Sebelum benar-benar keluar dari sekolah itu, tentu saja ada perpisahan.
Pertama mereka akan pergi keluar dan lalu beberapa hari kemudian akan ada acara perpisahan di sekolah, mungkin akan ada beberapa penampilan dari beberapa kelas yang sudah di pilih dan akan ada penampilan dari anak yang akan lulus untuk menyanyikan lagu perpisahan.
Saat ini mereka sedang berada di taman yang luas, para guru dan ibu Yuki yang memang ikut sedang berteduh piknik bersama. Sedangkan para murid bermain di sekitar taman yang luas.
Di sana bahkan ada labirin dengan semak-semak tinggi di sekitar.
Yuki awalnya memasukinya dengan teman-temannya, namun ntah kenapa di tengah Yuki terpisah dengan teman-temannya yang lain, ia melihat sekitar, hanya ada jalan dan semak-semak.
Ia harus pergi ketengah abirin, di sana ada taman kecil yang katanya bagus, sepertinya yang lainnya sudah menuju ke sana.
Yuki mencari jalan, ini lebih sulit dari kelihatannya sampai ia berpapasan dengan seseorang yang ada di luar ekspektasinya, ia bahkan meragukan pengelihatannya.
'aku berhalusinasi? Atau aku bermimpi?'
Bocah laki-laki yang juga saat ini melihatnya sama terkejutnya dengannya.
"Yuki..." gumam bocah laki-laki itu.
Dia adalah Jay atau Jaemin, Yuki benar-benar merasa ia akan pingsan melihat seorang yang bahkan ia sama sekali tidak berekpektasi berada di sini, pada kenyataannya saat ini berdiri di depannya.
"Yuki..." panggi Jay sekali lagi, ia mendekati Yuki yang hanya terdiam mematung, tidak ada orang lain selain mereka di sana sampai akhirnya mereka berhadapan satu samalain.
Jay sadar untuk pertama kalinya, ia mengingat bahwa saat ini mungkin Yuki tidak mengingatnya karena ia bereinkarnasi, tapi bahkan sebelum ia memperkenalkan diri Yuki sudah memanggil namanya.
"Jaemin? Kenapa?"
Jaemin terkejut karena Yuki memanggil namanya "kau mengingat ku?" ia memastikan.
"ya, aku mati karena melindungi mu, bagaimana aku bisa lupa, tapi, bagaimana kau bisa kesini dan bahkan mengingat ku?" gantian Yuki yang bertanya dengan bingung, tentu ia mendengar pria di depannya ini memanggilnya yang itu artinya pria itu mengenalinya.
"yah... banyak hal yang terjadi..." gumam Jay sembari menggaruk belakang kepalanya yang bahkan tidak gatal "ayo, bicara..." Jay menunjuk bangku panjang yang ada di sana dan akhirnya mereka duduk di bangku yang sama.
Yuki terdiam, tidak tau apa yang akan di katakannya.
"jadi... kenapa kau menolong ku?" tanya Jay memecah keheningan.
"..." Yuki terdiam sejenak memikirkan jawabannya "ntah lah... tubuh ku hanya bergerak sendiri, aku tidak sengaja memperhatikan wanita itu dan..." Yuki tidak menyelesaikan kalimatnya.
"kau bukan fans ku?"
'aku bahkan menyukai mu sampai rasanya sesak!!' yang tentu saja tidak ia suarakan.
"aku bukan..."
Jay menatap Yuki dengan tatapan menilai.
"ok..."
"jadi? Kenapa kamu ada di sini?" giliran Yuki yang bertanya pada pria tampan di sebelahnya.
"mencari mu, apa lagi memang yang bisa ku lakukan di sini?" Jay berkata dengan sedikit nada sarkas.
"huh? Random?" Yuki bertanya-tanya bagaimana cara pria ini mencarinya, bagaimanapun juga indonesia luas.
"yeah, ibu ku bertanya, kemana aku mau berlibur, aku ingat rumah mu. Saat kematian mu, aku datang ke tempat mu di makamkan, tapi bukan kah akan aneh jika tiba-tiba aku datang ke rumah mu? Kita bahkan tidak pernah bertemu." Jelas Jay.
"hoo, jadi kamu memilih tempat ini?" tanya Yuki lagi.
"bagaimana aku menemukan mu bukan sesuatu yang penting. Aku tidak suka berhutang semacam ini, jangan lakukan lagi... aku merasa bersalah selama beberapa tahun sampai akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke masa lalu hanya untuk bertemu dengan mu." Jay menyilangkan kaki dan tangannya, bersandar di sandaran kursi taman panjang yang mereka duduki.
