Chereads / Rebirth : New Life / Chapter 16 - Chapter 16 : terseret pertaruangan anak

Chapter 16 - Chapter 16 : terseret pertaruangan anak

mana bisa Yuki percaya dengan bocah semacam ini.

"haha..." Yuki tertawa dengan sarkas "ntah lah, yang pasti aku nggak mau cari musuh, kalo bisa hidup dengan damai tanpa musuh, kenapa harus buat musuh?" Yuki sangat ingin mewarnai pria tampan ini, namun ia bahkan tidak membawa pewarna, mungkin lain kali ia harus membawa pewarna setiap hari ke sekolah.

"ngapain si nemenin orang kaya gitu?" walaupun sudah mendengar ucapan Yuki dan berfikir bahwa apa yang di katakannya benar, namun dalam hatinya ia tetap tidak bisa menerimannya.

"haha..." Yuki mengagumi gambarnya, ia selalu berlatih menggambar pria tampan ini dari mengingatnya, saat ini bahkan ntah sudah berapa gambar pria tampan ini di buatnya.

"ya udah... biarin aja si, nggak usah di deketin tapi juga jangan keliatan banget kalo nggak suka." Akhirnya Mutia mengusulkan jalur tengah, ia mengenal Fia karena ia selalu berada di kelas yang sama dengannya, Fia anak yang cukup berapi-api.

"ya udah deh, nyebelin banget."

Bukan sekali dua kali Fia menggerutu kesal karena Vinka, Yuki sampai hafal, tapi tetap saja, ia tidak terlalu peduli.

Fia pernah bercerita, ia cukup kesal karena Vinka memiliki banyak teman karena ibunya cukup berada dan sering memberi uang pada anak-anak itu agar mau bermain dengan Vinka.

Yuki sudah pernah mendengar rumor itu, tapi Yuki karena sangat jarang bermain keluar rumah apalagi sampai bermain ke rumah Vinka jadi ia bahkan hanya bertemu ibunya di sekolah secara singkat karena tidak sengaja, Yuki hanya akan menyapa dengan ramah dan selanjutnya hanya seperti orang asing.

Yuki tidak butuh uang yang tidak seberapa, lagi pula ia benci berteman hanya karena ia di beri uang, sama sekali tidak tulus dan berakhir di perbudak, menjijikan.

Karena itulah dia tidak ingin dekat tapi juga tidak bermusuhan, hanya perasaan yang jauh saja, tidak ada rasa pertemanan.

Cukup banyak yang ingin berteman dengannya, hanya saja Yuki tidak terlalu suka berteman karena memiliki tujuan, mereka yang ingin berteman dengannya hanya karena ingin di bantu olehnya soal pelajaran, Yuki tau itu hal yang wajar, jadi karena itulah ia bahkan tidak pernah menganggap mereka sebagai teman.

"kalian mau ikut main nggak?"

Yuki yang sedang bicara dengan Difa dan Tya menoleh, begitu pula dengan Difa dan Tya.

"main karet." Seorang bocah dengan rambut sebehu melanjutkan kata-katanya setelah ia mendapat perhatian dari 3 orang itu.

"boleh..." Yuki bangun dan mendekati bocah yang di ingatnya bernama putri.

Tya dan Difa hanya mengikuti Yuki.

Mereka bermain melompati karet dengan total 6 orang, Yuki berpisah tim dari 2 orang temannya, jadi ia hanya bisa menerima ia berada di tim putri dan Hana.

Yuki sangat baik dalam permainan ini, staminanya bagus dan lompatannya cukup tinggi yang tentu saja dengan mudah mengalahkan tim Difa dan Tya, bagaimanapun juga Hana adalah anak yang tinggi sedangkat Putri walaupun ia anak yang biasa saja setidaknya mereka tidak menjadi tim yang buruk.

Mereka bermain hingga bel berbunyi.

Yuki memasuki kelas bersama dengan yang lainnya dan melihat di tempat duduknya sudah ada Fia dan Mutia, mereka sedang berbincang.

Yuki melihat mereka dengan tatapan malas sembari berjalan kekursinya.

'ku tebak, pasti Vinka lagi'

Benar saja, mereka sedang membicarakan Vinka, bahkan Aji pun ikut dalam pembicaraan.

'ahhh.... aku mau pulang...'

"iya kan? Makanya aku tu males banget sama si Vinka ihh..." Fia berucap kesal.

