Chereads / Young Mama vs Little Daddy / Chapter 5 - 5. Dia calon suamiku

Chapter 5 - 5. Dia calon suamiku

Halaman 5, Buku Harian Balerina

Apa yang aku suka saat senja menyapa? --pertanyaan yang cukup bagus. Aku tertarik untuk menjawabnya dalam tulisan ini.

Bukan kopi, bukan juga secangkir teh dengan kepingan biskuit kering berwarna coklat gelap. Bukan juga petikan gitar atau rintikan hujan yang konon katanya adalah perpaduan paling luar biasa untuk membuat hati kita menjadi jauh lebih tentram.

--yang paling aku suka dan aku nanti ketika senja menapak bumi adalah dirimu. Seperti rutinitas yang begitu membanggakan, setidaknya kita punya beberapa menit sebelum aku harus kembali pada ambisiku.

Jawabannya cukup singkat dari semua penjabaran yang ada. Hal yang paling aku suka saat senja tiba adalah bersamamu. Tidak peduli dalam diam dingin menusuk, atau berbicara entah tanpa arah dan tujuan. Yang paling aku pentingkan adalah aku bersama denganmu.

---

Pulang sekolah, Jati Hanca. Jakarta, 2021.

Semburat rona wajah memerah tersembunyi di atas wajah cantiknya, kalau jari jemari itu meraih sela-sela jari-jari lentiknya. Memang pembicaraan tidak ada yang berbobot, sebab di antara mereka tidak ada kaum pandai yang bisa menduduki rangking sepuluh besar di sekolahnya.

Lyne memilih menikmati dengan caranya, begitu juga dengan pemuda yang ada di sisinya. Keduanya hanya ingin bertemu, tanpa menjadi bahan perbincangan dan gosip di mana-mana.

"Katanya kamu dihukum lagi?" Lyne membuka suara. Begitu lirih dan lembut caranya berbicara dengan sang kekasih. Kalau sudah bersama dengan Isam, dia menjadi gadis yang polos. Yang mudah tersenyum, pada apapun keadaan di sekitarnya.

Isam manggut-manggut, menoleh. "Seperti itulah." Bukannya tidak suka ditanyai oleh sang kekasih, tetapi memang begitulah caranya berbicara. Dia adalah tipe pemuda yang tidak cerewet dan lebih memilih untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ditanyakan.

Soal Isam, dia hanya pemuda biasa. Bukan pemuda luar biasa pesonanya seperti karakter-karakter dalam drama atau film laga yang bisa mencuri perhatian kaum hawa. Dia juga bukan tipe 'badboy' yang suka membuat ulah dan membuat keributan, hanya saja dia suka bertindak semaunya.

Pesonanya?

Kalau Lyne menjaga tubuhnya dengan baik agar terlihat ramping dan mempesona, maka begitu juga dengannya. Dia menjaga tubuhnya tetap sehat dan bugar, bisa dibilang fisiknya luar biasa mumpuni untuk menjadi seorang perwira. Wajahnya memang tidak terlalu tampan dengan kulit coklat yang tidak terlalu terang, tetapi mungkin itulah perpaduan yang paling cocok hingga bisa meluluhkan hati Lyne.

"Gimana sama Sagara dan Juni? Mereka juga ikut dihukum kan?" Lyne menatapnya.

"Mereka yang menyebabkan semua ini," sahut Isam, ikut menatap wajah cantik milik sang kekasih. Terkadang banyak orang yang memuji, mengatakan bahwa dia adalah pemuda yang pandai hingga bisa meluluhkan dewinya Jati Hanca. Namun, sebagian orang saja yang memahami tentang hubungan mereka. Bisa dikatakan sebagiannya lagi tidak memperdulikan sebab mereka tidak pernah mempertontonkan hubungan dan kemesraan mereka di depan umum.

"Kenapa sih kamu tuh masih mau temenan sama mereka? Jelas-jelas mereka itu orang yang aneh. Nggak seharusnya kamu tuh jadi terlibat dengan permasalahan yang kamu sendiri tidak pernah membuatnya," imbuhnya lagi. Dia menggerutu di tempatnya.

"Kalau aku jadi kamu aku pasti sudah memutuskan hubungan pertemanan sejak dulu. Sejak pertama kali merasa kalau mereka itu orang-orang aneh," timpalnya.

Lyne tidak terlalu menyukai Sagara dan Juni. Kalau Anggar masih mendingan, dia tergolong pemuda yang tenang, meskipun kadang kala juga menampakan sisi menyebalkan dari dalam dirinya.

