"untuk tugas seni, pertama buat kelompok bebas dan setiap kelompok akan menari di depan kelas" ucap guru wali kelas Yuki yang ada di depan kelas dan tak lama kelas akhirnya di bubar kan.
"Difa kamu mau sekelompok?" Yuki bertanya sembari membereskan peralatan tulisnya.
"mau" Difa juga sedang memberesakan peralatan tulisnya "kita aja?"
"ajak Tya sama Mia" selesai membereskan peralatan tulis dan mereka membereskan kelas Yuki menyempatkan diri untuk mendekat dan bertanya pada Tya dan Mia.
"boleh..."
"ok, nanti kita omongin ya mau nari apa."
"kapan?" tanya Tya, hari ini Yuki ada latihan piano, jadi ia tidak bisa, selain itu ia harus memikirkan dulu lagu apa saja yang mungkin bisa mereka gunakan.
"besok aja, sekarang aku nggak bisa"
Yuki dan Difa keluar kelas dan segera pulang, niatnya memang begitu sampai ada yang menghadang mereka. Dua orang teman sekelas mereka. Hana dan Rika.
"kalian berdua udah dapet kelompok belum?" tanya Hana.
"udah." Yuki menjawab singkat.
"siapa aja?"
"Difa, Tya, Mia, aku." Yuki menjawad dengan singkat.
"udah tau mau nari apa?" tanya Rika kali ini.
"belum si, tapi udah ada beberapa yang aku fikirin, tinggal di omongin aja."
"boleh gabung nggak?" tanya Hana.
"boleh aja si, yakin mau ikut? Aku nggak yakin si kalian mau sama lagu yang kita pilih." Yuki masih dengan santai berbicara.
"nggak apa" Hana dan Rika sudah menjawab maka Yuki tidak bisa mengatakan apapun, lagipula bagi Yuki jumlah tidak masalah, yang jadi masalah nanti adalah, saat mereka latihan, mereka bisa tidak mengimbangi gerakan yang Yuki buat.
"ya udah. Besok pulang sekolah ya, masih belom tau mau di mana, mungkin di rumah aku ato Difa, kita kasitau besok."
"ok"
Sampai keesokan harinya, mereka sepakat untuk berkumpul di rumah Yuki, rumah Yuki memiliki ruang tengah yang cukup besar, jadi mereka berdiskusi di sana.
"aku udah ada beberapa lagu si, dari grup jepang, kita sesuaikan aja sama jumlah kita, gerakannya juga nggak susah, Cuma ada 1 masalahnya"
Yuki menghentikan pembicaraannya, membuat temannya yang lain menatapnya bingung.
"waktu kita tampil nanti di kelas, ada kemungkinan nggak akan ada musiknya."
Mendengar itu mereka semua bingung dengan apa yang di maksud Yuki.
"ya, sekolah kan nggak punya speaker ato alat yang bisa di pake buat muter lagunya."
"bener juga, terus gimana dong?" Tya yang menyadari hal itu bertanya.
"yahh ada kemungkinan kita harus nyanyi secara langsung." Yuki menjawab dengan santai.
Ini memang akan menjadi sesuatu yang sulit, mereka harus menari sembari bernyanyi, tapi sebenarnya juga bukan hal yang mustahil, mereka juga bukan menggunakan gerakan yang sulit, jadi Yuki berfikir ini mungkin akan mudah.
"jadi... kita akan pake lagu dari grup jepang, gerakannya kita akan sesuaikan." Ini memang sudah terfikir sejak lama, toh memang gerakannya tidak akan sulit untuk di ikuti.
"bentar." Hana menyela membuat yang ada di sana menatapnya "kamu bilang grup jepang kan?"
"ya."
"berarti lagunya pake bahasa jepang dong."
"ya."
"jadi kita harus nyanyi gimana?"
"..." Yuki memikirkannya sejenak. Sebenarnya bukan Yuki tidak memikirkan ini sebelumnya, ia juga sudah memikirkan untuk membawa peralatan sendiri. Yuki punya speaker kecil, tapi ia tidak punya device yang bisa di bawa.
"nanti aku coba fikir jalannya, untuk sekarang kita latihan seperti biasa."
Beberapa hari hampir setiap hari mereka berlatih, mereka tidak berlatih hanya saat Yuki harus berlatih piano.
Gerakan yang mereka gunakan sangat simple dan mudah di ingat, jadi siapapun bisa melakukannya.
Sekarang saat mereka tampil di depan kelas, Yuki menggunakan musik player yang di belikan beberapa hari yang lalu dan memindahkan lagu kedalamnya, Yuki hanya perlu membawa speaker dan juga music player itu.