Yuki menduduki kursinya secara terbalik menghadap belakang "kenapa lagi dah?" tanya Yuki.

"itu si Vinka nyebelin banget, masa tadi aku kan lagi main sama yang lain, dia tiba-tiba tu muncul aja jadi aku di cuekin, ihh... temenan bayar aja bangga...." Fia berapi-api "untung tadi ada Mutia juga."

"hoo... ya udah nggak usah deket-deket lagi." Untung Yuki tadi menolak ajakan Fia untuk makan bersama.

"kamu masih main sama dia? Cewek murahan itu?" tanya Aji.

Yuki ingat kata-kata panggilan itu memang selalu di gunakan Fia dan juga Aji saat menyebut nama Vinka, untuk anak SD bukankah ini terlalu kasar? Walaupun dulu di kehidupannya yang lalu juga ia menggunakan kata yang sama.

"nggak, udah kubilang, aku main sama dia juga bukan berarti aku temenan, aku nggak suka nyari masalah apalagi musuh, udah si, nggak usah di permasalahin." Yuki berucap santai, walaupun begitu mereka tetap membicarakan Vinka dan Yuki hanya mendengarkan pembicaraan itu hingga guru kelas masuk.

Sepulang sekolah, Yuki seperti biasa pulang bersama teman-temannya, Yuki lebih banyak bicara dengan Difa dan juga Tya, bagaimanapun juga yang hanya di anggap teman oleh Yuki hanya dua orang ini.

Yuki juga mengatakan ia tidak bisa mengerjakan tugas bersama hari ini atau bermain karena ia ada jadwal les Vokal.

Bukan berarti Yuki ingin menjadi seorang penyanyi, ia hanya berfikir mungkin saja kemampuannya suatu saat bisa di gunakan ntah untuk apa.

Yuki fokus dengan latihan vokalnya bersama seorang tutor wanita, ia masih agak muda, mungkin umurnya 30 tahun? Ntahlah, Yuki hanya menebaknya.

Jujur saja, Yuki bukan seseorang yang memiliki suara yang bagus, suaranya benar-benar standar, tapi ia ingin mencoba memperbaikinya, mungkin saja suaranya bisa menjadi lebih baik jika saja ia memiliki teknik yang baik.

Selesai dengan latihan vokalnya, seperti biasa ia akan mengerjakan tugasnya dan akan melanjutkan tulisannya.

Yuki kembali menulis sebuah buku dengan cerita fiksi seperti biasa, ia akan mengirimkan ceritanya ke editornnya. Ia sudah berdiskusi dengan editornya beberapa waktu yang lalu dan mereka sudah sepakat dengan ide ceritanya, semoga tidak banyak yang harus dirubahnya.

.

.

.

Di kelas saat ini Yuki sedang menggambar batik di buku gambar, gurunya menyuruhnya untuk menggambar batik dan mewarnainya.

Hingga bel tanda pulang di bunyikan banyak dari murid yang bahkan belum selesai mengerjakannya, begitu pula dengan Yuki.

Saat Yuki akan meraut pensil warnanya ia melihat Vinka yang sudah menunggu di depan pintu seperti biasa untuk pulang bersama.

Di sinilah dimana ia dan Vinka dulu akhirnya bertengkar.

Karena ia dan yang lainnya belum menyelesaikan tugas jadi mereka belum di perbolehkan untuk pulang, jadi Yuki meminta Vinka pulang terlebih dahulu dan berakhir dengan Yuki yang kesal karena Vinka tidak mendengarkannya.

Bahkan Yuki tidak tau kenapa saat itu ia sangat kesal, di perjalanan pulang bahkan ia tidak mengajak bicara Vinka sama sekali, keesokan harinya di belakang Yuki, Vinka mulai menjelek-jelekan Yuki, tapi pada akhirnya Yuki juga yang harus minta maaf untuk pertamakalinya.

'bikin mau muntah aja.'

Tapi sekarang ia bahkan tidak ingin bertengkar dengan siapapun dan tidak ingin berurusan dengan hal yang tidak penting, jadi ia hanya melihat Vinka dan tidak mengatakan apa-apa.

Tidak berselang lama akhirnya tugas ini boleh di bawa pulang.

Beberapa hari kemudian ntah kenapa keadaan Fia dan Vinka mulai memanas, Yuki tidak jelas kenapa bisa memanas juga, yang ia tau, Fia memanggil Vinka dengan buruk, begitu pula dengan sebaliknya.

