Yuki tentu juga sibuk dengan hal itu selain ia bersantai di rumah dengan beberapa ke sibukan dan tentu saja karena ia suka bermain game, ia juga akan bermain game dengan Yuri saat waktu luang.
Selain itu Tya dan Difa juga sesekali datang dan bermain konsol game bersama.
"Yuki, kenapa si kamu masuk ke sekolah itu? Kenapa nggak ke sekolah yang sama?" tanya Difa dengan cemilan di tangannya, sedangkan Yuki sedang sibuk dengan karakter game yang di mainkannya bersama dengan Tya.
Yuri sedang keluar saat ini karena ia sedang di rumah bibi yang rumahnya cukup jauh, kakaknya sudah menginap sejak kemarin.
"hmm.... nggak kepengen aja di sana, nggak tertarik juga..." gumam Yuki sembari sibuk menembaki musuh yang jumblahnya tidak sedikit di layar.
"haaahhh... tapi kan kita jadi kepisah, iya kan Tya?" Difa memasukan makanan ke mulutnya.
"hahaha... nggak apa, semua sekolah sama, lagian rumah kita deketan, tetep bisa belajar bareng kalo mau, lagian pelajarannya bakal sama aja walopun beda paling dikit bedannya.... aaaaa!! Aku mati?!" Tya menjawab dengan santai dan berteriak melihat karakter game yang di mainkannya mati tertembak.
"haha..." Yuki tertawa ringan.
Yuki juga menghabiskan waktunya untuk berlatih vokal, dan Yuki mulai menari, sebenarnya Yuki sangat suka menari, tapi sayang sekali di rumahnya tidak ada tepat yang cocok untuk latihan.
Jadi pamannya memperlebar kamar Yuki dan meletakan kaca yang sangat besar memenuhi satu sisi kamarnya.
Firnitur di ubah menjadi lebih ringkas, kasurnya jadi satu dengan lemari bajunya, meja belajar dengan banyak sekali lemari penyimpan yang berguna untuk menyimpan barang Yuki.
Semua tampak ringkas dan membuat kamar itu terlihat sangat luas, Yuki sangat menyukainya di banding dengan kamarnya yang cukup sempit di kehidupannya yang lalu, ia bebas menari di kamarnya.
Awalnya pamannya ingin memberikan tutor menari untuknya, tapi Yuki menolak, ia akan melihat dari internet saja, selain itu ia mungkin akan mencoba beberapa hal di masa depan.
Yuki berkeringat saat ia sudah menyelesaikan tariannya, ia hanya menari seperti yang di ingatnya di kehidupan sebelumnya, untuk saat ini ia akan belajar keseimbangat tubuh dan singkronisasi, ia cukup bagus dengan itu semua karena ia berlatih piano.
Ia menatap pantulan dirinya, ia memperhatikan wajah dan kulitnya yang berwarna putih ke kuningan, kulitnya sehat dan sangat terawat, wajah dan rambutnya terawat dengan baik juga, ia melihat dirinya di masalalu dengan lebih baik.
Karena ia yang ada di masalalu tidak terlalu perduli dengan penampilan, maka ia yang sekarang sangat merawat dirinya, ia bahkan berolahraga walaupun bukan olahraga yang terlau berat setidaknya bisa membuat tubuhnya terlihat bagus.
Kakinya kecil, walaupun ia termasuk pendek, tubuhnya menjadi lebih baik, ia memiliki tubuh yang lebih tinggi dari dirinya yang dulu di umur yang sama.
Dulu bibirnya ke hitaman, sekarang ia memiliki bibir yang pink alami dan lebab karena Yuki tidak pernah lupa menggunakan lipbalm untuk bibirnya yang sebenarnya kering.
Dulu ia memiliki tahi lalat di pipinya dan membuatnya tidak percaya diri, tapi sekarang sudah tidak ada karena beberapa waktu yang lalu Yuki pergi ke dokter dan menghilangkannya, hanya tersisa di bawah matanya dan itu sangat kecil.
ia cukup puas dengan apa yang ia dapat saat ini, jadi ia hanya akan membiarkannya, walaupun saat ini ia tidak secantik itu, ia tetap bersyukur dan berusaha untuk percaya diri karena ia sudah menghilangkan apa yang membuatnya menjadi tidak percaya diri.
