"Jaemin." Seorang anak laki-laki yang walaupun ia terlihat sangat muda namun memiliki aura yang berbeda dengan anak-anak seumurannya. Ia menggukanakan kaus putih dan celana panjang dengan jaket untuk bagian luar, di lehernya terdapat kalung berbentuk kunci kristal yang sudah pecah.
Siapa yang sangka benda ini masih ada padanya walaupun ia sudah berpindah tubuh dan tentu saja benda ini masih sangat berharga baginya, ia menganggap benda ini adalah tanda ia masih hidup.
"ya?" Jaemin tersenyum kecil menanggapi temannya.
"tugas udah?" tanya anak kecil di sampingnya yang memiliki wajah kebaratan, saat ini ia memang tinggal di amerika, jadi ia memiliki teman dengan wajah asing.
"udah" ucapnya singkat.
"hari ini mau pergi main?"
Jaemin tampak memikirkannya sampai akhirnya ia menyetujuinya, lagipula ia memang tidak memiliki kegiatan apapun setelah pulang sekola nanti.
Jaemin benar-benar menjalani hari dengan sangat normal, ia sebenarnya tau Yuki masih ada di dunia ini dan ia tau di mana Yuki berada jujur saat ini ia sangat ingin menemui Yuki, tapi rasanya sangat aneh saat mereka berdua bahkan tidak pernah bertemu di kehidupan kedua mereka tapi ia muncul di hadapannya, bukan hanya akan membuat Yuki bingung, orang-orang di sekitarnya juga akan bertanya-tanya.
Jadi ia akan bersabar.
Ia memikirkan apa yang akan ia lakukan di masa depan, apa ia akan kembali ke grupnya, atau ia akan mencari pekerjaan dan usaha lain yang mungkin lebih baik, ia sudah pernah ada di dalam dunia idol dan tau bagaimana busuknya dunia itu.
Di luar terlihat sangat mengagumkan, namun di dalam sangat hitam. Bagaimanapun juga ini adalah dunia bisnis.
Atau ia membuat agensinya sendiri? Ia tau itu bukan hal yang mudah, tapi tidak ada salahnya mencoba? ia ingat tidak memiliki pengalaman di bidang ini sama sekali, tapi ia masih sangatlah muda, perjalannannya masih panjang, ia memiliki kesempatan.
Bukan berarti ia tidak menyukai ada di sana, tapi mengingat pengalaman yang sudah di laluinya, ia merasa dirinya bukan miliknya sendiri, jujur ia terkadang sangat ingin keluar dari dunia itu, namun ia terikat kontrak.
Sekarang ia memiliki kesempatan untuk memperbaiki masalalunya, ia belum yakin dengan apa yang di fikirkannya saat ini, tapi itu tidak menghalanginya untuk mencoba mempelajarinya.
Jadi yang saat ini bisa ia lakukan pertama adalah mencari informasi. Saat ini ia masih kelas 3 SD dan zaman belum semaju terakhir kali ia hidup di kehidupan sebelumnya, informasi saat ini masih sangat terbatas dan platform yang ada masih belum banyak.
Jadi ia hanya bisa mencari dari buku-buku tentang bisnis yang jujur ini membuatnya sakit kepala.
Ia selalu mempelajari apa yang bisa ia pelajari agar ia bisa mengejar ketinggalannya dulu dan menutup kemungkinan ia akan mengalami penyesalan yang sama seperti kehidupan sebelumnya.
Dan tentu saja ia akan mencari keberadaan Yuki.
Sebenarnya apa tujuannya bertemu dengan Yuki?
Yuki menolongnya adalah sesuatu yang menjadi pilihannya sendiri, selain itu ia bahkan tidak mengenal sosok wanita yang hanya berbeda satu tahun dengannya ini, jadi apa alasan ia ingin bertemu dengannya?
"haahh" Jaemin menghela nafas lelah.
Sekarang ia hanya bisa mengulang apa yang terjadi di kehidupa sebelumnya, walaupun mungkin akan ada hal yang berubah ia akan menjalaninya, selagi sesuatu yang baik tidak berubah menjadi buruk dan sesuatu yang buruk bisa di hindari, jadi ia akan menikmati apa yang bisa ia nikmati.
