu nggak ngerti..." ucap guru itu ramah.
"makasi bu... nggak apa, saya Cuma mau liat-liat ko bu..." Yuki mengambil buku itu dan membacanya.
Wanita itu berfikir Yuki hanya ingin mencari perhatian atau semacamnya agar terlihat bahwa dia adalah anak yang pintar, tidak berfikir bahwa Yuki akan mengerti dengan materi yang ada di dalam buku tesis itu.
Kenapa ada buku tesis di sana? Ia hanya membawanya karena ingin membacanya untuk mempelajari ulang, ada beberapa materi yang harus di ajarkan karena ia tidak hanya mengajar di sini, tapi di sekolah lain.
"radioaktif?"
Guru itu menoleh dan melihat Yuki, ia cukup terkejut dengan Yuki yang ternyata bisa membacanya dengan baik namun ia tidak tau apa anak ini mengerti atau tidak.
"bu... maaf mengganggu..." Yuki bertanya tentang apa yang ada di sana, ada beberapa hal yang salah, mungkin karena ada beberapa hal yang tidak pasti?
Yuki memang melakukan beberapa research karena Yuki suka membuat cerita sci-fi dan misteri yang tentu saja harus memiliki beberapa refrensi dan Yuki terkadang bisa mendalami apa yang menjadi researchnya.
"menurut mu begitu? Kamu udah baca berapa jurnal buat sampai ke kesimpulan itu?" tanya guru itu.
"untuk jurnal mungkin baru 3? Sisanya saya coba search di internet walaupun mungkin ada yang miss kalo liat di internet." Jawab Yuki dengan serius.
"ini jurnal ke 3 kamu?"
"ke 4 bu..."
"hmmm... cukup banyak, sebenernya..." mereka berdiskusi cukup panjang, bahkan Yuki dan guru itu membuat coretan perhitungan dari apa yang mereka bahas sampai akhirnya bel tanda berakhirnya pelajaran selesai.
Beberapa guru yang mengajar mulai satu persatu memasuki ruang guru termasuk bu Tuti.
Ia langsung di panggil bersama dengan Yuki yang saat itu sedang berada di dalam diskusi panjang bersama guru ipa.
"tuh kamu di panggil..." guru ipa itu menunjuk wakil kepala sekolah yang memanggilnya.
"haaahhh..." Yuki menghela nafas panjang.
"hahaha, kamu harus sabar... ngalah aja, ngalah bukan berarti kamu kalah ko... tenang aja..." guru ipa itu mendukungnya karena ia tau label siswa atas bukan sekedar label, jika memang hanya label, tidak akan ada diskusi panjang dengannya tadi, apalagi materi yang mereka bahas bukan materi untuk anak SMP kelas 7.
"ya... saya harap..." Yuki memberi salam singkat ke guru ipa itu dan pergi menuju ruang kepala sekolah.
Membahas apa yang terjadi di kelas tadi dan akhirnya mereka saling meminta maaf.
"ibu nggak bermaksud buat jelek-jelekin kamu, maaf ya..."
"iya bu, nggak apa-apa, saya juga minta maaf kalo tadi mungkin saya kurang sopan, saya nggak bermaksud buat nggak sopan..."
Dengan begitu berakhirlah permasalahan guru dan murid yang menurut Yuki sangat tidak penting, walaupun sisi baiknya adalah ia bisa mendapat sumber research untuk ceritanya.
Yuki kembali ke kelas karena sebentar lagi pelajaran terakhir akan di mulai, pelajaran terakhir itu adalah pelajaran ips.
Yuki masuk bersama dengan wali kelasnya yang memang seorang guru ips, mereka bercakap kecil saat dalam perjalanan kembali ke kelas.
Yuki duduk di kursinya dan Hana langsung bertanya "gimana? Nggak apa-apa?"
Yuki menoleh sebentar "nggak."
"tadi di tanyain apa?"
"Cuma jelasin apa yang terjadi terus sedikit di nasehatin dan ya udah aja gitu, maaf-maafan." Jawab Yuki sebari mengeluarkan buku ipsnya dan membukannya.