Yuki meminum airnya dan kembali pada latihannya.
Kegiatan yang cukup padat untuk seseorang yang sedang berlibur, seharusnya Yuki bersantai, namun ntah kenapa Yuki sudah mengubah cara hidupnya dan saat ini sudah menjadi kebiasaanya yang tidak bisa di tinggalkan.
Sampai tidak terasa libur sudah selesai dan Yuki mulai menjalani awal SMPnya yang seperti biasa di awali dengan masa orientasi siswa untuk mengenalkan sekolah baru mereka.
Sekolah ini masih baru dan belum banyak kelas di sekolah, bahkan masih ada bangunan yang belum jadi, karena Yuki adalah angkatan kedua.
Yuki tidak sendiri di sekolah ini yang berasal dari SD yang sama, Yuki bersama dengan 2 orang teman yang berasal dari sekolah yang sama, namun mereka tidak terlalu dekat, mungkin hanya Hana yang ia kenal cukup baik.
Hana adalah siswi yang cukup memiliki pemikiran yang dewasa, ia salah satu orang yang tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi dengan Yuki saat ada masalah dengan Vinka, ia tidak mengatakan hal yang buruk tentang Yuki.
Kakak kelas yang saat ini sedang berada di depan kelas sedang menerangkan apa saja yang harus mereka siapkan saat masa orientasi.
Yang pasti yang perempuan harus menggunakan kuncir rambut atau pita sesuai dengan tanggal lahir mereka masing-masing, Yuki lahir tanggal 1, jadi ia hanya akan di kuncir satu dengan pita yang berwarna sama dengan kelasnya.
Mereka juga menggunakan nametag yang di gantung di leher mereka seperti kebanyakan masa orientasi siswa dengan menggunakan seragam dari sekolah asal, tapi kebanyakan berasal dari sekolah negri, hampir semua seragam sama.
Yuki bertemu dengan beberapa orang baru di sekolahnya, ia juga berteman dengan beberapa dari mereka walaupun Yuki tau ia mungkin tidak akan satu kelas nantinya, tidak ada salahnya hanya mengenal.
Masa orientasi berlangsung selama 5 hari dan beberapa hari sebelum hari terakhir, kakak kelas mengatakan untuk tampil mewakili gugus kelas mereka, sebenarnya Yuki ingin menjadi perwakilan juga untuk gugus mereka, namun ia tidak tau apa yang harus di tampilkan, Yuki sangat ingat belum ada sama sekali fasilitas yang memadai di sekolah ini.
"Yuki?" seorang kakak kelas laki-laki memanggilnya dan Yuki hanya menatapnya datar, di antara semua murid orientasi hanya Yuki yang berani menatap orang lain seperti itu "kamu mau?" tanya kakak kelas itu.
Yuki ingat nama kakak kelas ini adalah Rico, Yuki ingat banyak anak perempuan yang menyukainya, di kehidupan yang lalu, Yuki bahkan tidak akan berfikir anak ini akan melihat ke arahnya. Sekarang? Jay sudah mengambil hatinya, membuat Yuki iritasi, Yuki berharap perasaan ini akan menghilang suatu saat.
"apa aja bebas?" tanya Yuki langsung.
"ya..."
"...." Yuki terdiam dan berfikir. Ia bisa bermain piano, tapi bahkan di sekolah ini tidak ada keyboard, bernyanyi acapela? Yuki tidak terlalu bisa mendalaminya, Yuki takut akan menjadi aneh jika ia melakukannya sendiri, menari? Mungkin bagus juga? Tapi menari sendiri?
"saya sendiri?" Yuki.
"ya terserah, mau ajak temen yang lain juga boleh. ada yang mau lagi nggak?" tanya Rico pada anak yang lain.
"saya mau si kak, tapi emang gugus kita mau ngapain?" tanya seorang anak perempuan mengajukan dirinya.
"ya... terserah kalian, boleh nari, nyanyi terserah kalian, asal nggak malu-maluin gugus kita aja..." Rico kembali menatap Yuki yang saat ini tampak terdiam "gimana? Mau ikut?"