Yang membuat Yuki kesal sebenarnya adalah kenapa namanya ikut terseret?

Ia sudah berusaha menghindari apapun itu yang berhubungan dengan 2 kubu ini, hanya karena ia mendengarkan cerita Fia dan juga Vinka, ia bahkan sama sekali tidak menanggapi serius ucapan mereka.

Namanya jadi tersebar jelek karena Vinka sudah mengatakan hal buruk tentangnya juga membuat banyak siswa juga ikut tidak menyukainya, walaupun ia tau pada dasarnya sudah banyak yang tidak menyukainya, ia juga berada di bawah topi yang sama dengan Fia dan Aji, Mutia yang selama ini netral juga ikut terseret dengan masalah menjijikan ini.

Banyak yang mengejek Yuki dan hal ini membuat Difa jauh lebih kesal.

Difa sudah mengenal Yuki jauh sebelum mereka semua, ia sudah tau Yuki sejak TK, berani sekali mereka mengatakan hal buruk tentang Yuki bahkan mengejeknya.

"wahh... kamu tau nggak si? Si lulu, dia tu ngatain kamu tau, ihhh padahal juga kita jarang main sama dia, ngapain si?"

Saat ini mereka sedang ada di rumah Yuki seperti biasa untuk belajar bersama, mereka sudah menyelesaikan pr yang harus mereka lakukan dan sekarang mereka sedang berbicara.

"haha..." Yuki hanya tertawa hambar, Tya bahkan hanya menghela nafas.

"aku udah duga, nggak ada bagusnya main sama mereka, kenapa si kita nggak duduk deketan aja kaya biasanya, jadi nggak harus bergaul sama manusia-manusia itu..." ucap kesal Difa.

"haahhh... Difa, kalo ada yang ngomongin aku ato ngatain aku, kamu nggak usah nanggepin apa-apa..." Yuki meminum air es yang tersedia di sana.

"kenapa?"

"sekarang, di mata orang lain aku ada di kubu Fia, kalo kamu belain aku, kamu bakal ada di kubu yang

sama, Vinka jelas jauh lebih kuat karena dia punya banyak temen, sedangkan Fia bahkan nggak lebih dari 4 orang, jadi jangan sampe terlibat apapun." Yuki tidak suka jika teman-temannya yang polos ini juga ikut terseret dengan masalah sepele ini.

"lagian, kenapa si ko Yuki bisa di bilang ngatain Vinka? Aneh juga dah..." Tya berucap heran.

"nggak tau, aku nggak pernah ngatain dia, dia ngatain aku si sering.... di belakang ku sama temen-temennya." Gumam Yuki.

"apa si! Orang-orang aneh..." Difa kesal.

"udah lah, ini masalah yang sepele banget sebenernya, nggak usah difikirin..." Yuki terdengar sangat santai.

Walaupun Yuki mengatakan sepele siapa yang sangka jika ternyata tetap kejadian di kehidupan masa lalunya terulang kembali.

Pertengkaran Aji dan Vinka terjadi.

Yuki dan teman-temannya seperti biasa pulang bersama, namun Yuki juga sudah mendengar kabar bahwa Aji dan Vinka memang akan bertengkar di saat jam pulang sekolah, Yuki tidak terlalu mendengarnya karena Yuki juga tidak ingin mengetahuinya, ia sibuk dengan pelajarannya, bahkan akhir-akhir ini Yuki dan Difa pindah tempat belajar ke rumah Tya demi dapat penjelasan dari kakak tertua Tya yang sudah berkuliah di kampus ternama.

Yuki tidak sempat mengurusi hal semacam ini, namun pada akhirnya ia melihat Vinka dan Aji beradu mulut saling kata-kataan dan berakhir dengan Aji yang memukul Vinka.

Beruntung saat itu ibu Yuki sedang ada di sana juga dan melerai, berakhir dengan Vinka yang menangis hingga pulang ke rumah.

Bibirnya berdarah, sepertinya tergigit.

Yuki berfikir ia tidak akan ada hubungannya kali ini, ia berfikir tidak akan terseret ke ruang kepala sekolah tapi siapa yang sangka ternyata ia dan Mutia bahkan ikut terseret keesokan harinya.

Dan di sinilah dia, di ruang kepala sekolah kerena ikut terseret dengan hal ini.