Kapan ia terakhir kali bersantai tanpa beban seperti ini?
Ntahlah, ia bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia bisa tidur dengan baik dan teratur. Kehidupan seorang idol memang sangat melelahkan, di tuntut untuk menjadi seseorang yang sempurna secara fisik dan juga mental, hanya berbeda sedikit para netizen sudah akan menghujat.
Semua bisa menjadi salah di mata mereka, jadi para publik figure tidak bisa menjadi diri mereka sendiri, bersama dengan orang yang mereka sukai, bahkan terkadang mereka tidak akan bebas bersama dengan teman mereka sendiri.
Merokok akan menjadi salah, mabuk di jalan padahal bersama dengan member lain juga salah, apalagi kabar kencan, jangan berharap akan lepas, terkadang Jaemin berfikir untuk berhenti menjadi idol, namun di sisi lain ia menikmati saat ia menjadi idol, ia sangat menikmati berada di atas panggung bersama dengan teman-temannya, ia sangat senang saat mereka mendapat penghargaan, berjuang bersama, ia sangat senang.
Ia hanya tidak suka dengan fakta bahwa mereka tidak bisa bebas bersama dengan teman di luar tim atau keluarga mereka.
Di tambah dengan fans yang mengerikan, yang membuatnya trauma, membuatnya ingat dengan genangan darah yang ada di depannya.
Jaemin menggelengkan kepalanya berusaha melenyapkan ingatan mengerikan yang pernah di alaminya.
Ia ingin bertanya pada wanita itu tentang banyak hal, ia ingin tau, seperti apa wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya, jika bisa, saat wanita itu mengalami kesulitan ia akan menolongnya.
Jadi ia akan menemukan wanita itu nanti, untuk saat ini ia hanya akan berusaha mempelajari banyak hal yang tidak bisa ia pelajari di kehidupan sebelumnya.
Tidak berbeda jauh dengan Jaemin, Yuki juga berjuang dengan kehidupannya yang baru. Ia sudah menyelesaikan beberapa tulisan dan ia berencana mempublish karnyanya, namun tentu ada beberapa kendala yang membuatnya sakit kepala.
Ia bingung bagaimana ia harus mengirim, ia akan mengirim karyanya ini ke penerbit, namun ia harus pergi ke warnet untuk mencari informasi terkait penerbit, tapi ia bahkan hanya anak kelas 3 SD, untuk bisa ke warnet, ia harus keluar dari kompleks perumahannya.
Ibunya akan melarangnya.
Ia sudah memikirkannya, ia akan pergi ke rumah Tifa dan meminjam internet, mereka orang yang memiliki uang, sudah jelas akan memiliki internet di rumah mereka.
Di sinilah Yuki, di kamar Tifa yang berada di lantai 2, Yuki sedang meminjam laptop Tifa, sedangkan Tifa sedang bermain dengan komputernya.
Yuki sedang mencari informasi tentang penerbit, jadi ia benar-benar fokus dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Tifa yang tampak sibuk dengan pekerjaannya ntah apa itu.
Yuki berjaga-jaga jadi ia membawa flashdisk dan berniat akan langsung mengirimkan karyanya ke penerbit, walaupun ia tidak yakin apa karyanya ini akan di terima, apalagi ia masih berumur segini, belum lagi ia tidak yakin ceritanya akan menarik minat pebaca.
Di masadepan, lebih banyak orang yang lebih tertarik dengan e-book daripada buku cetak, karena e-book jauh lebih mudah ringkas dan banyak paltform yang bisa di gunakan untuk e-book, internet lebih maju dan smartphone juga sudah sangat mudah di gunakan.
Tapi di masa ini, semua teknologi itu masih jauh dan internet juga belum semaju saat terakhir ia hidup di kehidupan sebelumnya. Tapi ia akan mencoba untuk mengirimkan secara online dengan email ke salah satu penerbit yang cukup besar.
Ia sudah membuat email dan mengirimnya, ia tidak tau bisa atau tidak, tapi tidak ada salahnya mencoba. ia sudah mengirim setelah mencari informasi.
"kamu mau ngirim buku ke penerbit?"
Yuki sudah bercerita tentang ia yang akan mengirimkan naskah ke penerbit, karena bagaimanapun juga Yuki membutuhkan bantuan saudaranya ini.