"ya... kematian bukan jalan yang sengaja ingin ku ambil untuk melindungi mu, aku hanya tidak sengaja berakhir tertusuk saat menolong mu, aku kan hanya berusaha menangkis pisaunya, siapa yang sangka aku akan menjadi kurang cepat." Yuki menggerutu sembari menggoyangkan kedua kakinya gugup. Setelah hidup kembali, ia tidak pernah segugup ini bahkan jika harus berhadapan dengan orang yang jauh lebih dewasa darinya.
"hmm..." Jay menatap Yuki dan tak berapa lama ia hanya bisa menghela nafas "ok, aku mengerti sekarang... nahh, ambil sisi positifnya saja, aku jadi bisa memperbaiki kehidupan ku." Jay berfikir positif.
"haha...." Yuki tertawa hambar "well, sepertinya aku harus pergi dulu, aku takut orang tua ku mencari ku..." Yuki berdiri dari tempatnya dan berfikir mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya ia bertemu dan bicara dengan pria ini. Walaupun sangat singkat ia cukup senang bisa memiliki kesempatan semacam ini.
Jay menatap punggung Yuki, tangannya meraba dadanya dan menemukan kalung itu, kalung milik Yuki yang di berikan padanya, simbol dari perasaan bersalahnya dan juga trauma yang dulu di milikinya.
Saat ini ia sedang menimbang, apa ia harus mengembalikannya atau tetap memilikinya.
"Yuki..." panggilan itu membuat Yuki menoleh dan menatap Jay yang dengan tatapan datarnya sedang mengusap sesuatu yang Yuki tebak adalah kalung "menurut mu... apa aku harus mengembaikan ini pada mu?"
"huh?"
Jay melepas kalungnya, kalung yang sudah menemaninya beberapa tahun ini, Jay menyodorkan kalung yang Yuki mengingatnya itu adalah memang miliknya, kalung berbentuk kunci yang sering ia gunakan.
"..." Yuki terdiam sejenak dan berfikir. Ia memang menyukainya bukan berarti ia sangat membutuhkannya "terserah kamu, kamu boleh menyimpannya jika kamu menginginkannya."
Mendengar itu Jay benar-benar kembali menggunakannya, ia memutuskan tidak mengembalikannya, ia berdiri dan mendekati Yuki "ayo, keluar bersama dari sini." Mereka berdua keluar bersama sembari sesekali berbincang ringan, banyak yang mereka bicarakan terutama grub Jay di kehidupan sebelumnya.
Menariknya Jay menemukan bahwa ternyata Yuki adalah fans mereka, walaupun ia tidak mengatakan secara langsung bahwa Yuki menyukai mereka "jadi... faktanya kamu adalah fans kami kan?" kata-kata yang terdengar sedikit menggoda itu membuat Yuki terdiam dan menjadikan itu sebuah fakta yang tidak bisa lagi di bantah.
"well, yeah... tapi saat kejadian itu benar-benar tidak sengaja kita berada di bandara di waktu yang bersamaan, bagaimanapun juga aku tidak terlalu suka tempat yang terlalu ramai semacam itu." Jelas Yuki agak sedikit terbata, Yuki hanya tidak ingin Jay salah paham dengannya, ia bukan fans yang akan dengan sengaja menyambut mereka di bandara.
"hmmm..." Jay hanya bergumam namun di telinga Yuki itu terdengar seperti mengejeknya.
"bener ko..." gerutu Yuki.
"yea percaya..." ucapan itu membuat Yuki kesal namun hanya bisa berdecak.
"Yuki..." mereka terus berbincang hingga Yuki mendengar namanya di panggil dan ia menoleh melihat Difa, Tya dan beberapa teman lainnya sedang berkumpul. Saat ini Yuki dan Jay sudah berhasil keluar dari labirin dan hanya sedang berbincang sembari berjalan pelan.
Mereka terdiam saat melihat Jay yang ada di sebelah Yuki saat ini, pria itu tampak seumur dengan mereka namun terlihat sangat tampan.
"Yuki... kamu dari mana aja? Kita nyariin kamu lho, tiba-tiba kamu ngilang." Tya bicara terlebih dahulu karena sepertinya teman yang lain malu dengan keberadaan Jay karena mereka memang tidak pernah melihat pria dengan paras seperti itu.
"ohh... aku ada urusan sebentar." Yuki menjawab apa adanya.
"Yuki bukannya dulu kamu pernah bilang suka sama Aji?" salah satu temannya yang ia ingat dulu sempat satu tempat duduk dengan Tya.
Yuki menatap dengan jijik dan ia baru ingat pernah mengatakannya secara acak karena mereka bertanya, ia bahkan tidak pernah berfikir menyukai bocah itu dengan serius, ia hanya asal bicara!
