Hubungan Yuki dan juga Rico tetap tidak ada perbahan walaupun beberapa kali Rico mengajaknya bicara, Yuki memang akan membalasnya dengan baik, bahkan ia berkesan friendly di banding sebelumnya, namun Yuki tetap terlihat tidak ingin terlalu dekat dengannya.
"udah lah bro... masih banyak cewek lain yang mau sama kamu, dia udah bilang kalo dia udah punya pacar kan? Udahlah nyerah aja." Teman sebangkunya terlihat prihatin dengan Rico yang tampak tidak bersemangat hanya karena merasa tertolak dengan adik kelas mereka.
Ia mengakuinya, adik kelas mereka ini cantik dan juga sangat pintar, tapi ia bukan parempuan yang akan luluh dengan kata-kata manis, apalagi perempuan ini memang sudah memiliki kekasih yang katanya bukan orang dari negara ini, ia sudah mendengarnya dan berita itu memang sudah menyebar menjadi ke seluruh sekolah.
Terutama di kalangan laki-laki yang memang ingin mencoba untuk mendekati Yuki, namun sayang sekali, Yuki memang bukan wanita yang mudah untuk di ajak bicara, jika di sapa, Yuki hanya akan tersenyum sopan dan mengangguk sembari berlalu.
Tidak ada kesempatan mendekati Yuki yang bisa sangat dingin jika ia tidak menyukai suatu hal.
Yuki juga sudah merasakannya bahkan dari awal ia memasuki sekolah ini, saat pembelajaran sudah di mulai, memang ada beberapa orang yang mencoba untuk mendekatinya.
Yang bahkan ia sama sekali tidak ingin menanggapi mereka dengan serius. Karena itulah, banyak yang mundur dan tidak mendekatinya lagi, terutama saat rumor ia sudah berpacaran tersebar, ia mengetahuinya bahwa itu sudah tersebar.
Yuki juga memberi tahu hal ini pada Jay, sedangkan reaksi yang Jay berikan hanya tertawa dan bertanya.
"kenapa tidak kau coba saja berhubungan dengan 1 orang?"
Tentu saja Yuki hanya menjawab dengan jujur "nope, belum ingin berpacaran, lagipula apa yang kamu harapkan dari bocah SMP? Setelah aku terima, tidak lama aku yakin mereka akan mengabaikan ku, aku sudah menghafal tipikal bocah semacam itu."
"hahaha, jadi kau menjadikan ku sebagai tameng mu?"
"yeah... thanks for that... aku tidak perlu repot-repot menolak mereka satu persatu."
Jay terkekeh kecil membaca jawaban Yuki yang terdengar sedikit menyombongkan diri.
"hahaha, kamu cukup terkenal di sekolah mu."
"di kehidupan ku sebelumnya, aku sama sekali tidak terkenal."
Jay sudah akan membalas sampai satu pesan lagi muncul.
"well, aku cukup di kenal dulu, karena aku sangat suka melakukan cover dance di depan kelas, tapi bukan dalam konteks mereka akan mendekati ku, jika iya, mungkin aku akan pernah merasakan berpacaran dengan seseorang."
Jay menatap bingung tulisan yang ada di layar komputernya.
"kamu belum pernah pacaran? Bohong..." maksudnya, bahkan Jay pernah merasakan rasanya memiliki seorang kekasih tentu saja, ia adalah pria dewasa walaupun di kehidupannya saat ini ia belum berpacaran lagi.
"percaya atau tidak, aku memang belum pernah berpacaran."
Padahal menurut Jay, Yuki cukup manis, kenapa ia tidak pernah mau menjalin hubungan?
"kenapa?" setelah bertanya, Jay tidak mendapat jawaban dengan cukup lama, ia memutuskan untuk keluar sebentar dan membeli beberapa cemilan di toko serba ada di dekat rumahnya.
Sekembalinya, ia sudah melihat jawaban dari Yuki.
"aku tidak cantik, tidak menarik, canggung dengan orang lain, wajah ku seperti ada seseorang yang berhutang uang dengan ku, aura ku suram, dulu aku tidak memiliki skill apapun, aku dulu juga tidak pintar, bagaimana ada orang yang akan mau dengan ku? sekalipun ada karena wajah galak ku, mereka bahkan tidak mau mendekati ku sama sekali."
"dulu aku sempat menyukai Rico, orang yang ku ceritakan beberapa hari yang lalu, tapi jangankan melihat ku, melirik ku saja tidak. Sudah lah... aku bahkan sudah menyerah dengan mencari pacar, jika memang takdir, aku yakin tuhan akan mendekatkan ku dengannya."
"..." Jay terdiam membaca curahan hati miliki Yuki, ia sangat ingat, Yuki bukan orang yang akan mengungkapkan ke orang yang tidak terlalu di kenalnya, ia cukup tertutup dengan beberapa hal.