"yahh gitu lah, aku udah ngasi kontak rumah, mungkin kalo memang naskah ku di terima, mereka akan menghubungi ku, walaupun aku nggak yakin mereka akan menerima naskah ku."
"haha... siapa yang tau, mungkin buat mereka cerita mu menarik, kita kan nggak tau." Ucap Tifa mencoba untuk meyakinkan Yuki.
"iya si.." gumam Yuki. Tidak ada yang tau tentang masadepan apa yang terjadi, walaupun ia juga berasal dari masadepan tapi tidak mungkin masa depan akan tetap sama, pasti ada efek dari apa yang di lakukannya saat ini, jadi walaupun Yuki tau, ia tetap tidak bisa memastikan apa yang terjadi.
"kita liat aja nanti, siapa tau kamu beruntung."
"semoga aja..." gumam Yuki pelan.
Benar saja, mereka menghubungi Yuki lewat telepon rumah karena memang Yuki tidak punya ponsel jadi ia hanya bisa memberikan nomor rumahnya sebagai nomor yang bisa di hubungi.
Mereka mengatakan bahwa mereka tertarik dengan cerita yang di buat oleh Yuki tidak peduli dengan berapa umurnya saat ini, bagaimanapun juga ini adalah sebuah karya, tidak peduli datang dari mana jika itu adalah karya yang menarik tidak akan menjadi sebuah masalah.
"iya, kami tertarik dengan karya yang adik buat, namun ada beberapa hal yang harus di ubah, jadi kami akan mengirimkan naskah yang sudah di tandai, adik bisa mengubahnya sesuai dengan apa yang di tandai kan?" ucap seorang wanita di seberang telepon. Wanita itu terdengar sedikit khawatir.
Yuki mengerti tentang kekhawatiran apa yang di alami wanita itu, bagaimanapun Yuki masih anak-anak yang tidak mengerti apapun –itu yang mereka setidaknya bayangkan- jadi Yuki tidak bisa menyalahkan mereka, ini bukan masalah besar, untungnya orang tuanya sedang pergi, ia menolak untuk ikut tadi dan berencana akan kerumah Tifa.
"saya mengerti dan akan memeriksanya, nanti saya akan mengirim naskah yang sudah saya perbaiki." Setelah beberapa kata basa basi, Yuki menutup teleponnya dan pergi ke rumah Tifa, di sana juga hanya ada Tifa dan ibunya.
Baguslah, jadi ia bisa lebih bebas.
Jika ada yang bertanya kenapa Yuki sangat berhati-hati saat ini agar orang tuanya tidak tau dengan apa yang di lakukannya, alasannya adalah, ia sangat hafal dengan sifat orang tuanya, saat ia ingin melakukan sesuatu yang besar dalam hidupnya, mereka terutama ibunya akan menentangnya.
Seperti saat ia ingin belajar piano. Jika tidak ada pamannya, ia tidak yakin ibunya akan setuju. Di kehidupan sebelumnya saat ia mengatakan ingin menjadi seorang penulis juga ibunya menentangnya dan mengatakan penulis tidak mendapat uang.
Karena itulah, ia tidak akan mengatakan apapun, orang tuanya baru akan tau jika ia sudah melakukannya.
Jadi Yuki segera ke rumah Tifa dan meminjam laptop milik Tifa.
"see? Aku udah bilang, pasti kamu bisa."
Yuki menceritakan apa yang terjadi pada Tifa, karena Tifa masih muda, jadi normalnya Tifa tidak akan ikut campur walaupun ia tau, dari sifat yang Yuki ingat juga Tifa bukan tipe orang yang akan banyak berkomentar tentang apa yang di lakukannya.
"yeaahh." Yuki menjawab singkat dan kembali pada pekerjaannya, ia melihat file yang mereka kirimkan padanya dan melihat memang banyak harus di revisi, dari beberapa part yang harus di ganti sampai tanda baca dan lain-lain.
Apaboleh buat, ia masihlah penulis amatir walaupun ia sering menulis cerita, ia tidak pernah mempublish tulisannya secara formal, ia hanya penulis fanfiction, walaupun memang fanfiction yang di buatnya cukup banyak yang berminat, tapi bukan berarti ia bagus dalam menulis, ia masih banyak membuat kesalahan.
