Chereads / Rebirth : New Life / Chapter 8 - Chapter 8 : I'm coming

Chapter 8 - Chapter 8 : I'm coming

Sementara di tempat lain, seorang pria tampan menatap kalung yang ada di tangannya.

Ia tidak akan bisa melupakan apa yang terjadi 2 tahun yang lalu.

Seseorang berteriak ke arahnya.

Pisau menancap.

Genangan darah yang sangat banyak.

Senyuman seorang wanita yang bahkan tidak dikenalnya.

Jujur saja, itu semua menjadi mimpi buruknya hampir selama 1 tahun dan sekarang bahkan ia tidak bisa melupakan apa yang sudah terjadi di hari itu.

Pelakunya sudah di hukum dan karena kejadian saat itu penjagaan mereka setiap kali menjadi lebih ketat, bahkan menjadi jauh lebih ketat.

Pria itu –jay- berfikir jika seandainya wanita yang ia tau bernama Yuki itu tidak datang, mungki saat ini ia tidak akan di sini dan masih bernafas. Selain itu orang tuanya sempat menyuruhnya untuk berhenti dari dunia hiburan karena khawatir. Ia sangat mengerti dengan perasaan orang tuanya, tapi ini sudah menjadi tanggung jawabnya.

Orang tuanya juga memberi konpensasi pada keluarga Yuki dan mengucapkan belasungkawa, bahkan mereka menyambangi makam Yuki setiap tahun selama 2 tahun terakhir ini.

Jay sempat mengalami trauma dan harus pergi ke psikolog dan psikiater untuk mengatasi traumanya, bahkan ia menjadi sangat jarang berinteraksi dengan fansnya karena ia terkadanga akan bergetar jika melihat kerumunan fans, walaupun bisa di bilang saat ini sudah menjadi jauh lebih baik, ia sudah bisa mengatasi traumanya walaupun terkadang jika terlalu ramai akan sedikit bergetar.

Untungnya ada para member yang bersedia membantunya, mereka akan berjalan berdekatan dengannya dan tidak pernah melepas rangkulan mereka jika mereka ada di tempat ramai penuh dengan fans.

Karena sudah malam, jadi ia memakai kalung itu dan mulai tertidur, selama 2 tahun ini ia tidak pernah meninggalkan kalung ini, bahkan ia tidak perah melupakannya.

Ia tertidur dengan sangat lelap, sangat lelap dan hanya hitam di pandanganya. Sampai ia melihat seorang yang tidak di kenalnya, Jay berfikir bahwa sosok di depannya adalah wanita yang bisa di bilang cukup tampan, tapi saat ia mulai berbicara, ia bahkan semakin tidak bisa menebak.

"Jung Jaemin." sosok di depannya menyebut nama aslinya. Wajahnya datar benar-benar tanpa emosi, hanya sorot matanya mengintimidasi. Suara yang di hasilkannya juga bukan suara yang berat khas laki-laki, tapi juga tidak tinggi seperti prempuan, tapi walau begitu, suara itu bisa di katakan sangat bagus, bahkan mungkin lebih bagus dari suara vokalis utama di grupnya.

"ya?" Jaemin menjawab dengan sedikit ragu.

"kau tau siapa aku?" tanya sosok di depannya masih dengan wajah datarnya.

Jaemin hanya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak mengenal sosok di depannya.

"aku adalah malaikat." Sosok di depannya melayang mendekatinya dan berhenti tepat di depannya.

"..." Jaemin hanya diam dan menatapnya.

"aku akan menjelaskan. Kau ntah kenapa di berikan kesempatan untuk menebus apa yang sudah terjadi 2 tahun yang lalu" jelas sosok itu masih dengan wajah dan nada yang datar.

Jaemin hanya diam dan mendengarkan.

"kau ingat dengan wanita yang bernama Yuki kan?" Jaemin hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya "kau ingin bertemu dengannya?"

Jaemin tentu saja terdiam dan berfikir 'apa artinya ia akan mati?'

Seolah mengerti dengan jalan fikiran manusia di depannya, makhluk itu melanjutkan penjelasannya.

