"siapa yang kamu suka?"
Yuki menatap teman satu kelasnya "bukan anak sini... dia jauh..." Yuki membuka ponselnya dan melihat bahwa ada pesan teks dari editornya tentang naskah yang harus di berikan beberapa hari lagi.
'mendadak jadi ngantuk...' Yuki menguap pelan.
"bukan anak sini?" sepertinya mereka sangat pernah saran dengan pria yang di sukai Yuki.
Tentu saja Yuki tidak akan memberi tau siapa dia.
"bukan.. jauh dia, bukan dari negara ini juga..."
"hah??!!! Maksudnya orang luar negeri?"
Yuki hanya mengangguk.
"bohong... nggak mungkin lah..."
Yuki menatapnya heran.
"kenapa?"
"pasti artis ni..."
Yuki berfikir sejenak. Ya... Jay memang artis, tapi sekarang belum kan?
"hmmm nggak ko, aku ketemu dia pas dia liburan di sini..." ucap Yuki.
Mereka semua tercengang dengan ucapan Yuki yang meyakinkan dan walaupun dari mereka ada yang percaya namun tentu ada yang tidak percaya dan menganggap Yuki hanya berbohong, ada juga yang setengah percaya dan tidak.
"ohhh yang waktu itu pas di taman? Yang kamu balik berdua sama dia ya?" Hana mengingatnya, Yuki memang pernah terlihat jalan berdua dengan orang asing saat perpisahan mereka di taman, ntah kenapa Yuki keluar berdua bersama dengan pria asing itu yang bahkan bicara dengan Yuki menggunakan bahasa inggris.
"..." Yuki memang ingat ada beberapa anak yang ada di sana melihatnya, tapi aia tidak sadar jika ada hana di sana "ya... Jay."
Ucapan Hana membuat yang tidak percaya menjadi percaya yang setengah percaya dan tidak juga menjadi percaya, hanya mereka tidak menyangka, setampan apa pria ini?
"kamu masih berhubungan?" tanya Hana.
"ya, fakebook..." Yuki meminum kopinya.
"hooo... LDR dong..." anak lain yang Yuki ingat bernama Nur ikut bicara, Yuki ingat saat ia SMP ia penah mengerjai anak ini, ia berpura-pura menjadi orang lain.
"ha?"
"kalian pacaran kan?"
"..." Yuki terdiam sejenak "ya nggak lah, emang suka harus pacaran? Jangan aneh-aneh."
"heee..." semua yang ada di sana menatap Yuki tidak percaya dan Yuki hanya menatap mereka datar dan tidak perduli.
'terserah lah... toh mereka nggak kenal Jay.'
Pembicaraan tentang anak tampan di sekolah mereka masih berlanjut hingga bel berbunyi.
Dari pembicaraan mereka, Yuki tau bahwa Emma sudah berpacaran dengan ketua kelas di kelas ini, bernama Rizki. Yuki ingat bocah ini cukup mesum dan ia ingat bahwa kakak kelas akan datang dan bertengkar dengan Emma, hanya karena Rizki yang sama sekali tidak pantas untuk di perebutkan.
Yuki sama sekali tidak ingin ikut campur dengan apapun itu yang berhubungan dengan hubungan mereka, sangat tidak pantas, ia hanya akan menonton, Yuki tidak bercanda saat mengatakan suka melihat keributan, hidupnya akan sangat datar jika tidak melihat keributan seumur hidupnya.
Benar saja, keesokan harinya, kelas ramai karena kakak kelas masuk dan mulai memaki Emma yang tentu saja di balas, mereka bertengkar satu sama lain dan tidak ada yang bisa menghentikannya.
Rizki yang menjadi biang dari masalah pun tidak bisa menghentikannya dan Yuki tentu hanya melihat dan menikmati tontonan gratis yang cukup seru.
Yuki melihat jam tangannya dan melihat bahwa sebentar lagi kelas akan di mulai, jadi Yuki maju.
"kalian ngapain si?"
Kakak kelas yang bahkan Yuki tidak ingat namanya dan Emma menoleh ke arah Yuki.
"nggak usah ikut campur deh!"
Yuki hanya menghena nafas dan menunjuk jam dinding yang ada di kelas.