Yuki memindahkan filenya ke flashdisk, ia berencana mengerjakan pekerjaannya di rumah.
"aku pulang dulu deh." Yuki mencabut flashdisknya dan pergi dari sana, ia akan langsung mengerjakan pekerjaannya.
"yakin? Di rumah sama siapa?"
"Yuri." Jawab Yuki singkat.
"hmmm, ok."
Yuki segera kembali ke rumah dan mengerjakan tulisan yang harus di selesaikannya.
Ia segera larut dalam pekerjaannya hingga tanpa terasa ia sudah menghabiskan waktu yang cukup lama bahkan hingga orang tuanya kembali ia belum selesai mengerjakan semuanya, jadi ia menghentikan pekerjaannya dan segera pergi ke meja makan karena ibunya memintanya untuk makan.
Setelah beberapa hari ia mengerjakannya, Yuki berhasil menyelesaikan apa saja yang harus di revisi, beruntung ibunya tetap tidak menyadarinya, setiap pihak editor menghubunginya, ia akan mengatakan pada ibunya bahwa itu adalah telepon salah sambung dan setiap telepon yang masuk Yuki memang yang akan mengangkatnya.
Orang tuanya juga sudah terbiasa Yuki yang akan mengangkat setiap telepon, walaupun ada beberapa kali mereka merasa aneh karena beberapa kali mendapat telepon salah sambung.
"Yuki, kami sudah membacanya lagi dan udah nggak ada masalah lagi, juga untuk covernya sudah fix dengan yang kemarin jadi kami akan langsung memasukannya ke percetakan" ini adalah diskusi akhir dengan editornya.
Mereka tidak pernah bertemu satu samalain karena batasan umur dan kondisi Yuki, memang agak sedikit sulit berkomunikasi terus seperti ini, tapi editor itu mengerti dengan kondisi penulisnya ini.
Mereka akhirnya mencetak novel yang di buat Yuki, menurut mereka terutama editornya, mereka merasa aneh, karena cerita yang mereka kerjakan adalah cerita dari anak kelas 3 SD, namun cerita yang di berikan cukup menarik bahkan untuk di konsumsi orang dewasa.
Karena menarik, tentu saja mereka tidak ingin melepas cerita ini dan benar prediksi mereka, buku ini memiliki cukup banyak peminat, membuat mereka harus mencetak ulang buku ini.
Yuki sangat senang jika ada yang menyukai karyanya yang menurutnya aneh dan tidak menarik, karena ini hanya karya amatir yang sangat ringan dan mudah di cerna.
Tapi disini lah permasalahannya, Yuki tidak punya rekening bank, jadi di mana mereka bisa mengirim bayaran Yuki? Mau tidak mau mereka akhirnya mengirim ke orang tua Yuki yang akhirnya mereka tau dengan apa yang di lakukan putri mereka.
"jadi?" ibunya saat ini sedang meminta penjelasan pada Yuki yang sedang duduk di depannya.
"jadi apa?" tanya Yuki.
"jadi, kamu menjual buku?" tanya ibu Yuki, walaupun ia sangat merasa aneh dengan anaknya yang memang tidak pernah bercerita apa yang dia lakukan selama ini, putrinya ini memang selalu sibuk dengan urusannya.
Ia hanya tidak menyangka dengan apa yang di fikirkan putrinya, ia merasa putrinya terlalu dewasa dengan umurnya sekarang, kenapa ia bahkan bisa berfikir untuk mengirim tulisan ke penerbit bahkan mendapatkan uang dari sana, menurutnya Yuki masih terlalu kecil.
"ya, kenapa memang?" tanya Yuki polos. Ia lagi-lagi menggunakan topeng wajah polosnya lagi.
"Yuki, kenapa kamu nggak ngomong dulu ke mama?" tanya ibunya.
"..." Yuki terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya "kalo aku ngomong, mama setuju nggak? Aku juga sebenernya iseng ko ngirim, siapa yang nyangka kalo itu di terima, karena sayang udah di terima, ya aku lanjutin." Yuki berucap polos walaupun setengahnya lagi terdengar sangat santai.
Ibunya menghela nafas sejenak.