"Yuki sebenarnya tidak bisa benar-benar di katakan mati, tapi memang benar, ia tidak ada di dunia ini." Makhluk itu terdiam sejenak sembari menatap wajah pria di depannya yang sedang menatapnya bingung "ya, ia kembali ke masalalu. Jika kau bingung maka itu tidak perlu, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini"

"kau juga bisa kembali ke masalalu jika kau ingin bertemu dengan Yuki, tapi jika kau tidak ingin maka aku tidak akan membawa mu kembali. Itu tergantung pada diri mu, jika kau benar-benar merasa bersalah dengan gadis itu, maka aku akan membantu mu"

Jaemin terdiam sesaat "apa aku akan mati?"

"ya, setidaknya di dunia saat ini, tapi tenang saja, kau tidak benar-benar akan mati, kau hanya akan bernasip sama dengan Yuki"

Jawaban dari makhluk itu hanya membuat Jaemin terdiam. Sebenarnya ia selalu berfikir untuk memutar balik waktu agar kejadian saat itu tidak terjadi, tapi itu hanya pengandaian dan Jaemin tau bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi.

Siapa yang sangka bahwa apa yang menjadi keinginannya benar-benar bisa terwujud.

"apa aku benar-benar bisa bertemu dengannya?"

"ya... jika kau berusaha." Jawab makhluk di depannya.

Jaemin diam sembari menimbang apa yang harus ia pilih, di lihat dari situasi saat ini, sepertinya ia tidak bisa memikirkannya terlebih dahulu, jadi ia harus mengambil keputusan saat ini.

Setelah berfikir beberapa waktu, ia memutuskan untuk kembali ke masalalu yang mungkin saja bisa ia perbaiki. Bukan berarti ia merasa hidupnya gagal, tapi ia ingin bertemu dengan wanita itu, setidaknya ia ingin bicara dengannya.

"baiklah, aku akan ikut dengan mu." Ucap Jaemin mantap.

"baiklah..." lalu tak berapa lama ada seseorang lagi muncul dari kegelapan yang pekat walaupun sosok di depannya memancarkan cahaya "silahkan" sosok itu mundur, memberikan ruang untuk sosok yang baru datang.

"aku malaikat maut, tidak perlu khawatir, aku hanya akan melepas jiwa mu." Jika malaikat yang sebelumnya tampak mengintimidasi namun memiliki paras yang cukup rupawan, namun malaikat maut di depannya ini memiliki penampakan yang cukup seram.

Tak lama perasaan sakit menyelimuti Jaemin, sangat menusuk hampir tidak bisa di atasi olehnya. Itu berlangsung cukup lama baginya, tapi sebenarnya tidak memakan waktu lama. Setelah rasa sakit itu menghilang, ia membuka matanya dan melihat bahwa saat ini ia sedang berada di sebuah taman makam.

Penguburannya.

Ia melihat banyak keluarga, anggota tim dan para senior di perusahaan agensi yang sama, ia melihat banyak orang yang menangis untuknya.

"kita akan tetap di sini sampai beberapa hari kedepan sebelum aku akan mengembalikan mu."

Suara itu menyadarkan Jaemin dan membuatnya refleks menatap sosok di sebelahnya. Malaikat yang sebelumnya.

"baiklah." Jaemin hanya mengangguk dan kembali menatap keluarganya serta teman-temannya.

'aku akan kembali'

.

.

.

Aku terbangun karena ibu ku membangun kan ku, aku melihat jam dan jam menunjukan jam 8, itu artinya kita harus bersiap untuk pergi, yang aku tau sepupu ku ada yang ulang tahun, dia adik dari Tifa yang tinggal di depan rumah ku.

Sebenarnya sebentar lagi juga merupakan hari ulang tahun ku yang ke 8 mungkin?

Tapi aku tidak berharap untuk ada seseorang yang mengucapkan ulang tahun pada ku, bahkan aku tidak yakin ada yang mengingatnya dengan jelas.

Karena memang di kehidupan ku yang sebelumnya, sudah sangat lama semenjak ada yang mengingat ulang tahun ku, awalnya aku sedikit berharap saat hari ulang tahun ku tiba, tapi sayang sekali, harapan ku selalu hilang, tidak ada yang bahkan mengingatnya, jadi aku berhenti berharap apapun.

Aku sudah selesai membersihkan diri dan aku menggunakan dress yang cukup cantik berwarna putih bersih dan ini sangat cantik, aku ingat aku mendesainnya sendiri dan ibu ku memiliki teman yang seorang penjahit, jadi sebenarnya ini adalah dress tercantik yang aku miliki satu-satunya.