Music player itu di belikan oleh gurunya kemarin sebagai hadiah ulang tahun, tidak buruk walaupun tidak sebagus ponselnya di kehidupan sebelumnya.
"hari ini perkelompok tampil ya, siapa yang sudah siap duluan boleh tampil lebih dulu."
Karena sepertinya belum ada yang bisa tampil jadi Yuki dan yang lain memilih untuk maju terlebih dahulu.
"kalian pakai lagu?" tanya guru itu tampak lebih khawatir.
"ya." Jawab Yuki singkat.
"tapi nggak ada alatnya, jadi kayanya kalian coba nyanyi aja."
"nggak usah bu, saya bawa." Yuki mengeluarkan persiapan yang ada dan mereka akhirnya menari dengan cukup baik.
Selesai dengan penampialan mereka yang sangat lucu karena memang mereka menari dengan tema binatang yang sangat imut, Yuki bahkan menggunakan bando dengan hiasan telinga gajah yang cukup besar.
Selesai dengan penampilan mereka, banyak tepuk tangan yang mereka dapatkan di dalam kelas.
"bagus!! Kalian bagus banget." Guru itu tampak sangat bersemangat.
Selesai membereskan beberapa hal, berakhir dengan Yuki dan yang lainnya duduk, Yuki sendiri juga bertanya-tanya kenapa mereka niat banget hanya untuk tugas kelas, mereka bukan akan tampil di perlombaan.
Mereka sudah sangat berusaha jika nilai yang mereka dapat masih biasa saja, Yuki bisa terjun dari genteng rumahnya.
Sabtu hari di mana ekstrakulikuler di adakan, jadi Yuki masih harus ke sekolah dan memasuki kelas paduan suara yang di ikutinya, dia bersama dengan Difa.
Jujur saja kelas ini sangat membosankan, monoton, setiap hari mereka hanya bernyanyi dengan lagu daerah dan pianika, bukan berarti ia mempermasalahkan lagu daerahnya, tapi jika terus-terusan dan tidak ada yang spesial dari paduan suara ini, mereka hanya bernyayi bersama, tidak seperti paduan suara.
"uggghhh" mengingatnya membuat Yuki ingin muntah.
"Yuki kenapa? Sakit?" tanya guru paduan suara yang juga merupakan guru di sekolah itu juga, Yuki tidak sengaja merintih di kelas yang cukup sunyi karena guru itu sedang menulis di papan tulis.
"nggak bu... saya Cuma..." Yuki memotong perkataannya, Yuki menyadari bahwa jika ia melanjutkan perkataannya akan terdengar tidak sopan.
"kenapa?"
"..." Yuki terdiam sebentar sebelum akhirnya ia mengatakan dengan wajah yang ia buat menjadi polos, senjata terkuat Yuki "bosen bu, lagunya nggak ada variasi." Walaupun ia menggunakan topeng polos saat ini wajah aslinya mungkin sudah mengeluarkan wajah jijik.
"hmm? Yuki bosen sama lagunya?" sepertinya guru itu termakan dengan wajah polosnya, guru itu walau terlihat sedikit terganggu tapi ia tidak marah, bagaimanapun juga yang ia hadapi anak kelas 3.
"nggak bu, bukan lagunya, tapi ini terlalu monoton, sekali-sekali kenapa kita nggak nyanyi lagu daerah di bikin klasik?" kalo bisa si di iringi piano.
Nahh, apa yang bisa di harapkan? Sekolah ini sekolah negeri, mana ada anggaran buat fasilitas yang memadai, ugghhh, bikin mau muntah aja. Yahh kalo di fikir-fikir, inikan kelas SD, apa yang mau di harapkan dari kelas paduan suara SD yang tidak memadai?
"klasik?" guru itu bertanya dengan bingung.
"ahhh.." Yuki sedikit menghela nafasnya "lupakan bu, kayanya juga bakal mustahil, anggep saya nggak ngomong apa-apa." Pada akhirnya Yuki memang tidak mengatakan apapun lagi karena memang tidak ada yang bisa di harapkan.
"Yuki mau nyanyi apa?" guru itu bertanya lagi pada Yuki.
Yuki ingat banyak lagu menarik di masa depan yang belum ada di masa ini, artinya ia belum bisa membawakan lagu-lagu itu sekarang.
Yuki menggelengkan kepalanya "maaf bu, lanjutin aja." Kelas kemabali di mulai dan berakhir membosankan seperti biasa.
Pulang dari sekolah, Yuki memainkan pianonya karena bosan, sungguh ntah kenapa ia sangat kesal, tapi bahkan ia tidak bisa melampiaskan kekesalannya, lagipula ia bahkan tidak tau kenapa ia merasa kesal, hanya seperti sesuatu mengganjal di hatinya membuat ia kesal.