"udah mau masuk, kalo mau berantem di jeda dulu aja kak, nanti di lanjut lagi pas istirahat..."
Kakak kelas itu akhirnya pergi dengan kesal tidak lupa melempar umpatan kasar ke arah Emma dan tidak lama kemudian kelas kembali damai.
Sampai akhirnya istirahat mereka masih melempar sindiran dan juga tatapan tajam jadi Yuki akhirnya bertanya.
"apa si bagusnya Rizki? Udah jelas dia selingkuh, masih mau pacaran sama dia? Sama sekali nggak worth it..."
Emma menatap Yuki bingung "nggak apa?"
Yuki menghela nafas sejenak "nggak setimpal, nggak ada bagusnya kamu berantem sama kakak kelas buat dia..." Yuki menyesap kopinya "menurut aku si, tapi terserah kamu..."
Walaupun yang Yuki ingat memang setelah acara labrak melabrak ini Emma tetap berpacaran dengan ketua kelas mereka dan Yuki tidak pernah mendengar kabar kakak kelas itu lagi tetap saja menurutnya, sama sekali tidak sepadan.
Rizki bukan orang yang sangat baik atau berprestasi, dia sangat biasa, mesum pula.
"ya aku suka sama Rizki, gimana dong?"
Yuki hanya tersenyum dengan terpaksa jadi ia tidak akan membahasnya lagi, bukan urusannya juga, jadi ia tidak terlalu perduli dengannya.
Mereka bertemu dengan Tika dan yang lain saat kembali ke kelas, mereka mengobrol dan bercanda satu sama lain.
"Yuki..." Rico datang dan berdiri di depan Yuki, Yuki hanya menatapnya bingung sampai akhirnya ia menjawab sembari tersenyum kecil.
"ya?"
"uhh, tadi pagi Rima ngelabrak di kelas kamu ya?" tanya Rico setengah penah saran setengah khawatir.
"iya, tapi bukan aku yang di labrak, kenapa?"
"nggak... kamu nggak apa-apa kan tapi?"
"ya... i'm ok."
"ohh... bagus lah..."
Mereka bertukar beberapa kata lagi sampai akhirnya Rico pergi.
"wahh... Yuki, kayanya kak Rico suka deh sama kamu." Ucap Tika seperginya Rico.
"hmm..." Yuki hanya bergumam tidak perduli. Kenapa jika bocah itu menyukainya? Ia tidak terlalu perduli, apapun itu.
"kamu nggak suka?" tanya Kinan, salah satu anak yang menjadi teman satu jemputan dengannya.
"nggak..." jujur, Yuki muak dengan pertanyaan semacam itu, mereka baru kelas 7, bahkan belum ada 1 semester dan mereka hanya membicarakan anak yang tampan terus menerus, Yuki mual.
"dia udah punya cowo... udah lah jangan tanyain Yuki lagi..." Emma membantu menjawab, ia tau apa yang akan di tanyakan lagi, jadi ia akan langsung menjawab tanpa di suru.
Lagi-lagi reaksi mereka tercengang sejenak.
"seriusan? Siapa?" Tika.
"bukan anak sini, orang luar." Jawab Emma, Yuki hanya diam karena memang benar apa yang di katakan Emma.
'maaf Jay... aku nggak bermaksud, tapi nggak ada pilihan lain, aku nggak mau di tanya terus-terusan'
Yuki berfikir sejenak.
'.... atau malah akan semakin ramai yang bertanya!??? ... shit...'
Yuki berharap tidak ada yang bertanya lagi, jadi Yuki memutuskan untuk tidak menjawab apapun tentang laki-laki yang ia sukai.
Siapa yang sangka setelah Yuki menyelesaikan mandinya, ia melihat ponselnya dan melihat ada SMS yang masuk, saat ia melihatnya ia hanya melihat pesan dari nomor yang tidak ia kenal.
"hi.."
"siapa?"
"ini aku, Rico..." Yuki terdiam sejenak dan bertanya-tanya.
"ohh... ya... kenapa?"
"nggak apa-apa... kamu lagi apa?"
Pertanyaan yang sangat biasa.
"abis mandi, kenapa?"