"hoo... nggak di marahin?"
"nggak."
Hana berhenti bertanya dan mulai memperhatikan guru yang ada di depan kelas yang sedang menerangkan, Yuki tidak bertanya, karena ini materi yang mudah.
Kelas selesai dengan cepat dan Yuki kembali dengan mobil jemputannya, kepalanya sakit, ia hanya ingin mandi dan bersantai setelah ini.
Hari-hari di sekolahnya sangat damai, ia belajar dengan baik dan ia sering berdiskusi dengan beberapa guru walaupun dengan secara tidak sengaja, Yuki tidak bermaksud untuk mencari perhatian atau semacamnya, ia hanya mencari hal-hal baru yang bisa menjadi bahan bukunya.
Ia menulis buku-buku itu bukan untuk langsung di jual, tapi ia akan menggunakannya untuk nanti saat aplikasi untuk membaca online berkembang, Yuki akan mengupload beberapa ke sana, Yuki ingat ada beberapa aplikasi yang mendatangkan keuntungan dengan menulis karena di masa depan buku cetak sudah sangat jarang penggemarnya, walaupun Yuki salah satu penyuka buku cetak karena lebih klasik.
Buku cetak memerlukan banyak biaya dan juga tempat, Yuki memiliki beberapa novel saja dan itu sudah membuat lemarinya penuh sesak jadi banyak orang yang memilih untuk beralih ke buku online, karena hanya membutuhkan 1 device untuk membaca puluhan buku.
Saat ini Yuki bahkan berdiskusi dengan guru ipanya tentang senyawa kimia dan manfaat serta kerugiannya, bahkan mereka menggunakan jurnal penelitian, ada 2 guru ipa yang berdiskusi dengannya, Yuki ingat satu gurunya ini adalah ahli biologi dan dia adalah dosen di salah satu universitas.
Yuki sangat suka cara pengajaran pria yang terlihat muda ini, ia cukup baik dan ramah tapi yang Yuki tau dia orang yang cukup sibuk, Yuki sedang membaca jurnal yang di bawa oleh guru itu dan berakhir dangan mereka berdiskusi.
"penelitian terakhir dari univ xx si gitu."
"yahh saya udah baca jurnal penelitian akhirnya." Yuki sedang membuat beberapa perhitungan acak di sebuah kertas.
"ha? Bukannya itu bahasa inggis semua?" tanya guru ipa yang Yuki ingat bernama pak Dimas.
"uh-huh..." Yuki bergumam "saya ngerti ko..."
"dia si udah biasa pak." bu Nuri, guru ipanya yang perempuan menjawab dengan santai sembari melihat perhitungan yang Yuki buat, memeriksanya dengan teliti.
"wahhh... kenapa nggak lompat kelas aja? Kamu mah nggak seharusnya ada di sini." pak Dimas.
"hmm... masih banyak hal yang masih bisa saya pelajari sekarang, lagian saya mau menikmati masa-masa sekarang." Yuki memutar pulpen di tangannya.
"kalo gitu kenapa nggak nyantai aja? Kamu selalu baca-baca hal kaya gini, bukannya malah pusing ya?"
"nggak juga si, kalo saya enjoy ngejalaninnya dan berdasarkan rasa pengen tau aja ya saya nikmatin, tapi kalo di paksa buat belajar, jujur saya ngantuk." Yuki meminum es kopinya.
"orang pinter si beda ya..." bu Nuri menggoda Yuki.
"haha... nggak ko bu, semakin banyak saya nyari tau, semakin saya sadar saya nggak tau apa-apa, jadi saya nikmatin apa yang mau saya lakuin, kadang saya juga nggak dengerin pelajaran di kelas karena nggak menarik." Yuki mengecilkan suaranya di akhir kalimat.
"haha... berarti kamu nggak dengerin ibu dong."
"yaa... kadang?" Yuki tersenyum dengan terpaksa.
"ya iya lah... pasti ngebosenin kan ada di kelas yang kamu udah tau apa yang di bahas." Pak Dimas mengutak atik laptop yang ada di depannya.