Yuki mengatakan ia tidak cantik, tapi menurutnya Yuki cukup manis dengan mata bulat besarnya, ia juga imut dengan tubuh kecilnya.
Seingat Jay, Yuki memang cukup canggung saat mereka pertama kali bertemu, di awal Yuki bahkan sama sekali tidak ingin melihatnya, walaupun memang benar Yuki memiliki wajah galak, ia juga mengakui hal itu, tapi saat ia tersenyum dan tertawa, Jay sangat menyukainya.
'hmm? Apa yang ku fikirkan? Yahh walaupun benar aku menyukai senyumnya.' Jay terkekeh dengan pemikirannya sendiri.
'Yuki lebih dari yang ia fikirkan saat ini, kenapa ia berfikir ia tidak cantik?' karena itu ia bertanya.
"kenapa kamu berfikir kamu tidak cantik atau menarik?"
Butuh beberapa saat untuk Yuki menjawabnya.
"dulu, waktu aku ikut club PMR, saat kami sedang praktek pertolongan pertama dan aku yang saat itu berperan sebagai korban, tiba-tiba ada seorang bocah yang datang ke arah kami dan mengatakan 'masa korbannya jelek banget' aku tidak mengatakan apapun saat itu, tapi ia mengatakannya di depan orang lain"
"aku menatapnya tajam saat itu, yang lain membela ku, tapi mereka sedikit tertawa, sejak saat itu, aku selalu berfikir bahwa aku memang tidak cantik atau menarik."
Jay terkejut mendengarnya, ternyata di sana juga ada hal semacam itu.
"Jaemin, Yuki yang kamu lihat saat ini, bukan Yuki yang ada di kehidupan yang lalu, Yuki yang kamu tau saat ini adalah Yuki yang sudah berubah, kamu tidak perlu terkejut dengan apa yang kukatakan, karena itu fakta, aku yang sekarang lebih menjaga tubuh dan belajar dengan baik, berbeda dengan Yuki yang ada di kehidupan sebelumnya."
"...." Jay terdiam.
Memang benar apa yang di katakan Yuki, ia tidak mengenal Yuki di kehidupan sebelumnya, seperti apa dia, bagaimana kehidupannya, ia sama sekali tidak mengenal Yuki yang itu.
Ia hanya mengenal Yuki yang berbeda, Yuki yang sudah dewasa, Yuki yang sudah berubah, Yuki yang sudah merawat tubuhnya dengan baik hingga ia menjadi manis dan imut, itu pun yang ingat dari pertemuan singkatnya di taman hari itu, ia tidak melihat kehidupan Yuki yang sebenarnya walaupun Yuki terkadang menceritakan beberapa hal padanya.
Mengetahuinya membuat Jay merasa sedikit kesal.
Ia menggenggam kalung yang ia gunakan dan memutar-mutar liontin dengan bentuk kunci yang sudah retak.
Walaupun ia tidak mengenal seperti apa Yuki di masa itu, tetap tidak mengubah fakta bahwa Yuki mengorbankan nyawanya untuk maju menolongnya tentu saja setiap manusia akan berubah, ntah menjadi lebih baik atau menjadi buruk.
Tidak masalah ia tidak mengenal Yuki di masa itu, tapi Jay mengenal Yuki yang saat ini.
"tidak perduli seperti apa kamu dulu, kamu tetap Yuki, setiap orang akan berubah, mungkin di kehidupan yang lalu kamu tidak secantik saat ini, tapi sekarang kamu sudah berubah dengan lebih menjaga diri mu, aku saat ini juga berbeda dengan aku di kehidupan sebelumnya, dulu aku sering menangis, sekarang bahkan aku tidak pernah menangis lagi semenjak aku kembali ketubuh ku saat ini, sekarang aku juga mengubah beberapa hal yang menurut ku adalah sebuah masalah untuk ku dan menjadi lebih baik dari pada aku yang ada di kehidupan yang lalu, tapi pada kenyataanya, Jung Jaemin tetaplah Jung Jaemin, apa bedanya dengan mu?"
Yuki membaca apa yang ada di layarnya, apa yang di ucapkan Jay.
Jay benar, walaupun ia berubah di masa ini, itu hanya karena kita memang mengikuti sifat terakhir sebelum menemui kematian, ia yang saat ini adalah wanita dewasa yang sudah matang, begitupula dengan Jay.
Yuki tetap seorang Yuki.
"yeahh, kau benar..."
Tapi Yuki sedikit merasa tergelitik dengan kalimat terakhir Jay.
"perbedaannya? Tentu saja kau sejak dulu sudah tampan bahkan di kehidupan yang lalu, hahahaha!"
Jay terkekeh membaca apa yang di tulis Yuki.