PING
Suara notifikasi dari komputernya membuatnya menoleh dan melihatnya, ternyata itu berasal dari fakebook dan ia melihat Jay yang menghubunginya.
Yuki meletakan ponselnya dan mulai mengobrol dengan Jay, sesekali membalas pesan dari Rico yang menurutnya tidak terlalu penting, Yuki tidak terlalu mengenal Rico, sangat wajar jika tidak ada topik yang bisa mereka bahas.
Sedangkan jika dengan Jay, mereka bisa membicarakan banyak hal, karena mereka berada di umur yang sangat berdekatan.
Selesai dengan mengobrol bersama Jay, Yuki kembali mengerjakan pekerjaannya, menulis.
Bukan halaman yang susah dan memang hanya tersisa sedikit lagi hingga ending, Yuki berencana menyelesaikannya hari ini.
Keesokan harinya, Yuki kembali berangkat ke sekolah dan tidak ada yang baru, seperti hari biasa dan sama sekali tidak ada yang baru yang menarik.
.
.
.
Hari-hari terasa sangat amat normal, tidak ada kejadian menarik sampai akhirnya, seluruh kelas mendapat tugas kesenian menari.
Kelompok di bagi dengan bebas, beberapa anak langsung bertanya pada Yuki.
Di kehidupan yang lalu, tidak banyak yang menyukai Yuki, jadi sangat sulit mencari kelompok secara bebas saat ini, mereka akan mengatakan, sudah full atau semacamnya, selalu seperti itu saat berkelompok, jadi Yuki hanya akan menerima grup yang sudah sisa.
"Yuki mau satu kelompok? Kita mau tari saman."
"..." Yuki terdiam sejenak dan mengatakan ia akan bertanya pada guru terlebih dahulu, Yuki hanya akan mengambil modern dance, bukan tari daerah.
"bu, boleh lah kita ada modern dancenya 1 aja, kelas lain ada bu." ia membujuk.
"kelas lain mana?"
"semua kelas tugasnya sama bahkan kakak kelas, jadi saya tau dari kakak kelas bu." Ucap Yuki masih berusaha mengelabui guru itu, ia berbohong mengatakan hal itu, tidak ada yang mengatakannya, ia mengetahuinnya karena di kehidupan yang lalu sehari setelah pemberian tugas, ia mencuri dengar hal ini.
Guru yang mendengar hal itu terdiam sejenak dan akhirnya mengiya kan.
"ok, saya modern dance." Yuki menatap guru itu yang menambah modern dance ke dalam daftar tari dan menulis namanya di bawah.
Yuki menoleh ke teman-temannya "aku butuh... 3 orang lagi untuk masuk ke tim ku..."
"aku mau dong..." Ruby langsung mengangkat tangannya. Yuki ingat dulu ia tidak 1 tim dengan Ruby saat tugas ini, Ruby dulu ada di tim tari saman.
"aku mau."
"aku juga."
"aku mau juga."
"aku boleh nggak?"
Ada beberapa anak yang langsung mengangkat tangan mereka berharap di pilih untuk memasuki kelompok Yuki.
Ia melihat teman satu timnya dulu, Sarah dan juga feby.
Dulu mereka adalah tim buangan, mereka membuat tim karena tidak ada yang mau satu tim dengan mereka, dulu ia hanya berdua dengan Sarah, lalu bertambah Feby beberapa hari kemudian karena ia tidak ada kelompok dan 1 orang lagi Yuni.
Alasan kenapa tidak ada yang mau 1 kelompok dengan Yuni adalah mereka bilang Yuni sangat kaku dan lain-lain, sedangkan Yuki tidak ingin berada di kelompok yang sama dengan Yuni karena ia memiliki sebuah penyakit.
Bukan penyakit menular, namun Yuki takut saat Yuni satu kelompok dengannya dan terjadi sesuatu dengannya, maka yang harus tanggung jawab adalah tentu saja Yuki, jadi Yuki berencana tidak akan memasukan ia ke dalam kelompoknya.
Ia hanya akan mengambil Sarah, Feby dan Ruby.
"ok, kelompok saya udah jadi, saya nggak akan ngambil lebih dari ini, karena saya udah nyiapin koreo untuk 4 orang... terimakasih..." Yuki kembali ke tempat duduknya.