"haahhh... bener juga... kamu sekolah Cuma buat seneng-seneng si." Bu Nuri menghela nafas.
"haha... sometimes... nyari pengalaman, enjoying life sampe saatnya tiba saat saya punya tanggung jawab, kalo saya lompat kelas sekarang, saya nanti cepet lulusnya, cepet kuliahnya, abis kuliah harus nyari kerjaan, nyari uang, selagi masih ada waktu buat nikmatin, kenapa buru-buru buat lulus dan ngambil tanggung jawab." Yuki bersandar ke sandaran kursinya dan bersantai.
"bener... sekarang kamu ngelakuin banyak research buat enjoy, nanti ada masa di mana kamu bahkan nggak bisa memilih kamu mau lakuin apa nggak, tapi harus karena tanggung jawab." Pak Dimas.
Mereka terus bicara hingga bel masuk kelas berbunyi dan Yuki harus segera kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajarannya.
Jujur Yuki saat ini sedang tidak tertarik dengan materi yang di jelaskan, jadi ia sejak tadi hanya mencoret bukunya, menggambar wajah karakter animasi yang ia sukai tentu saja, walaupun terkadang ia akan melihat kedepan dan menatap papan tulis yang berisi penjelasan materi.
Yuki ingin tidur.
Ia ingat sepulang dari sekolah ia harus latihan vokal dan ia masih ada pekerjaan yang harus di selesaikan.
'Haahhh... aku bilang ingin enjoy apa yang aku lakuin, pada kenyataannya aku masih ada deadline naskah... terserah lah, lagi males, bodo amat.'
Yuki berencana tidak akan menulis apapun hari ini dan akan langsung tidur setelah makan dan mandi, ia ingin istirahat sebentar.
Selama ini tidak ada yang protes saat Yuki tidak belajar atau tidak melakukan apapun, ibu nya tidak pernah memaksanya untuk belajar lagi sejak ia masih kecil, kerena ibunya tau bahwa Yuki bukan tidak mau belajar, ia hanya lelah dan butuh istirahat, Yuki memiliki banyak kegiatan, jadi ibunya ingin dia istirahat atau hanya bermain dengan teman sebayanya.
Bukan duduk ber jam-jam untuk menulis naskah, atau sibuk dengan latihannya, ibunya hanya ingin Yuki hidup seperti anak yang senang bermain.
Sayangnya Yuki bukan orang seperti itu sekarang, bagaimana ia bisa bermain dengan teman sebayanya jika di dalam hatinya ia sebenarnya wanita yang sudah matang.
Setelah tutor vokalnya pergi, Yuki segera makan dan mandi air hangat, Yuki tau di luar sedang hujan saat keluar dari kamar mandi, Yuki segera memasuki kamarnya dan naik ke atas tempat tidur, menyelimuti kakinya dengan selimut tebal karena ac menyala dan udara dingin menyapa kulitnya.
Ia bermain dengan ipadnya, melihat-lihat berita baru di internet dan bermain beberapa game, menonton beberapa film, hingga akhirnya ia tertidur nyenyak karena udara dingin dan selimut yang hangat membuatnya mengantuk.
Di sana speaker menyala dengan suara lembut, suara piano terdengar menyanyikan nada yang membuatnya semakin mengantuk suara hujan di luar juga menambah kenyamanan.
Yuki tertidur hingga pagi.
"iya, bagus kan?" Yuki memandang pemandangan yang ada di luar sementara telinganya mendengar apa yang menjadi bahan pembicaraan di dalam mobil jemputan.
"iya, lagunya yang itu bagus banget, udah liat music videonya?" Yuki mendengar suara yang berbeda menyahut.
Mereka sedang membicarakan grup senior dari Jay, Yuki ingat dulu ia sangat menyukai grup itu bahkan hingga Jay debut, ia memiliki 2 fandom.
Yuki sudah mendengar lagu-lagu mereka saat ini sesudah mereka debut, jadi di waktu saat ini ia sudah menjadi fans terlebih dahulu, dulu yang membuat Yuki menyukai grup itu adalah teman-temannya ini, sampai ia masuk ke dunia K-Pop.