"hahaha, ntah lah."
Jay berfikir sejenak dan bertanya kembali.
"kapan kamu akan liburan kenaikan kelas?"
"ha? Hmmm sepertinya masih akan sangat lama, aku baru menyelesaikan ujian tengah semester ku, masih ada beberapa bulan lagi untuk sampai ke ujian kenaikan kelas, kenapa?"
"aku ingin kesana saat liburan panjang."
Yuki tercengang.
"untuk apa kesini? Apa tidak bosan dengan hal-hal yang ada di sini?"
"aku jarang kesana, aku akan masuk ke perusahaan saat aku SMA, aku tidak akan ada waktu lagi menikmati liburan, apalagi liburan keluar negeri, jadi jika bisa ke sana aku ingin ke sana, ajari aku bahasa indonesia." Jay meminum susu kotaknya.
"o,o wow... dulu di grup mu ada Minhyuk oppa yang lumayan bagus bahasa indonesia..."
"yeah, karena dia lumayan competitif di grup dan ya dia pintar."
"memang kamu tidak competitif?" seingat Yuki, walaupun Jay cukup tenang di grupnya, ia tetap punya jiwa competitif sebagai seorang pria.
"binggo, karena itu aku akan mencuri start."
"-_- uhhh... wow... that's really.... cool Jung Jaemin..."
Jay bisa membayangkan wajah kesal wanita yang ada di sana, ia tertawa cukup kencang.
":D hahahaha, I am..."
"jika kau ada di sini, aku akan melempar mu dari monas Jeong... serius..."
Jay kembali tertawa, ia sangat suka menjahili wanita ini, jujur saja, wanita ini terkadang bisa menjadi sumbu pendek di beberapa kesempatan.
"aku akan ke sana di liburan musim panas, mungkin agustus."
Yuki yang membacanya tersedak kopi yang sedang di minumnya.
"Juli aku udah masuk taun ajaran baru."
Jay terdiam, saat ke indonesia sebelumnya, ia memang kesana saat ada libur saja, bukan saat libur panjang.
Itupun juga hanya sebentar.
"kita bisa bertemu saat hari minggu."
"aku libur sabtu minggu."
"ok, kita ketemu saat itu, mungkin aku juga hanya 1 minggu di sana." Ucap Jay,
Pembicaraan mereka terus berlanjut beberapa saat sampai ternyata mereka menyadari di korea sudah sangat larut malam.
.
.
.
Jay sedang duduk di bawah pohon dan melihat ke arah lapangan, Cuaca cukup baik hingga ia bisa melihat anak-anak lain sedang bermain bola.
Ia ingat seseorang memintanya ke sini di sebuah surat, sepertinya ada yang akan menyatakan perasaannya padanya. Jay ingat ia memang berpacaran dengan seseorang di waktu-waktu ini, tapi ia tidak terlalu ingat dengan rupa orang itu.
"Jaemin..."
Mendengar namanya di panggil ia menoleh dan bangun dari sana, berhadapan dengan gadis itu, kulit putih dengan rambut pendek sedang menundukan kepalannya saat Jay menatapnya.
'ahh... iya... Hyerin...'
Ia mengingat nama kekasihnya dulu akhirnya.
"Jaemin... aku... aku... aku menyukai mu..." gadis itu menatap Jay takut-takut "kamu mau jadi pacar ku?" lanjutnya dengan suara yang malu-malu dan sangat kecil.
"...." Jay terdiam.
Dulu ia akan menerimanya, walaupun ia ingat hubungan mereka tidak bertahan lama, sekarang, ia bahkan tidak ingin memiliki hubungan apapun di sini.
Ia mengingat Yuki.
'sial...'
Tanpa sadar Jay meraba kalung yang ia kenakan di dalam bajunya.
Merasa tidak mendapat tanggapan dari pria itu, Hyerin mengangkat kepalanya dan menatap Jaemin yang saat ini sedang menatap ke tanah dengan tatapan yang sangat rumit.
"ummm.... kamu, sudah memiliki seseorang?" tanyanya pelan, ia merasa matanya mulai berair 'sepertinya sudah tidak ada harapan untuk ku...' lanjutnya dalam hati.
"..." Jay terdiam sejenak dan menatap gadis di depannya "yea.. mungkin saja..." gumamnya.
"mungkin?"
"emm, aku bahkan tidak yakin aku menyukainya atau tidak... tapi maaf, sekalipun itu bukan rasa suka, aku tetap tidak bisa menerima mu, kita bisa berteman." Jawab Jay mutlak pada akhirnya.
Hyerin hanya bisa mengangguk dan berlari dari sana, ia sepertinya menangis.
Jay yang melihatnya hanya bisa menghela nafas dan meminta maaf di dalam hatinya, ia tidak ingin menyakiti lebih lagi jika ia menerimanya karena rasa kasihan.