Tiba-tiba saja sang kekasih menarik pergelangan tangannya, mengangkat genggaman tangan mereka seakan ingin menunjukkan pada dunia. Lalu tiba-tiba saja Isam mencium punggung tangan Lyne.

"Jangan perwira itu harus setia kawan," katanya.

Ah, kata itu lagi. Lyne mulai bosan mendengar kalimat yang sama dan terus diutarakan sebagai bentuk pembelaan kalau sudah menyinggung tentang persahabatan mereka yang tidak disetujui olehnya.

"Lagian kenapa mereka itu selalu bertengkar? Dulu saat pertama kali masuk sekolah, sepertinya mereka baik-baik saja ...." Lyne menggerutu lagi. Menatap jalanan yang ada di depan, sembari sesekali tersenyum aksi Isam yang tiba-tiba saja mencium punggung tangannya.

"Sagara menyukai Juli," jawab Isam tiba-tiba.

Tentu saja kalimat itu membuatnya terkejut bukan main. Dia menghentikan langkah kakinya tiba-tiba. Menarik pergelangan tangan sang kekasih agar mau berhenti bersamanya.

"Katakan kalau kamu hanya bercanda?" Lyne tidak bisa mempercayai itu begitu saja, itu terdengar jauh lebih gila ketimbang harga tas branded yang jatuh sebab tidak laku dan dijual dengan harga yang murah.

"Sagara menyukai Juli?" Lyne mencoba untuk mengulang, menatap pemuda yang kebetulan menganggukkan kepalanya.

"Wah, dia itu bodoh atau bagaimana ...." Lyne kembali melangkahkan kakinya, bergumam di setiap langkah yang diambil.

"Emangnya kenapa jika dia menyukai Juli? Tidak ada salahnya, oh juga mereka sama-sama jomblo. Juli juga orangnya baik begitu juga dengan ...." Dia menghentikan kalimatnya, sesaat setelah Lyne menatap dengan pandangan mata yang tajam.

Dia sangat tidak setuju jika seseorang mengatakan bahwa si emosional itu adalah pemuda yang baik.

"Sagara ambil saja membuat kalian diskors dari sekolah selama satu minggu! Gimana bisa kamu bilang kalau dia adalah pemuda yang baik?" Lyne kesal pada dirinya sendiri, tiba-tiba. "Kalian. Benar-benar luar biasa!"

Isam terkekeh. "Bagaimana dengan Anggar?" tanyanya lagi. Sekarang, itu sukses mengubah ekspresi bahkan melunturkan kekesalan Lyne.

Ekspresi wajahnya seakan-akan dia tertangkap basah.

"Aku hanya tanya, bagaimana dengan Anggar?"

"Apanya yang bagaimana?" Lyne menjawab ketus, berjalan sembari menendang apapun yang ada di depannya. Sepertinya dia kesal secara tiba-tiba, tanpa alasan dan datang begitu saja.

"Orang-orang masih sering menggosipkan kamu sama Anggar, terkadang ada yang bertanya bagaimana kelanjutan hubungan kalian berdua?" Dia tersenyum tipis, tentu saja hatinya tidak rela bahkan paling parah adalah ketika seseorang datang padanya dan mengatakan bahwa dia mendukung penuh hubungan antara ketua kelas dan mantan ketua OSIS itu, dengan seorang balerina yang menjadi dewinya Jati Hanca.

Sedangkan Isam? Dia hanya pemimpi.

"Kamu sudah janji sama aku kalau tidak akan memikirkan apa kata orang, kenapa tiba-tiba jadi memikirkannya?" Lyne melemparkan pertanyaan itu untuk yang kesekian kali. Tiba-tiba saja atmosfer menjadi aneh kalau sudah membahas pasal dia.

"Sudah aku katakan kalau memang kita tidak pernah ada hubungan apapun sebelumnya, seperti hanya menjadi teman dekat lalu tiba-tiba menjauh begitu saja." Dia tersenyum mantap. "Aku juga tidak menyukainya," sambung Lyne. Menggelengkan kepalanya.

Isam mengangguk. "Aku hanya memastikan. Juni dan Sagara selalu memperdebatkan tentang itu," ucapnya. Berterus-terang atas apa yang sedang menggantung di dalam hatinya.

Lyne menatapnya. "Haruskah aku membunuh mereka?" tukasnya. Tertawa.

Isam meraih pergelangan tangannya lagi. "Jangan lukai jari-jari kamu, itu terlalu cantik untuk memegang pisau dan membunuh seseorang," katanya. Meledek.

"Aku bisa meracuninya," sahut Lyne. Tertawa lagi. Untuk yang kesekian kalinya.

"Hush! Jangan ngawur ...."

... To be continued ...