Dulu jika Yuki benar-benar menyukai secara membernya, sekarang Yuki lebih melihat karya dari grup tersebut, jika Yuki menyukai lagunya, maka ia akan mendengarkan, jika tidak maka tidak, jadi Yuki berfikir ia bukan fans dari suatu grup secara spesifik.
Walaupun Yuki mengakui dirinya fans dari grup ini dan grup milik Jay.
Setelah membicarakan grup korea, mereka bercanda dengan hal lain, Yuki hanya memperhatikan.
"Yuki kalo mau ikutan, ikutan aja, nggak usah di tahan, emang gila pada ni orang-orang." Seorang anak perempuan yang Yuki ingat namanya Tika bicara dengannya.
Tika anak yang sangat lucu dan ceria, juga dia sebenarnya cukup polos dan lurus walaupun dia anak yang cukup bijak untuk anak seukurannya.
Yuki berteman dekat dengannya di kehidupan yang lalu karena mereka sama-sama suka K-Pop dan sama-sama suka dengan animasi yang sama, dulu mereka grup yang cukup terkenal karena mereka sangat suka mengcover dance grup yang mereka suka.
"haha... iya." Yuki hanya tertawa kecil dan sesekali ikut meladeni ucapan anak-anak yang mejadi satu jemputan dengannya.
Mereka juga sempat terkejut bahwa Yuki ternyata anak yang cukup humoris dan ramah, awal mereka mengenal Yuki, mereka berfikir Yuki orang yang keras dan serius, juga sombong dan sinis, apa lagi mereka mendengar bahwa Yuki sempat memiliki masalah dengan salah satu guru killer di sekolah mereka.
Ternyata Yuki bukan orang yang seperti mereka fikirkan.
"Yuki, kemaren gimana pas kasus sama bu Tuti? Di omelin nggak?" tanya Tika yang sudah beralih pembicaraan. Semua yang ada di sana memperrhatikan jawaban Yuki.
"nggak, nggak di marahin." jawab Yuki dengan santai.
"nggak di marahin? Kan bu Tuti galak, aku aja takut kalo udah pelajaran dia." Tika.
"selama kamu benar kenapa harus takut? Toh dia duluan yang mulai, siapa orang yang nggak kesel di rendahin? Tinggal kalian mau ngomong apa nggak aja."
"wahh.... berani si..." teman yang lain ikut menjawab.
"haha...."
"kamu katanya sampe di keluarin kan?" tanya yang lain.
"tanpa bu Tuti nyuru aku keluar, aku emang udah niat keluar, Cuma nggak sopan kalo tiba-tiba keluar, siapa yang sangka bu Tuti beneran ngusir keluar, terima kasih kalo gitu, aku nggak ngerasa ada manfaatnya aku di kelas dia waktu itu."
"gila si, ntar kalo nilai kamu jelek gimana?" tanya Tika penah saran.
"nggak akan, liat apa yang bakal ku lakuin kalo penilaian dia nggak objektif, nggak usah jadi tenaga pendidik kalo nggak kompeten."
'bikin mau muntah aja' lanjut Yuki dalam hati.
Mereka lagi-lagi melihat Yuki dengan pandangan yang berbeda, mereka melihat Yuki benar-benar anak yang keras.
"haha... selama nggak ada yang nyari masalah dengan sengaja, aku juga nggak akan ngelakuin apapun ko, aku nggak suka terlibat keributan." Yuki terdiam sejenak "kalo nonton keributan si suka, hahahahaha."
Mereka masuk ke kelas masing-masing, di satu jemputan dengan Yuki hanya ada 1 orang yang memiliki kelas yang sama dengannya dan duduknya juga cukup dekat dengannya.
"hahaha, iya si Tika mah lucu banget." Anak perempuan yang menjadi teman sekelas Yuki berbicara dengan Yuki sembari masuk ke dalam kelas yang sama.
"ya... hahaha..."