Setelah itu, rumor Jay yang memiliki kekasih tersebar, ntah kenapa mereka sangat ingin tau tentang itu, contohnya teman-temannya yang saat ini tampak seperti sedang menintrogasinya atas kasus pembunuhan.
"jadi, siapa? Dari sekolah mana? Aku dengar, dia tidak dari sekolah kita." Ucap satu anak laki-laki yang duduk di bangku depan Jay.
"hmm, yahh, bukan orang korea..."
"woooooww..." mereka terkejut bersama.
"amerika?, kamu dari sana kan?"
"bukan..."
"jadi?"
Jay terdiam sejenak dan memikirkannya, Yuki mengatakan, Yuki menjadikan Jay sebagai alasan ia menolak semua orang yang menyukainya, sekarang rasanya Jay malah melakukan hal yang sama.
"ada lah... orang luar intinya." Jawaban ini membuat mereka mendesah kecewa tidak mendapat jawaban apapun.
'lagipula anak-anak seperti kalian kenapa mengurusi masalah percintaan? Dari pada mengurusi urusan pacaran, kenapa kalian tidak belajar dengan baik? Dasar anak-anak...'
Semenjak rumor itu beredar, jadi sangat jarang ada gadis yang mau mendekatinya, terkadang ada beberapa yang masih memperhatikannya, tapi Jay tidak terlalu ingin perduli dengan masalah percintaan.
Ia masih harus memikirkan apa yang akan ia lakukan di masadepan dan memikirkan beberapa hal yang akan terjadi, bagaimana cara mengatasi atau mencegahnya.
Bukan hanya Jay, Yuki pun juga fokus dengan hal yang sama, ia akan memikirkan bagaimana menyelesaikan beberapa masalah yang menimpannya di masalalu, walaupun hal itu mungkin saja tidak terjadi karena ia sudah mencegahnya, siapa yang tau.
Selain itu, ia juga harus waspada dengan masalah yang timbul karena butterfly efek yang terjadi.
seperti saat ini.
"Yuki, aku suka sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku?" seorang bocah laki-laki tiba-tiba muncul saat jam istirahat di kantin dan di sana sedang ramai.
Banyak yang mendengar dan tentu saja membuat mereka semua menyorakinya meminta Yuki untuk menerimannya.
Tapi Yuki hanya mengerutkan sedikit dahinya dan menatap bocah bodoh di depannya.
'bukannya seharusnya dia tau tentang Jay?' fikirnya.
"aku nggak percaya kamu udah pacaran apalagi sama orang luar negeri, nggak ada buktinya juga jadi aku tau kamu pasti boong."
Hana yang mendengarnya juga merasa kesal, maksudnya, ia berbohong? Hana yang mengatakan bahwa ia yang pernah bertemu dengan Jay.
"haahhh... mau bener ato nggak, kamu fikir aku mau nerima kamu? Orang yang bahkan aku nggak kenal? Lupakan, aku nggak tertarik..." Yuki menerima kopi pesanannya dan segera berlalu dari sana.
Ia tidak akan perduli apa dia sedang mempermalukan bocah itu atau tidak, orang yang mempermalukannya ya dia sendiri, siapa yang menyuruhnya untuk menyatakan perasaan di depan umum jika bukan dari inisiatifnya sendiri.
Masalah tentu tidak sampai di sana, karena perkataan bocah itu, tidak ada yang percaya lagi dengan Yuki yang berhubungan dengan Jay, akhirnya ada beberapa orang lain yang ingin mendekatinya.
Terkadang mereka akan masuk ke dalam kelas, awalnya mereka hanya datang untuk menemui teman mereka yang katanya ada di kelas Yuki, tapi tujuan awalnya untuk mencoba mendapat nomor ponsel dan juga bicara dengan Yuki.
Yuki tidak pernah memberikan nomornya pada siapapun, jadi ntah dari mana beberapa orang ini mendapatkan nomornya, Yuki ingin mengganti nomor ponselnya.
Sampai beberapa gangguan menghilang karena ujian kenaikan kelas sebentar lagi di mulai, Yuki juga sibuk dengan pekerjaan dan juga lesnya, ia juga sibuk dengan belajarnya.
"hahaha, ribet tu... apalagi mereka bisa udah nggak percaya lagi sama Jay." Difa menertawakan apa yang menimpa Yuki.
Mereka saat ini sedang belajar bersama di rumah Yuki, mereka sedang beristirahat sembari memakan kue yang Yuki sediakan.
"haaahh... seneng..." Yuki menghela nafas mendengar temannya ini tertawa, sedangkan Tya tidak mengatakan apapun dan hanya tertawa sesekali.
"terus gimana sekarang?" tanya Tya.