Yuki terdiam sejenak "ok..." Yuki akhirnya mengiya kan.
"ok, siapa aja ni yang mau ikut?" setelah beberapa saat mereka berdiskusi, mereka sudah menentukan 4 orang untuk tampil.
Yuki, Ruby, Karin dan Wuri.
Jujur saja Yuki tidak terlalu ingat dengan mereka, kemungkinan selain karena itu sudah sangat lama, mungkin juga mereka tidak berada di kelas yang sama dengan Yuki, jadi Yuki tidak ingat, yang Yuki ingat hanya Ruby, di kelas 7 mereka berada di kelas yang sama ia juga cukup dekat dengannya.
Sepulang dari kelas mereka, mereka berkumpul terlebih dahulu untuk membicarakannya.
"di rumah ku ada ruang latihan dance kalo kalian sepakat buat dance." Yuki menawarkan tempatnya, lagipula rumahnya juga tidak terlalu jauh dan ia menggunakan jemputan sekolah saat ini, mereka bisa di antar sampai rumahnya.
"ruang latihan?" Ruby tercengang begitupula dengan yang lain saat Yuki menyebutkan tentang ruang latihan menari.
"ya... sebenernya itu kamar ku, tapi juga ruang latihan ku, di sana ada kamar besar." Yuki.
"ok, kita ke sana." Mereka sepakat dengan pergi ke rumah Yuki dan memang benar, rumahnya hanya 15 menit dengan mobil dari sekolah.
Mereka segera sampai dan mereka memasuki rumah Yuki yang cukup rimbun dengan banyak pohon dan tanaman, kesan rumahnya tidak terlalu bagus karena terlalu rimbun membuatnya menjadi agak sedikit gelap walaupun di luar sangat cerah.
Tapi mereka cukup tercengang dengan bagian dalam rumah Yuki, tempat itu sangat luas dan atapnya tinggi membuat rumah itu cukup sejuk, yang paling nyentrik dari semua perabotan adalah piano yang sangat cantik terpajang di sana. Jika mereka bisa menilai maka mereka akan mengatakan.
'orang kaya.'
Walaupun sebenarnya mereka tidak kaya sama sekali, rumah ini bukan milik orang tuanya, mereka hanya menumpang.
Mereka lagi-lagi di buat tercengang dengan kamar Yuki yang juga sangat bagus, dindingnya memiliki warna biru langit yang sangat muda dan soft, saat lampu di nyalakan membuat tempat itu semakin terang, perabotan di sana juga sangat sedikit, hanya lemari baju yang di bagian atasnya terdapat kasur tinggi dan ada 1 meja belajar yang tidak terlalu besar dan sangat rapi, di atasnya terdapat laptop yang cukup bagus, speaker, layar yang tersambung ke laptop.
Ruang latihan itu cukup kedap suara, bahkan jendela yang tadinya memenuhi satu sisi kamar itu sudah hilang, kamar itu cukup bagus dan serba guna.
"kamar kamu enak banget...." mereka bertiga menyusuri kamar itu dengan seksama dan melihat pantulan mereka sendiri di cermin yang cukup besar memenuhi satu sisi kamar itu, tipikal ruang latihan dance.
"hmmm, nggak juga..." gumam Yuki, ia melepas pakaiannya dan menggantinya dengan pakaian yang lebih nyaman sebelum akhirnya ia duduk di kursi meja belajarnya "jadi, kita mau bawain lagu apa? Kita yakin ni mau nari aja?" tanya Yuki merasa tidak terlalu yakin jika menari.
Persiapan mereka bahkan tidak ada 1 minggu dan mereka harus bisa membawakan penampilan mereka dengan baik.
"ya... gimana ya, aku nggak bisa nyanyi..." Karin mengatakan dengan nada menyesal.
"iya aku juga malu kalo nyanyi, takut di ketawain sama yang lain nggak si?" Wuri membenarkan perkataan Karin.