"ha... dan kalian percaya? Menjijikan..." Yuki terlihat sangat iritasi.
Bicara tentang Yuki yang secara acak bilang bahwa ia menyukai Aji, ia mengatakannya saat mereka sedang dalam pelajaran olah raga dan mereka sedang berbincang saat istirahat sebentar.
Kejadiannya jauh sebelum kejadian di ruang kepala sekolah, mereka bertanya siapa orang yang di sukai, mereka mengatakan satu persatu, awalnya Yuki mengatakan ia tidak menyukai seseorang di kelas secara spesifik, bagaimanapun juga ia tidak menyukai satupun dari bocah ingusan itu, Jay sudah mengambil hatinya sejak lama.
Tapi bahkan mereka tidak percaya dengan perkataannya dan memaksanya untuk memberi taunya siapa orang yang ia sukai jadi dengan acak dan terpaksa ia mengucapkan hal yang membuatnya jijik.
Begitu lah setelahnya rumor bahwa ia menyukai Aji tersebar. Yang Yuki tau bahwa Aji menyukai Vinka dan yang ia tau mereka berpacaran sebelumnya, lalu setelah kejadian di ruang kepala sekolah mereka semua berfikir hubungan Vinka dan Aji kandas karena Yuki yang memprovokasi Aji untuk memusuhin Vinka yang bahkan ia tidak tau jika mereka berdua pacaran.
'bahkan aku sama sekali TIDAK PERDULI!!!' Yuki kesal dengan rumor bodoh yang mereka buat, jadi ia bahkan tidak mau mendengar hal itu dan hanya fokus dengan kegiatannya, mereka juga masih berada di sekolah dasar dan mereka sudah berfikir tentang pacaran?.
Dulu ia berfikir, anak-anak di kehidupan terakhirnya sangat menjijikan karena mereka sudah berpacaran, ternyata di generasinya juga ada semacam itu.
"aku bahkan sama sekali nggak pernah berfikir suka sama Aji, jangan mikir yang aneh-aneh, sebenernya... Jay itu orang yang aku suka bukan Aji, aku kenal dia lebih dulu, maaf aja ni, Jay jauh lebih baik." Yuki menatap pria di sebelahnya yang juga berbalik menatapnya dengan bingung.
Ya... Jay sama sekali tidak faham dengan apa yang mereka ucapkan. Keterbatasan bahasa.
"aku akan jelaskan nanti." Yuki bergumam ke arah Jay. Jay hanya bisa mengangguk mendengarnya.
"ayo kita kembali ketempat semula..."
Mereka semua kembali ke tempat guru berada, Jay mengantar Yuki karena ada beberapa hal yang harus di jelaskan Yuki sembari mereka berjalan. Yuki tidak takut ada yang mendengar pembicaraan mereka, tentu saja karena bahasa.
"hoo..." Jay mengangguk mendengar penjelasan Yuki.
"yahh tapi aku juga ngomong secara acak, anggap saja karena aku adalah fans dari grub mu..."
"... well, kata-kata mu membuat ku sedikit kecewa..." Jay mengatakan dengan nada santai.
"cih..." Yuki menatap kesal Jay, ia tidak tau Jay memiliki sisi menyebalkan, walaupun tetap saja ia menyukainya, jadi mereka berakhir dengan tertawa bersama.
Hingga mereka berada di tempat yang di tuju, mereka berdua bertukar kontak, Yuki tidak memiliki hp yang bagus jadi Yuki hanya menuliskan jejaring sosialnya saja, bahkan Yuki memberikan alamat emailnya begitu pula dengan Jay, mereka akan sulit berhubungan saat ini, belum ada aplikasi semacam aplikasi chat saat ini.
"aku nggak tau kamu punya fakebook..." saat mereka akhirnya sudah berteman di aplikasi fakebook.
"aku juga tidak menyangka, ya sudah, aku akan kembali ke orang tua ku, mereka tidak jauh dari sini." Jay kembali mengantongi ponselnya.
"ok."
Akhirnya mereka berpisah, Yuki tidak tau apakah mereka bisa bertemu dan bicara satu sama lain lagi, ia memutuskan untuk tidak berharap.
Sekembalinya ia ke tempat yang lainnya berada, mereka melanjutkan agenda yang sudah di persiapkan, bukan agenda yang besar, hanya sedikit makan-makan dan bebernyanyi untuk perpisahan, beberapa doa yang di pimpin oleh guru agar para murid bisa menjadi sukses dengan jalan yang sudah mereka ambil.
Selesai dengan agenda mereka, mereka pulang ke rumah masing-masing, mereka masih harus menunggu beberapa surat kelulusan dan mengurus masuknya mereka ke SMP, sekolah baru mereka.