Sedangkan untuk tari saman mereka sudah menentukan kelompok mereka juga dan sudah tertulis namanya.
Sepulang sekolah Yuki dan teman satu kelompok memutuskan untuk pergi ke rumah Yuki untuk membicarakan musik dan juga koreo.
Mereka sampai ke rumah Yuki dan beristirahat sejenak sembari Yuki menyalakan komputernya.
"aku ambilin minum dulu..." Yuki keluar kamar dan mengambilkan minum untuk mereka semua.
"ehh, gila kamar Yuki enak banget..." Sarah memperhatikan kamar yang rapi itu.
"iya, memang, aku udah pernah ke sini si dulu, pas orientasi, kan aku nari sama Yuki waktu itu." Ruby menjawab dengan santai sempari melihat pantulan dirinya di kaca kamar Yuki yang menghabiskan 1 sisi tembok.
Feby juga memperhatikan ruangan itu, jujur ia sangat iri dengan Yuki. Ia terlihat berada di keluarga yang cukup kaya.
Yuki masuk kembali ke kamar itu dan membawakan senampan air minum dan beberapa cemilan yang terlihat enak.
"ehh, Yuki, enak banget kamar nya..." Sarah akhirnya mengungkapkan apa yang ada di fikirannya tentang kamar yuki yang luas dan dingin karena barusan Yuki menyalakan AC.
"hmm, ya lumayan..." Yuki meletakan nampan di pojokan karena ia takut nanti gelasnya tertendang dan tumpah.
"gila si, orang kaya banget..." Feby juga ikut menyuarakan pikirannya.
Yuki tidak terlalu menanggapinya karena jujur saja 80% kamar ini bukan di beli dengan uangnya, tapi dari pamannya dan juga rumah ini juga bukan milik orang tuannya, mereka hanya menumpang.
"nope... ini bukan rumah orang tua ku, kita numpang di sini, jadi nggak bisa di bilang kaya juga." Yuki tidak bermaksud menyembunyikan apapun, toh memang ini bukan rahasia.
"ha? Bukan rumah mu? Terus?"
"rumah sodara ku... lagi ngumpulin uang buat beli rumah sendiri..." Yuki mengutak atik komputernya dan akhirnya mengganti topik menjadi tugas sekolah mereka.
"jadi, aku udah ada musiknya dan juga udah ada gerakannya, tapi kalo emang gerakannya ada yang sulit, bisa kita ganti ke yang lebih mudah." Yuki menjelaskan sembari membuka sebuah file berisi koreografi yang terkadang akan ia rekam untuk mengetahui seberapa jauh ia berkembang saat ini.
Yuki membuat lagu ini sendiri, saat liburan sekolah ia meminta Jay untuk mengajarinya cara membuat lagu, jadi sesekali ia akan maluangkan waktunya untuk membuat beberapa lagu dan koreografi.
Mereka menonton gerakan dance yang ada di layar, di sana terlihat Yuki yang menggerakan tubuhnya mengikuti irama, gerakannya tidak terlalu sulit dan terkesan sederhana, jadi Yuki berharap mereka semua bisa melakukannya dengan baik.
"ok, gimana menurut kalian? Apa ini berat?"
"hmm, kita coba aja dulu beberapa gerakan yang keliatan susah kalo emang ternyata terlalu susah, kita coba ganti." Usul Ruby.
Mereka akhirnya mencoba beberapa koreo yang mereka anggap sulit dan tapi ternyata setelah mempelajarinya tidak sesulit yang terlihat, jadi mereka memutuskan untuk tidak mengubah koreo.
Beberapa koreo ini memang tidak sulit, namun cukup menguras tenaga, ini yang di khawatirkan Yuki jika Yuni ikut kedalam tim nya.
"nggak apa-apa lah, lagian kelompok kamu baru 4 orang, nggak papa si kalo nambah 1 orang lagi."
"...." Yuki sebenarnya antara tidak tega dengan tidak ingin membawa beban. Maaf saja, Yuki bukan orang baik yang akan mau di bebani dengan sesuatu secara Cuma-Cuma apa lagi sebenarnya Yuni bisa di kelompok lain.
Memang dasarnya mereka juga tidak mau satu kelompok dengan Yuni.