Mereka mengobrol sampai akhirnya mereka duduk di bangku masing-masing, Yuki dan temannya ini yang Yuki ingat bernama Emma duduk hanya bersebelahan, mereka berbeda barisan walaupun sejajar, jadi mereka masih bisa bicara satu sama lain.
Bel berbunyi dan pelajaran sebentar lagi akan di mulai, beberapa anak panik karena belum mengerjakan tugas dan masih menyalin tugas temannya, ada yang duduk santai bermain dengan ponsel mereka, ada yang hanya mengobrol dengan teman yang lain.
Suasana masih ramai sampai akhirnya guru yang akan mengajar masuk dan kelas berubah menjadi hening.
Pelajaran berjalan dengan lancar, Yuki sedikit mengantuk dan keluar kelas saat bel tanda istirahat berbunyi.
Yuki seperti biasa hanya meminum kopi yang biasa ia beli dan segera kembali ke kelas saat ia sudah mendapat apa saja yang ia inginkan.
Di kehidupannya yang lalu, Yuki tidak terlalu ingat juga dengan masa lalu saat masih di SMP, ada beberapa yang ia ingat tapi memang tidak banyak. Ia hanya ingat mulai menyukai adol grup yang sangat baik dan lain-lain, ia juga sering melakukan dance cover di sekolahnya bersama dengan teman-temannya yang lain.
Ia cukup terkenal dengan kemampuannya yang baik saat itu, bahkan ada beberapa yang tau namanya yang menurut Yuki jujur sedikit aneh, karena tidak biasanya ada yang mau memperhatikan keberadaan Yuki.
Saat istirahat, Yuki berbicara dengan beberapa teman sekelasnya, ia bercanda dengan beberapa anak, pembicaraan mereka memang belum sepenuhnya nyambung dengan Yuki tapi setidaknya Yuki masih bisa menerimannya.
"menurut kalian di sekolah ini ada yang cakep nggak selain kak Rico?" tanya salah satu anak sekelas Yuki.
"hmmm ada si, tapi nggak tau namanya." Jawab yang lain.
"menurut mu?" salah satu dari mereka menunjuk Yuki dan berakhir dengan mereka yang mulai memperhatikan Yuki.
Yang membuat Yuki tidak faham adalah, mereka baru masuk SMP dan mereka sudah sibuk membicarakan laki-laki yang tampan. Jadi mereka masuk SMP untuk apa? Cari jodoh?
"nggak ada."
"kamu suka juga sama kak Rico?"
Yuki menatap dengan jijik "nope..."
"nggak? Biasanya banyak yang suka sama kak Rico."
Yuki menghela nafas "ya... banyak yang suka bukan berarti semua suka." Yuki menumpukan pipinya ke tangannya.
"iya si... jangan-jangan karena kamu udah punya pacar ya? Hahaha." goda salah satu anak yang ada di sana.
Yuki teringat dengan Jay, seseorang yang sudah mencuri hatinya.
'shit... kalo di inget rasanya mau muntah...'
"... ya, nggak pacaran si, suka aja" gumam Yuki.
Semua yang ada di sana terdiam menatap Yuki.
"..."
Yuki merasa risih dengan apa yang mereka lakukan "kenapa?"
"nggak apa, Cuma kaget aja, ternyata kamu bisa suka juga sama orang lain."
Yuki hanya menatap mereka dengan datar "oyy..."
"yahh... soalnya kan kamu kaya suka banget belajar gitu kan, anak teladan banget gitu."
"suka belajar? Anak teladan? Haha... kalo aku emang anak teladan, aku nggak akan kena kasus sama guru MTK di awal masuk sekolah, kalo aku suka belajar, aku nggak akan tidur kemarin" intinya adalah Yuki tidak suka ada yang mengatakan ia terus belajar seperti kutu buku.
Yuki tidak pernah terlalu keras belajar, dia hanya ingin mencari tau apa yang ingin dia tau, ia akan langsung malas jika ada yang menyuruhnya belajar, Yuki hanya akan bermain game atau tidur jika ada yang menyuruhnya belajar.
"siapa yang kamu suka?"