"ya udah, mau nari pake lagu apa?" Yuki bingung harus menggunakan lagu apa, bagaimanapun juga ia saat ini bertim, jadi semua harus dari kesepakatan bersama, Yuki tidak begitu yakin apa yang di sukainya akan di sukai juga oleh timnya.
Mereka berdiskusi cukup lama sampai akhirnya mereka sepakat dengan 1 lagu dan mulai menyelesaikan koreo yang mereka ciptakan sendiri, bagaimanapun juga mereka hanya menyiapkannya dengan waktu yang sangat singkat, membuat gerakan yang mereka ciptakan tidak terlalu rumit.
Hari dimana mereka tampil akhirnya datang, mereka di kumpulkan dan berbaris di lapangan sesuai dengan gugus mereka.
Saat akhirnya mereka tampil, sesuai dengan apa yang sudah di duga oleh Yuki, sekolah ini tidak memiliki fasilitas apapun, jadi mereka bahkan tidak bisa menyambungkan ponsel ke speaker jadi mereka menggunakan mic.
Yuki tau hal ini akan terjadi, alih-alih terkejut ia malah merasa miris dengan sekolah ini.
Mereka pada akhirnya tampil dengan baik walaupun dengan music yang alakadarnya namun setidaknya music masih terdengar, Yuki dan yang lain hanya membawakan random music yang ada di laptop Yuki kemarin.
Mereka menyelesaikan tarian mereka dengan sempurna dan mendapat tepuk tangan yang meriah, walaupun tidak dengan gerakan yang rumit, setidaknya mereka bisa melakukannya dengan baik tanpa ada kesalahan.
Semua acara sudah selesai dan ini adalah akhir dari masa orientasi siswa saat ini dan Yuki baru mengetahuinya bahwa siswa dengan nilai terbaik yang masuk ke sekolah itu adalah dirinya.
Bukan hanya terbaik di SD nya, namun juga terbaik di sini, Yuki sama sekali tidak berespektasi, siapa yang sangka.
Minggu depan sudah masuk masa belajar, para murid sudah boleh menggunakan seragam SMP mereka namun jika belum memilikinya tidak masalah, sekolah juga harus menyiapkan seragam untuk para murid untuk di bagikan.
Ada beberapa seragam yang mencerminkan sekolah mereka, jadi para murid masih harus menunggu.
Hari sabtu dan minggu di habiskan dengan bersantai, Yuki berlatih dengan pianonya dan tentu saja ia akan menyelesaikan deadline ceritanya yang sebentar lagi harus di berikan pada editornya.
Yuki sedang sibuk dengan tulisannya sampai notifikasi fakebook di laptopnya berbunyi, saat Yuki membuka dan melihatnya, ternyata itu Jay yang sedang mengirim pesan padannya.
"hi..." Jay.
"ohh Jay... hallooo ^^" Yuki.
"maaf baru bisa menghubungi mu, aku sudah pindah ke korea sekarang dan kemarin aku sibuk dengan banyak sekali barang." Jay.
"kamu sekarang tinggal di korea?" Yuki.
"yeahh... kerjaan ayah ku sudah selesai di sana jadi kami memutuskan kembali ke korea, lagipula kami tidak terlalu lama di sana..." Jay.
"hooo..."
"bagaimana kabar mu?" Yuki.
"baik..." Jay.
"kamu akan ikut audisi lagi?" Yuki.
Jay tidak langsung menjawabnya, butuh beberapa saat untuk Jay membalasnya, mungkin ia sedang berfikir. Jay tau seperti apa menjadi publik figure, beberapa kali terdengar berita yang kurang menyenangkan terlempar untuk Jay, bukan sekali dua kali, jadi mungkin hal ini yang membuat Jay memikirkan ulang masa depannya, walaupun ia sangat ingin kembali karena teringat dengan teman-teman satu timnya, ia juga ingin menjadi orang biasa.
"ntah lah..." Jay.
"well, pasti berat kan?"
"apapun itu aku mendukung mu, ntah dulu atau sekarang." Yuki.
"yeah... thanks." Percakapan mereka berlanjut beberapa saat, banyak sekali topik yang mereka bicarakan, ntah itu hanya sekedar bicara omong kosong atau bicara tentang pekerjaan di masa depan.