Tadinya dress ini hanya dress polos, tapi bahkan aku tidak tahan melihatnya dan menambah beberapa detail, membuat dress ini benar-benar menjadi cantik.

Haha... terimakasih terhadap dosen dan juga mbah internet yang membuat ku semakin kreatif dalam membuat sesuatu.

Aku melihat diri ku di cermin, ternyata rambut ku sudah cukup panjang.

Aku mengepangnya di kedua sisi dan mengikatnya kebelakang, sedangkan sisanya ku biarkan tergerai panjang, aku melihat kotak cantik yang ku simpan di meja rias ibu ku dan mengambilnya.

Ini pemberian tutor ku sebelumnya, aku membuka dan melihat isinya, jepit rambut yang sangat cantik, walaupun ini bukan barang yang asli –karena yang asli sudah pasti sangat mahal- tapi aku sangat menyukainya.

"Yuki udah selesai?" ibu ku memasuki kamar dan melihat ku.

"ya sebentar." Aku menyesuaikan jepit rambut ini di belakang kepala ku dan sedikit memoleskan make up ke wajah ku agar tidak terlihat terlalu kusam, aku juga tidak lupa memberi lipbalm ke bibir ku agar tidak kering.

Setelah selesai, aku keluar dan menggunakan sepatu ku yang juga berwarna putih dengan sedikit hak yang pendek.

kami akhirnya berangkat bersama dengan paman dan bibi karena kami tidak memiliki mobil sendiri.

Sesampai di mall –karena mereka makan di restoran yang ada di mall- mereka segera pergi ke arah restoran yang memang sudah di pesan, cukup banyak anggota keluarga yang datang, dan ini adalah restoran yang cukup mewah.

Yahh, orang kaya.

Sebenarnya bukan semua keluarga besar yang datang, hanya ada 3 keluarga di tambah memang ada 1 saudara jauh yang datang.

"Yuki, sini duduk di sini aja." Aku melihat Tifa yang menepuk bangku di sebelahnya, awalnya aku akan pergi bersama ibu ku, tapi memang akan sangat membosankan bersama dengan para orang tua, jadi aku kesana lagipula ada Yuri juga di sini. Jika di fikir-fikir, di antara mereka semua aku memang paling muda walau tidak dengan secara jiwa.

Aku mendudukan diri ku di sebelah Tifa agak berjauhan dari Yuri, Yuri duduk di sebelah Dira, adik Tifa yang juga saat ini berulang tahun.

Mereka berbicara satu samalain yang tentu saja aku juga mengerti, justru aku saat ini merasa berada di tempat yang pas, bukan di sekitar anak-anak atau orang dewasa yang membosankan, kami bercerita dan tertawa bersama saat ada yang lucu.

Sampai aku pamit sebentar untuk pergi ke kamar kecil "bentar mau ke wc." Aku mengatakannya sembari turun dari bangku yang ku duduki.

"mau di temenin?" tanya Tifa sebelum aku benar-benar menjauh yang tentu saja ku jawab tidak perlu, jadi aku ke toilet sendirian.

Sekembalinya aku, aku melihat mereka tertawa geli dengan salahsatu sepupu ku berwajah aneh, setelah aku duduk aku bertanya "kenapa?"

Mereka melihat ku dan menyodorkan ku sepiring makanan yang sangat asing jadi tentu saja aku bertanya "apa ini?" dengan penahsaran.

"cobain aja." Mereka melihat ku dengan tatapan aneh, aku merasa ada yang janggal, sepertinya mereka berniat ingin melakukan prank.

Aku mengambil sumpit ku dan mengambil sedikit, aku meletakannya di piring ku dan mencoba menganalisa, makanan apa ini sebenarnya.

Setelah ku perhatikan dengan baik-baik aku tau apa ini. Ini ubur-ubur!

Astaga...

"ahhhh.... i know what is this...." aku tersenyum geli dan menatap mereka.

"coba aja, enak." Tifa meminta ku untuk mencicipinya.

"Tifa parah.... anak kecil wehh" sepupu ku yang tadi memiliki wajah dengan ekspresi aneh berucap geli.

Aku tau ini apa, jadi aku hanya mengedikan bahu dan memakannya, lagipula aku memang ingin tau bagaimana rasanya.

Mereka semua menatap ku dengan geli menahan tawa.